*Vote sebelumnya ya ka... Gratis kok :"
Bantu koreksi juga ya...
.
.
.
.
Happy Reading1 Minggu Setelahnya
Hari ini Indri berangkat ke sekolah bersama Juna, sama seperti hari-hari sebelumnya. Sejak kesepakatan yang mereka buat sepulang dari makam, Juna terus saja memaksa untuk mengantar dan menjemputnya ketika hendak pergi ke sekolah.
Aneh memang, Juna mau-mau saja melayani seseorang, dan itu perempuan. Biasanya ia tidak mau ambil pusing soal masalah yang dihadapi orang lain. Entahlah, sejak hari itu, semua berubah begitu saja. Sejak Indri menceramahinya di makam. Ada sesuatu yang mendorong hatinya untuk melindungi gadis itu.
Saat memasuki gerbang sekolah. Indri langsung turun dari motor dan melepas helmnya lalu menyerahkan pada Juna. Ia ingin cepat-cepat pergi. Malu akan tatapan orang-orang yang melihatnya.
Baru dua langkah, pergelangan tangannya langsung dicekal erat oleh Juna.
"Mau kemana lo? Pergi seenaknya!" ucap Juna menatap tajam ke arah Indri, masih dengan helm full facenya yang belum terlepas dari wajahnya.
"Terus aku harus apa? Sungkeman dulu baru pergi?" balas Indri asal-asalan.
"Lebih baik gitu."
Indri langsung mendelik tajam kearahnya, dan tanpa mikir lagi Indri meninggalkan Juna yang masih ribet dengan motornya. Heran, baru kali ini dia ketemu cowok segila dan menjengkelkan banget. Udah judes, kasar lagi!
Indri berjalan menuju ruang kelasnya. Di dalam ruangan itu, beberapa siswa sudah menduduki bangkunya masing-masing. Indri pun langsung menuju ke bangkunya.
Indri menoleh kebelakang, ternyata Tiyas masih belum datang. Biasanya dia yang paling awal sampai di sekolah.
Beberapa menit kemudian, Juna, Tara Dipa dan Yudis muncul dari pintu kelas. Mata Indri sempat bertemu dengan Juna, lalu mereka kompak mengalihkannya. Juna hanya menaruh tasnya di meja Indri, dan memilih berkumpul di pojok kelas bersama Tara, Dipa, Yudis dan beberapa anak laki-laki dari kelas sebelah.
"Sayur kooool! Sayur kooooll...."
Nyanyian dari mulut Dipa tiba-tiba menggema di dalam kelas. Yang lain hanya bisa geleng-geleng kepala melihat temannya satu itu. Pagi-pagi sudah ribut.
"Makan daging mantan dengan sayur kooool!!" sambungnya lagi dengan suara tak kalah keras, mungkin bisa merusak telinga.
"Ngaco! Makannya itu pake daging anjing," kata Yudis sambil memukul pelan bahu Dipa.
"Dih, ngegas lo! Biasa aja bisa kali! Ngomong pelan juga gue pasti paham," balas Dipa, malah membuat orang-orang tambah jengkel.
"Lagunya emang pake kata daging anjing bego! Dasar kudet!" Kini Juna ikut membalas.
"Ah, pagi-pagi malah ngebahas gituan! Haram woy!" Tara menggeleng-gelengkan kepalanya. Untung sahabat, kalau bukan pasti Tara sudah ngebully dia habis-habisan.
"Malesin banget gue sekolah. Mendingan gue ke warnet seharian," kata Yudis sambil mengeluarkan hpnya. "Mabar kuy!"
"Trus kalau lo nggak sekolah, nggak berpendidikan. Anak sama istri lo nanti makan apaan? Kuota?" celetuk Juna, sekalinya ngomong bikin sakit hati.
"Nah iya, lo bener-bener beda sama adik lo. Kirana juara umum di sekolahnya. Trus, elo malah rangking 2 dari belakang!"
"Aahh bacot lo pada!" umpat Yudis.
Indri bisa mendengarkan apa yang mereka ucapkan sedari tadi. Obrolan mereka sangat tidak penting. Hanya mengganggunya yang sedang membaca buku.
Tiba-tiba seseorang menghampiri meja Indri dan langsung mengusiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Here
Teen FictionMasalah selalu saja menghampiri Indri. Gadis itu menyembunyikan segala beban dari hadapan publik, ia tersenyum dibalik keterpurukannya, hanya satu orang mengetahui itu. Juna, cowok yang dulunya seorang pribadi yang bijaksana dan selalu di banggakan...