I,H11

104 18 1
                                    

*Sebelum baca, harap di vote ya cerita ini. Gratis kok :)

"Ini ada apaan dah? Lo ngapain pake ngumpet segala?" tanya Dipa yang ikut- ikutan penasaran. Dia bingung dengan Juna yang terus bersembunyi di balik pintu. Mereka kini dalam posisi saling berdesak-desakan.

"Lo pada kalau nggak mau ngeliat drama, terserah. Lo buruan ke kantin,"

Tara menggaruk pipinya bingung,
"Masalahnya kita juga penasaran."

"Lo pantau arah depan," suruh Juna.

Ruang kelas sudah kosong, tak menyisakan satu orang pun di dalam kelas pada jam istirahat pertama. Itu karena mereka berempat mengusir siswa lainnya dengan paksa.

Sampai pada akhirnya apa yang mereka tunggu pun tiba. Lima orang siswi masuk dengan mengendap-endap, salah satunya menenteng tas plastik hitam yang pastinya berisi sesuatu. Dan Juna yakin, kedatangan mereka akan memunculkan suatu masalah.

"Apa-apaan tuh," pekik Dipa.

"Ssttt!" Mereka membekap mulut Dipa bersamaan.

"Jaga suara lo," bisik Tara.

Mereka mengamati gerak-gerik lima gadis didepannya. Tara, Yudis dan Dipa tahu notabene dari kelima siswi itu memanglah buruk. Itu bisa dibilang adalah fans fanatiknya, Dipa, Yudis dan Tara beranggapan bahwa mereka sengaja berbuat aksi itu pasti agar mendapatkan perhatian darinya.

"Sudah?" tanya salah satu siswi itu.

"Tas Indri sama Tiyas sudah gue kasih kecoa sama kelabang, sekalian Tiyas gue kerjain biar dia juga takut temenan sama tuh cewek," ujarnya dibalas senyum licik oleh yang lainnya.

"Lo emang bisa diandalkan."

Mereka pergi meninggalkan kelas dengan tergesa-gesa.

Juna, Dipa, Tara dan Yudis saling berpandangan. Dan langsung menghampiri meja Indri dan Tiyas.

"Buset dah! Gue suka ngeri ngeliat cewek cewek kalau ngebully, alasannya suka nggak jelas, udah ketahuan malah pinter ngeles," kata Dipa. mereka manggut-manggut membenarkan ucapan Dipa.

"Gue aja yang baru sekolah disini udah langsung terlibat masalah"

"Emang sadis mereka, gue dulu deket sama cewek kelas sebelah, dan ceritanya hampir sama," kata Yudis.

"Mungkin aja karena lo anak baru yang masuk sekolah udah langsung deket sama kita, jadi otomatis semua pasti kenal lo," ucap Dipa.

Tara masih menatap tas Indri dan Tiyas
"Nakal boleh tapi nggak gini juga kali," ucapnya geram "gue jadi nggak bisa pdkt kalau gini terus kerjaan mereka!"

"Gue ada rencana, dan bakal seru kalau dia masuk jebakan gue nanti," usul Juna disertai senyum liciknya. Ia pandai dalam hal seperti ini.

"Gue juga pengen kerjain mereka satu satu."

"Nah, sekarang ni tas mereka, kita apain?"

"Lo biarin aja. Biar nggak ada yang bakal curigaan."

***

"Aku pulang!" Indri masuk ke dalam rumahnya dengan wajah tertekuk. Rasanya letih sekali

"Kamu baru pulang? Kenapa tuh mukanya, lusuh gitu. Pulang nggak bawa tas?"

Indri bingung akan membalas apa. Ia tak bisa jujur dengan kakaknya.

"Tasnya... Itu aku... Buang."

"Lho kenapa dibuang? Itu kan masih bagus. Kamu harus ngehargain uangmu dong. Itu nggak murah, butuh uang,"

"Ini pasti ada apa apanya, mana mungkin anak yang pecicilan kayak kamu bisa tiba tiba kayak gini," selidik Davin lagi.

I'm HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang