I,H21

57 8 3
                                    

Hargai penulisnya dengan vote ya :))
Tinggal tekan aja, ga susah kan?
Makasih sudah nunggu lho :)
.
.
.
.
.
Happy Reading♥️

Sudah dua hari sejak Dinda dan Fara mengatakan hal yang sebenarnya pada mereka. Tanpa mau menunggu lebih lama lagi, Juna, Tara, Dipa dan Yudis sudah siap memberikan sesuatu hal pada Naya yang pastinya akan membuat ia sangat-sangat malu dengan perbuatannya pada Indri.

Tentu mereka berempat tidak akan membalas dengan memukul atau menyiksa fisiknya seperti yang dilakukan Naya pada Indri. Juna sepenuhnya sadar bahwa itu bukanlah cara yang ampuh ataupun pantas. Ditambah Indri melarang keras ia untuk melakukan ini.

Jadi buat apa membalas kejahatan dengan kejahatan? Artinya ia sama saja sebagai penjahat. Tapi bagi Juna, dengan cara perlahan namun kejam tak papa kan?

Sejak sekian hari menyembunyikan diri, Naya kembali bersekolah. Tara, Dipa dan Yudis juga menyadari bahwa selama ini Naya jarang nampak di sekolah. Kalau Dipa tahu, mungkin Dipa akan mengikuti jejaknya untuk membolos selama-lamanya.

Juna terus bergumam menatap tajam ke depan,melihat Naya yang duduk menikmati makan siangnya di kantin. "Masih punya nyali aja dia buat sekolah. Salut gue sama kelicikan Lo."

"Namanya aja anak donatur sekolah, kadang suka lupa daratan," cibir Yudis.

Naya dan Mitha masih terus mengrobol, sesekali tertawa keras sambil memukul meja beberapa kali, tidak peduli tatapan sinis yang lainnya. Sementara mereka dibelakang terus memperhatikan gerak-geriknya.

"Kira-kira berapa orang yang udah tau kalau Naya selicik itu?" tanya Tara.

"Kemungkinan para kaum nerd di sekolah tercinta kita yang tahu, tapi Indri nggak nerd kan." Mereka kompak mengiyakannya.

"Apa jangan-jangan Mitha ikut campur juga masalah ini?" tanya Juna.

"Satu hal yang mungkin bisa ngebuktiin." Yudis ganti berbicara, tangannya sudah menaruh ponselnya diatas meja.

"Apaan?"

"Dipa, lo ajak aja mantan lo itu buat ngobrol, mau di gudang belakang kek, mau di parkiran atau ruang guru serah lo."

"Napa harus gue?" ucap Dipa tak terima.

"Karena lo kan mantannya, salah lo sih mau sama model yang begituan," balas Yudis sambil nyengir kearahnya.

"Aelah, pura-pura aja lo ada perlu sama tuh orang, sekali doang lo jadi orang yang bermanfaat dikit bagi kita napa."

"Ohhh, berarti keberadaan gue nggak pernah bermanfaat bagi kelangsungan hidup lo? Terus kalo lo mager kan gue juga yang lo jadiin BABU," ucap Dipa menekankan setiap kalimatnya. Yudis hanya nyengir.

"Hm jadi gue bakal pura-pura perlu sama Naya, pelan-pelan gue jalanin rencana itu," ucap Juna meyakinkan.

Tara pun ikut membalas, "bagus ide lo, kita liat ekspresi si nenek sihir gimana setelah denger sahabat tersayangnya itu ngelakuin hal kriminal ke temen sendiri. Lo juga kasih tau, kenapa Naya selama ini betah temenan sama dia,"

Dipa mengangguk paham.

Akhirnya tibalah saat ini dimana mereka akan menjalankan rencananya. Mereka sudah tidak tahan dengan sikap Naya yang bersikap seolah tak ada apa-apa. Wajar juga kalau Juna terlampau emosi. Mungkin ini karena dorongan dari perasaannya sendiri yang ingin menolong perempuan lugu itu.

Kalau soal Tara, Dipa dan Yudis lain lagi, mereka tidak mau rencana Naya ikut-ikutan mengancam harga diri mereka sebagai cowok terganteng yang perlu banget gebetan dan pacar. Jika semua siswi takut pada mereka, artinya mereka akan tamat. Karena mereka tidak punya bakat menarik hati, dan ketampanan mereka adalah satu-satunya bakat.

I'm HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang