"Perasaan itu seperti angin, transparant, tak terlihat dan entah arahnya kemana. Membuatku bingung berlabuhnya dimana dan pada siapa."
🍀🍀🍀
Yudha saat ini sudah berada didepan pintu rumah Mellani, entah apa tujuannya. Lelaki itu sudah rapi dengan pakaian casualnya dan terlihat sangat tampan dam mempesona.
Setelah mengetuk pintu sebanyak tiga kali, akhirnya muncul seseorang dari balik pintu itu. Yudha tersenyum menatap wanita paruh baya didepannya, "sore tante." Ucapnya sopan.
"Sore, nak Yudha. Ada apa ya kemari sore-sore gini ? Cari Mellani ? Dia belum pulang," ucap Marini ramah.
Yudha tersenyum tipis, "saya kesini bukan mau cari Mellani, tante. Tapi, saya mau minta izin buat ngajak Mellina jalan-jalan sore. Boleh tante ?" Ucapnya sambil menatap Marini.
Wanita paruh baya itu sedikit terkejut dengan pernyataan lelaki itu. "Kamu mau ngajak Lina jalan-jalan sore ?" Ucapnya memastikan.
Yudha menganggukkan kepalanya, "iya tante, itupun kalo tanye kasih izin." Ucapnya lalu tersenyum.
Marini balas tersenyum, "yasudah masuk dulu. Tante panggilkan Lina nya, dia pasti seneng banget mau diajakin jalan-jalan sama kamu."
"Iya tante," ucap Yudha lalu mengekori Marini yang berjalan masuk kedalam rumahnya.
Beru saja mereka berdua masuk kedalam rumah, Lina datang menghampiri dengan pakaian yang sudah rapi dan siap untuk pergi.
Marini menatap keduanya bingung, "kalian udah janjian ?" Ucapnya lalu menatap Yudha dan Lina secara bergantian.
Lina menyengir kuda, "ibunya Lina yang cantik, bolehkan kalo adek pergi jalan-jalan sore sama bang Yudha ?" Ucapnya manja pada Marini.
Wanita paruh baya itu belum menjawab ucapan puterinya, ia menatap Yudha meminta penjelasan.
"Sebelumnya maaf tante, saya ngajak Lina jalan-jalan sore gak ada niatan buruk atau maksud lain kok. Jujur saat pertama kali saya dateng ke rumah ini, saya ngerasa kayak punya keluarga. Dan saya udah nganggep Lina udah kayak adik saya sendiri, tante." Jelas Yudha.
Marini menghela nafas lega, sedangkan Lina memajukan bibinya kedepan.
"Syukurlah, tante pikir kamu suka sama Lina terus niat mau macarin dia. Hehehe," ucap Marini lalu terkekeh.
Yudha tersenyum kecil menanggapinya.
"Gapapa sekarang jadi adeknya dulu, nanti kalo udah 17 tahun baru jadi pacarnya abang," ucap Lina lalu tersenyum ceria menatap Yudha.
Lelaki itu tertawa kecil lalu mengacak rambut Lina gemas.
"Bang Yudha mah cocoknya sama kakak, bukan sama adek." Ucap Marini yang dibalas rengekan oleh puteri kecilnya.
"Ibu tuh belain kakak mulu, adek gak pernah dibelain." Ucapnya manja.
Yudha terkekeh pelan melihat interaksi sepasang anak dan ibu itu.
Marini pun tertawa, "yaudah berangkat sana. Jamgan pulang terlalu malam ya, nak Yudha." Ucapnya lalu menatap Yudha.
Kemudian Yudha dan Lina pamit, tak lupa mencium tangan Marini secara bergantian.
"Assalamualaikum," ucap Lina.
"Kami pergi dulu tante, Assalamualaiku." Ucap Yudha yang lalu diangguki oleh Marini.
"Waalaikumsalam, hati-hati dijalan ya..." teriak wanita paruh baya itu saat Lina dan Yudha sudah keluar dari pintu rumahnya.
🍀🍀🍀
KAMU SEDANG MEMBACA
The Queen of My school
Roman pour AdolescentsMenceritakan tentang seorang ketua OSIS disebuah sekolah. Ketua OSIS yang sangat disiplin, patuh terhadap tata tertib, rajin belajar tetapi ia selalu saja menjadi peringkat kedua dikelasnya. Ia sangat menjunjung tinggi kedisiplinan dalam hidupnya. T...