“Maaf? Apa yang kau bilang tadi...”
Laki-laki itu tertawa pelan, tangannya yang terkepal menutupi setengah wajahnya. Berusaha menyembunyikan tawa.
“Ah, kurasa sebutan itu terlalu sopan untukmu eh?”
A-Apa?
“Kurasa tidak ada hubungannya sama sekali dengan panggilan sopan atau tidak—“
Laki-laki itu membelalakan matanya, kemudian tertawa. Sekarang Sakura mengerenyit ketika suara tawa nya mulai terdengar tidak sopan “Ya, kau tau, tidak ada rahasia yang bisa ditutupi disini? Siapa yang tidak tau kau, Haruno Sakura, mantai pegawai Marokawa?”
Darimana dia tahu hal itu? Apakah Hinata—Sakura menggelengkan kepalanya, informasi darimana perusahaan dia bekerja sebelumnya mudah untuk diakses seseorang.
“Apakah kau memuaskan bosmu sebelum pindah kesini?”
Sakura menggigit bibir bawahnya, itu bohong. Jelas-jelas berita tersebut berita yang tidak benar, tapi Sakura tidak bisa membuktikan dengan semua prasangka ketika mereka menemukannya bersama mantan bos nya—
Sakura terkejut, ia tidak bisa mengatakan apapun untuk mendukung situasinya saat ini. Sakura tidak bisa menahan air matanya untuk tidak keluar, tapi laki-laki sialan ini yang entah siapa namanya bahkan dia tidak tahu datang dari antahberantah dan membuka luka yang bahkan belum menutup. Kenangan itu seperti mimpi buruk, bahkan dia tidak menyangka, kenapa dari berbagai takdir yang akan ia terima didalamnya harus ada Marokawa dan mantan bos bajingan itu?
“Ne, kurasa Aku bisa mencobamu sebelum kau menargetkan orang lain?”
Sialan. Sakura tidak bisa menahan air matanya lagi, gadis itu mulai berlari, sebisa mungkin menjauh dari laki-laki itu. Suara lift dibelakangnya tidak membuatnya tertarik, karena mungkin laki-laki itu akan memasuki lift yang sama dengannya dan melakukan konfrontasi kembali.
“Hei, mau kemana kau?” Pria itu mengambil pergelangan tangan kanannya, Sakura segera menepisnya. “Pergi kau bedebah.”
“Bede— sialan, hei! Kau bahkan tidak tau dirimu sendiri yang jalang. Jangan lari!”
Sakura merasa jantungnya berdegup kencang, gadis itu merasakan ketakutan yang amat sangat ketika kakinya tidak mampu untuk berlari lebih cepat. Pria itu bahkan tidak perlu untuk berlari untuk mengejarnya.
“Pergi! Pergi!” Sakura berteriak, dia memegangi tas nya erat. Gadis itu berusaha berlari, berdoa semoga kakinya melangkah ke jalan keluar. Setelah menemukan jalan raya dia bisa meminta bantuan—
Bruk!
Sakura merasakan sakit di pergelangan kakinya dan dia tidak tahu persis kapan pipinya mulai terasa basah karena air mata. Gadis itu menemukan tumit sepatunya patah disaat waktu yang tidak tepat dan pria sialan tadi yang masih mengejarnya. Dengan tersedu gadis itu berusaha meraih potongan sepatunya yang patah dan berusaha untuk bangkit.
“Bahkan sepatu yang membuatmu terlihat murahan membuktikan siapa dirimu.”
Sakura berusaha mengumpulkan sisa keberaniannya dan menatap pria itu,
“Kurasa sepatu tidak cukup membuktikan siapa jati diri seseorang.”
Sakura terkesiap, gadis itu melihat bayangan gelap dibalik sebuah mobil hitam mengilat yang masih terparkir disana. Setelah sosok itu membuka pintu, Sakura terkesiap melihat siapa yang ada disana.
“dan... kulihat kau melakukan sesuatu yang melewati batas wajar, Mukami.”
Dari semua mimpi buruknya, Sakura tidak pernah merasa bersyukur seperti saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pink bride, Raven groom
FanfictionMenjalani kehidupan baru yang menyenangkan, lepas dari bayang-bayang masa SMA adalah impian Sakura. Tetapi kehidupan menyenangkan itu sepertinya tidak akan pernah terjadi. Bertemu kembali disaat kau bersumpah tidak akan bernafas dalam satu ruangan y...