Sebelum dibaca, vote dulu boleh?
Ga susah kok :)
Makasih udah mampir hehe
Happy Reading
.
.
.
.
.
Hari memasuki waktu siang, masih di tempat yang sama. Indri belum meninggalkan rumah sakit, namun besok ia sudah diperbolehkan untuk pulang karena kondisinya yang semakin membaik. Mungkin hanya sedikit trauma dengan kejadian yang menimpanya kala itu.Indri menatap lesu dari balik jendela kamar rawatnya. Di dalam pikirannya Indri tengah memikirkan sesuatu, ia ingin cepat-cepat pulang dan menemui Tiyas, lalu tidur di ranjang kesukaannya. Kemudian berangkat sekolah seperti biasa tanpa adanya beban pikiran.
Drrrt Drrrt
Suara dering ponsel Indri menyadarkannya dari lamunan. Indri melihat nama Tiyas terpampang di layar, maka segera Indri angkat panggilan telepon itu.
"Halo, Tiyas! Tumben nih kamu ngehubungin aku?" ucap Indri dengan senang.
"Kamu udah tahu belum? Kalau Juna ngerencanain sesuatu buat orang yang ngebully kamu?" balas Tiyas sedikit panik.
Indri menggeleng pelan, walaupun Tiyas tak bisa melihat itu. Indri berpikir apa kira-kira yang Juna lakukan.
"Belum, coba jelasin. Aku benar-benar nggak tau masalah ini."
"Juna adu mulut sama Naya di lapangan sampai hampir seluruh siswa kesana buat ngeliat mereka aja."
Indri menelan salivanya. Indri tak habis pikir kenapa Juna harus melakukan hal seperti itu sendiri sih. Bukannya bisa dibicarakan baik-baik aja, nggak perlu pakai cara seperti itu. Indri terus menggumam, ia benar-benar bingung harus apa, Juna pasti tak bisa diberhentikan untuk soal begini dan tak segan mengatakan segalanya.
"Apa udah ada yang melerai? Juna bener-bener nggak mikir dulu! Padahal aku udah suruh buat obrolin baik-baik," ucapnya. Indri takut kalau nanti Juna dikeluarkan dari sekolah karena masalahnya.
"Kamu tenang dulu deh. Jangan sampai sakit lagi ya? Kayaknya tadi udah ada anak-anak yang manggilin guru karena Naya dari tadi makin ngelantur aneh-aneh," kata Tiyas menenangkan sahabatnya agar tidak terlalu khawatir.
"Jaga kesehatanmu ya, cepet sembuh."
Indri mengakhiri sambungan teleponnya. Indri memejamkan matanya untuk mendapatkan sedikit ketenangan.
"Semoga Juna tahu apa yang dia perbuat," kata Indri pada dirinya sendiri.
Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka lebar, menampilkan sosok kakaknya yang tengah terburu buru. Davin hanya mengambil jaket hitamnya yang tersampir di pinggir kursi tanpa berkata sepatah kata.
"Kakak mau kemana?" tanya Indri yang membuat Davin menatapnya sekilas.
"Aku buru-buru, katanya temenmu itu berantem sama cewek yang ada sangkut pautnya sama masalah kamu."
Indri menarik pergelangan tangan Davin sebelum ia meninggalkan tempat itu.
"Aku mau ikut, Kak," pinta Indri memelas."Nggak emang disana kamu bakal buat apa? Kamu istirahat disini. Jangan kemana-mana," tegasnya kemudian berlalu dari ruangan itu. Indri hanya menatap punggung Kakaknya sambil membuang nafas beratnya. Kondisinya yang membuat ia tak dapat melakukan apa-apa saat ini.
Pikiran Indri semakin gusar, Indri mengambil ponselnya untuk menghubungi Juna. Namun tak ada tanda-tanda Juna akan mengangkat panggilan teleponnya.
***
Seluruh siswa menatap bisu kearah Juna. Naya pun demikian, ia tak menyangka Juna bisa menyukai Indri. Hal yang Naya cegah sudah terlanjur terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Here
Teen FictionMasalah selalu saja menghampiri Indri. Gadis itu menyembunyikan segala beban dari hadapan publik, ia tersenyum dibalik keterpurukannya, hanya satu orang mengetahui itu. Juna, cowok yang dulunya seorang pribadi yang bijaksana dan selalu di banggakan...