BAB 10

4.2K 522 22
                                    

Sakura ingin mengalihkan pandangannya, tetapi iris kelam itu memberikannya banyak emosi. Sakura menghitung harinya tanpa menatap Sasuke seperti ini. Satu bulan, seharusnya waktu yang cukup lama untuk Sakura melupakan semuanya. Tapi menghitung hari membuatnya semakin tidak bisa melupakan Sasuke.

Kenapa?

Sakura segera menundukan pandangan begitu suara riuh itu terdengar, kelompok dari divisi pemasaran itu mendorong seorang wanita yang Sakura kenal bernama Yamanaka menuju kehadapan Sasuke.

Gadis pirang itu hanya tersipu malu, Sakura menatapnya dari kejauhan. Dia bisa melihat ekspresi Sasuke yang tetap seperti biasa. Dingin, dan tidak tersentuh. Tapi tetap saja hatinya terasa tercubit ketika melihat gadis lain, apalagi seseorang yang secantik Yamanaka tertarik pada Sasuke.

“Um, sekarang giliran Anda Direktur Uchiha.”

Suara gadis itu kecil namun tidak seperti berbisik, lembut dan serasi dengan kepribadiannya yang menawan.

Sakura seakan menatap dua orang dalam satu bingkai lukisan. Sasuke memang cocok dengan gadis baik sepertinya. Tanpa sadar tatapannya terus mengarah pada dua insan yang ada disana hingga iris kelam Sasuke kembali menangkapnya basah sedang terbakar api cemburu.

Pria itu tetap pada kepribadiannya yang teguh, akan tetapi wajah Sakura memanas secara tiba-tiba ketika dia melihat sudut bibir Sasuke terangkat samar. Sakura mengenal jelas bagaimana Sasuke.

Sakura menatap ekspresi kemenangan dalam iris kelam Sasuke, dominasi dan sikap angkuhnya terbaca oleh Sakura. Pria itu segera mendekati layar dan menekan ‘Hokkaido’.

“Sudah ditentukan, destinasi kita di tahun ini adalah Hokkaido!”

Suara riuh itu tidak bisa menyembunyikan detak jantung Sakura yang bergemuruh di dadanya. Suara jantungnya membuatnya tersiksa, dia ingin segera pergi dari keramaian ini. Maka, setelah mengucapkan sepatah kata pada Hinata, Sakura segera meninggalkan lobi.

.

.

.

Kenapa? Apa yang membuatnya kembali lagi seperti ini?

Sasuke jelas mengetahui kalau Sakura masih berharap untuknya, lantas, ketika perasaan mereka berbalas kenapa Sakura harus sesedih ini?

Air matanya terus bergulir tanpa henti, Sakura berusaha menghapusnya dengan telapak tangannya. Apa daya hal tersebut hanya membuat tangannya semakin basah dan air matanya tetap berada di pipinya.

“Apa kau sedih karena destinasi wisata ke Hokkaido?”

Sebuah suara mengejutkannya, Sakura kembali berusaha menghapus air matanya namun percuma. Orang itu telah menemukanya menangis.

Rei Gaara menemukannya dalam kondisi terburuknya, dan oleh orang yang tidak pernah Sakura bayangkan akan menemukannya menangis. Pria itu mengulurkan sapu tangannya dan menempelkannya di pipi Sakura.

“Setidaknya, tersenyum. Jangan biarkan orang lain tahu apa yang menjadi kelemahanmu.”

Sakura tidak yakin, Manajer Rei berucap seperti itu hanya karena Sakura sedih mengenai destinasi wisata. Pria itu bersikap sopan dengan tidak bertanya lebih lanjut.

Sapu tangan merah itu kini menggelap karena air mata Sakura. Pria itu berbalik menatap taman perusahaan untuk memberikan Sakura ruang.

“Maafkan saya—”

Pria itu segera membalikan badan menghadap Sakura, “Tidak ada yang perlu dimaafkan disini.” Iris hijau zamrudnya menatap pada mata kemerahan Sakura, “Jangan pernah kalah oleh siapapun.”

Pink bride, Raven groomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang