BAB 1

14.3K 714 14
                                    



"Perkenalkan, saya Haruno Sakura. Mohon bimbingannya!"

Hari senin yang cerah. Daun sakura yang berguguran di pedestrian, kemeja lengkap berjas dan sebuah kantor baru.

Memasang wajah imut, check. Pasang wajah manis, check. Suara kyute ala idol Jepang, paket kumplit.

Tapi Sakura malah mendapatkan tatapan sinis pegawai sesama kaum nya. Padahal dia baru saja menginjakan kaki di kubikel ini. Sedangkan untuk kaum adam, Sakura baru saja mendapatkan sinyal kuat dari mereka.

Sakura mendengar batinnya bebisik. Bersabarlah, nak. Ini ujian.

Entah kenapa wajah biksu chibi mampir di pikiran cantiknya.

"Etto... Haruno—nani dakke?" suara senpai nya kembali terdengar, cowok berambut putih dengan masker aneh itu baru saja melupakan nama Sakura untuk yang ke 12-kalinya pagi hari ini.

"Sakura. Haruno Sakura, Kakashi-senpai." Sakura menjawabnya dengan senyum ala rubah manis, padahal atasannya tidak pernah lupa dengan kitab warna oranye mencurigakan itu sejak dia melamar ke perusahaan ini.

"Oh, Haruno-kun." Sabarlah nak, "Jadi... untuk sekarang... " Sakura menanti dengan sabar, demi citra barunya di tempat kerja baru. "Kamu kerja. Ya, itu saja. Jaa ne."

Cantik sekali. Senpai yang mustinya jadi pembimbing untuk anak baru seperti Sakura sekarang melenggang dengan santai ke luar ruangan.

Kerja, oh yes. Anak tetangganya saja tau kalau dia mau kerja.

"Sakula-chaan, keljaa? Ganbatte nee!" Uh, mengingat suara cadel seperti Kotaro membuat tensi darahnya kembali ke normal. Sakura menangis terharu ketika pagi harinya disambut bayi imut itu.

"Pegawai baru?"

Sakura menoleh ketika suara feminim datang dari samping kirinya. Gadis itu berbalik dan menemukan seorang gadis—satu kaum dengannya, menyapanya. Senyum lembut datang dari bibirnya, mau tidak mau membawa mood Sakura kembali. Akhirnya, setidaknya ada peluang dia tidak menjadi anti sosial disini.

"Ya. Sakura, Haruno Sakura. Salam kenal." Sakura menundukan kepalanya, dan gadis itu melakukan hal yang sama. "Hinata. Hyuuga Hinata yoroshiku."

Sakura tersenyum kecil, "Hyuuga-senpai."

Gadis cantik itu melambaikan tangannya dengan gestur menyanggah, "Aiya, panggil Hinata saja. Kudengar kita seumuran." Hinata tersenyum manis. Sayangnya senyum penuh glukosa dari makhluk cantik yang kelihatannya lemah lembut dan manis itu terlihat menyeramkan bagi Sakura.

Seberapa cepat gadis ini mendapatkan informasinya? Padahal dia baru saja melamar kesini.

Sakura chibi dalam otaknya merinding di dalam kulkas.

Sakura kembali memasang senyum rubah nya. "Sou ka? Baguslah kalau begitu."

Kemudian ia berlarut ke dalam percakapannya bersama Hinata. Selain dari kecepatan mendapatkan informasi nya yang menyeramkan, selebihnya gadis itu memang baik.

Setidaknya Kakashi beruntung mempunyai kouhai seperti Hinata dan mencegah efisiensi kerja yang menurun akibat karyawan magang yang kurang binaan seperti Sakura.

Menyadari pemikirannya barusan, Sakura menatap sekelilingnya. Karyawan disini jelas sekali menunduk menatap komputernya sepanjang jam kerja sejak Sakura tiba di ruangannya. Tidak ada bentakan, kertas yang berhamburan karena salah memfotocopy.

Pink bride, Raven groomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang