Kepalanya terasa berat."Berhentilah menyalahkan dirimu, Sasuke." suara seorang perempuan terdengar memanggil nama Sasuke.
"Aku bahkan tidak pernah membuatnya mendekati benda tajam, Kaa-san! Lihatlah dia, pasti sakit sekali..." Sakura mendengar suara tangis seorang pria. Sasuke?
"Aku langsung mengambil penerbangan tercepat dari Shanghai begitu mendengar si brengsek itu ada di Tokyo. Tapi Aku masih terlambat..."
Lalu gelap kembali menariknya.
.
.
Sakura merasa kini tubuhnya melayang.
"Bagaimana dia menemukannya?" terdengar suara pria, tapi bukan Sasukenya.
"Dia keluar sendirian dari bar mengantar teman kerjanya yang sakit. Aku tahu kalau dia pergi ke kamar mandi tapi tidak ketika dia lepas dari pengawasanku. Pengawalku bilang Sakura masuk ke minimarket dan tidak keluar lagi darisana. Lalu dia menyadari ada yang aneh ketika tidak melihat Sakura berkeliling di minimarket." Suara wanita.
"Lalu bagaimana keadaannya sekarang?" suara pria yang berbeda.
"Kejam sekali." Suara pria yang berbeda kembali terdengar. "Gegar otak ringan, retak seutas rambut di tulang rusuk, patah tulang di kaki kiri dan belum termasuk memar. Untungnya organ dalam nya tidak mengalami pendarahan."
"Astaga..."
Sakura ingin tidur lagi.
.
.
Sakura merasa nyaman ketika tubuhnya merasakan usapan halus dari seseorang.
"Maafkan Aku Sakura..."
Tidak. Jangan meminta maaf.
"Kalau saja Aku tidak meninggalkanmu."
Tidak. Jangan sedih, Senpai.
Sakura ingin dia berhenti menyalahkan diri. Sakura ingin dia bangun, dia-
Tubuhnya masih menariknya ke dalam kegelapan.
.
.
.
Sakura mulai mendengar suara dengungan. Hawa dingin yang menusuk kulit telanjangnya. Merasakan berat tubuhnya. Perasaan itu muncul satu persatu hingga rasa sakit bertubi yang menusuk tubuhnya.
Sakura membuka matanya begitu dia merasakan dorongan. Matanya masih buram, tapi mata sewarna obsidian serta wajah lembut Mikoto menyambutnya ketika membuka mata.
"Sudah bangun, Sayang?" Sakura mendengar suara halus Mikoto. Sakura mengernyitkan dahi begitu dia tidak bisa melihat dengan fokus. Buram. Masih buram.
Suara pintu terbuka membuat Sakura mengalihkan perhatian. Sosok itu buram, tapi Sakura dapat mengenalinya.
Sasuke terpaku di tempatnya berdiri. Begitu membuka pintu kamar inap Sakura, mata istrinya sudah terbuka dan kini menatapnya.
"Itachi.. panggil Itachi..." Sasuke bergumam pada pengawal yang berjaga dibelakangnya. Lalu dia berlari menuju ranjang Sakura dan menggenggam tangannya yang tidak terpasang infus.
Tangannya menyentuh permukaan halus pipi Sakura. Pipi yang awalnya dingin itu kini berangsur hangat.
"Sakura."
Sasuke mengecup tangannya. Menyentuhkan tangan Sakura pada pipinya, mencoba merasakan hangat dari tangan Sakura. Istrinya sudah membuka mata, dia telah sadar dari tidur panjangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pink bride, Raven groom
Fiksi PenggemarMenjalani kehidupan baru yang menyenangkan, lepas dari bayang-bayang masa SMA adalah impian Sakura. Tetapi kehidupan menyenangkan itu sepertinya tidak akan pernah terjadi. Bertemu kembali disaat kau bersumpah tidak akan bernafas dalam satu ruangan y...