BAB 22

3.4K 384 11
                                    


Sakura tidak bisa menahan rasa senangnya begitu dia memakai seragam SMA Teito yang dia idamkan. Tidak ada yang orang lain inginkan selain masuk ke SMA favorit di kotanya. Gadis itu menatap kemeja yang tertutup jas dengan desain mewah, rok berwarna hitam selutut. Sakura dengan bangga menggunakan seragam SMA Teito.

“Sialan!” suara benda pecah menghapus senyuman Sakura. Dia bisa mendengarkan suara wanita menjerit-jerit dan meneriakan kata sumpah serapah. Gadis itu menarik tas punggungnya dan memutuskan untuk berangkat ke sekolah.

“Kau!” Sakura lelah mendengar suara Ibunya yang kasar, kejam dan berbau alkohol.

“Darimana kau mendapatkan seragam itu hah?” tanyanya.

Sakura tidak ingin menatap Ibunya. Bahwa dia berhasil membayar seragam sekolahnya dengan uang jaminan yang dia miliki sebagai keluarga kurang mampu.

“Mana uangnya?” Ibunya kembali berteriak.

Sakura berlari secepat mungkin untuk keluar dari rumah, berlalu sambil mendengar Ibunya menjeritkan namanya.

Tidak ada hal yang menyenangkan selain membaca buku. Sakura dapat menemukannya di perpustakaan seluas perpustakaan SMA Teito.

Begitu pula cinta pertamanya. Dia menemukannya di SMA Teito. Uchiha Sasuke. Murid kelas tiga, seorang idola.

Sakura tidak pernah merasa keberatan karena dia memiliki jadwal hari menjaga perpustakaan lebih lama. Karena tidak ada yang lebih menyenangkan dibandingkan rumahnya yang selalu penuh dengan teriakan Ibunya, sumpah serapahnya dan bau alkohol. Sakura merasakan ketenangannya disana.

Harinya berubah menjadi bersemi ketika Sasuke, menerima pengakuan.. cinta, atau lamaran? Tetapi yang jelas dia merasakan kedekatan yang berbeda dibandingkan dengan siswi lainnya di sekolah.

Sasuke seperti menjadi sumber pil kebahagiannya. Harinya yang menyeramkan ketika di rumah berubah menjadi berbunga ketika dia menghabiskan waktu bersama Sasuke. Pemuda itu cerdas, menyenangkan dan memiliki pemikiran kritis. Sakura senang ketika Sasuke membicarakan masa depannya, impiannya untuk membangun perusahaan teknologi untuk mengembangkan microchip dan sesuatu berbau teknologi lain yang Sakura tidak pahami karena Sasuke terlampau pintar.

Sakura yakin Sasuke akan meraih mimpinya. Sedangkan bagi Sakura, mimpi Sakura sendiri adalah menyaksikan pemuda itu meraih mimpinya dengan dia berada disisinya.

Tapi Sakura harus menelan bulat-bulat mimpinya ketika mimpi buruk pertamanya datang.

Penagih hutang datang dan mengobrak abrik rumahnya. Meskipun Sakura membenci Ibunya, tapi dia merasa tidak mampu meninggalkan Ibunya sendiri. Maka di hari yang sama penagih hutang itu datang, Sakura mengemas apa yang bisa mereka bawa dan pergi sejauh yang dia bisa dari Tokyo.

Sakura keluar dari SMA impiannya, menjauh dari Sasuke, cinta pertamanya dan membuang mimpinya.

Di Kota yang baru, Sakura memulai kehidupannya yang baru. Tidak melanjutkan sekolah, memilih bekerja. Dia berhasil bekerja menjadi petugas kebersihan di minimarket setelah memohon-mohon pada manajernya. Dia harus bertahan hidup, dia harus bekerja.

Tetapi apa yang dia lakukan untuk berusaha bertahan hidup dan menjalani kehidupan serba kekurangan, Ibunya tidak bisa menahannya lebih lama lagi.

Ibunya sudah kecanduan alkohol dan tidak bisa tanpa alkohol. Tanpa bekerja dan memiliki keahlian apapun, Ibunya mulai mengundang pria yang tidak Sakura kenali ke rumah. Menghabiskan satu malam, esoknya Ibunya mampu membeli alkohol dan menghabiskannya. Begitulah hari berulang seperti lingkaran setan.

Ibunya semakin sering berteriak, tanpa ampun memukulnya dan tidak lagi memiliki hati nurani. Hatinya hancur begitu Ibunya berteriak padanya,

“Hidupku hancur karena kau lahir!”

Pink bride, Raven groomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang