Di Vote Yaaa
Happy Reading
.
.
.
."Cinta bisa tumbuh karena terbiasa."
Bel pulang sekolah sudah berbunyi diikuti siswa-siswi yang berhamburan keluar. Begitupun Dinda dan Fara yang kini sudah mengemasi barang-barang mereka untuk cepat-cepat pulang. Untungnya sejak tadi hingga kini belum ada tanda-tanda masalah akan menghampiri mereka.
"Fara, cepetan! Lelet banget sih lo, kalau ada apa-apa bisa hancur kita," ucap Dinda panik sambil menoleh ke sisi kanan dan kiri koridor depan kelas.
"Iya-iya ini udah."
Dinda dan Fara langsung mempercepat langkahnya, sebenarnya mereka terlalu takut untuk bersekolah. Tapi mereka juga tidak bisa membolos tanpa alasan. Karena Dinda dan Fara belum siap untuk menceritakan semuanya pada keluarga.
"Mau kemana lo? Buru-buru amat."
Dinda dan Fara terkesiap melihat Juna bersender di tembok ujung koridor.
"Gu... Gue mau pulang lah, ngapain lo jauh-jauh kesini? Ha... Harusnya kan Lo bisa pake koridor deket kelas lo."
Jantung Dinda berdegup kencang sampai ia dibuat gugup, bukan karena ia bisa mengobrol dengan Juna yang notabenenya selama ini adalah targetnya atau orang terpopuler di sekolahnya, ini benar-benar membuat mereka takut jika Juna tahu semuanya.
"Gue nggak suka basa-basi sekarang, gue cuma mau tanya sama lo berdua."
"Maaf, Jun. Gue ada acara mendadak, Fara juga nebeng sama gue. Besok aja bisa ya?" Dinda buru-buru menarik tangan Fara untuk menjauh dan terpaksa menggunakan koridor yang lebih jauh.
"Berhenti atau gue bakal kasih pengalaman tak terlupakan di hidup lo, gue tau apa yang udah lo perbuat sama Indri," ancam Juna dengan emosinya yang semakin menyulut. Namun ia menahan hasratnya.
"Lo cukup ceritain semua ke gue, Lo harus sadar diri, dan lo juga harus bertanggung jawab atas perbuatan licik geng lo!" sambung Juna lagi.
Dinda dan Fara mematung mendengar ucapan Juna, kedua kakinya terasa lemas. Perkataannya bagai petir yang menyambar mengenai hatinya.
"Kita harus gimana, Din? Gue takut," Fara mulai meneteskan air matanya." Dinda tidak bisa berpikir jernih lagi.
Fara melepas genggaman erat Dinda, ia berlari sambil menangis tersedu di hadapan Juna kini. "Gue tau gue salah, bahkan Dinda juga merasa menyesal udah ngelakuin semuanya ke Indri."
Juna hanya diam mendengarkan, mereka terpancing dengan ucapannya. Tanpa lama mereka sudah mengakuinya.
"...gue benar-benar minta maaf, gue menyesal, gue takut, ternyata selama ini gue dibohongin sama dia." Fara tak hentinya menangis.
Alis Juna berkerut. "Dia siapa maksud lo?"
"Cukup Jun! Ini nggak ada hubungannya sama lo, ini masalah gue sama Naya. Masalah gue sama Indri. Bukan sama elo!"
Mata Juna menyala-nyala, ia sangat marah. Mudah sekali bagi dia untuk menganggap ini bukan masalahnya, apalagi nada bicaranya santai.
"Apa lo bilang? Gue nggak ada hubungannya sama semua rencana busuk yang lo lakuin ke Indri!?"
Fara dan Dinda menunduk semakin takut dengannya.
"Inget rencana pertama lo apa? Lo nyelakain Indri biar dia jauh-jauh dari gue kan? Itu karena lo iri sama Indri. Dan lo sama geng lo itu berniat buat deketin gue kan? Jawab gue!"
Mereka terdiam, Fara semakin bergetar menahan tangisnya. Sementara Dinda memeluk lengannya dengan ketakutan.
"Juna gue benar-benar minta maaf, gue nggak niat buat Indri kayak gitu, ini murni karena gue sama Dinda dijebak," ucap Fara sambil mengusap bulir air matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Here
Teen FictionMasalah selalu saja menghampiri Indri. Gadis itu menyembunyikan segala beban dari hadapan publik, ia tersenyum dibalik keterpurukannya, hanya satu orang mengetahui itu. Juna, cowok yang dulunya seorang pribadi yang bijaksana dan selalu di banggakan...