(16) Kisah Klasik Di Malam Minggu

1K 55 9
                                    

"Saat bintang dilangit bersinar terang dan indah kala malam hari. Tetapi senyum mu lebih indah dan menawan hati."

☘️☘️☘️

Malam minggu ini Mellani memutuskan untuk keluar rumah ketimbang berdiam diri di kamar seperti malam minggu lainnya. Gadis itu kini sedang berada di salah satu toko buku yang ada di Mall terbesar di kota ini.

Mellani hanya sendiri, tidak ditemani Lina, Fatih, apalagi ayah dan ibu. Gadis itu memang lebih senang menyendiri. Tapi, manusia itu kan diciptakan berpasang-pasangan. Tidak mungkin selamanya ia akan hidup sendiri dan menjadi jomblo lapuk.

Seusai membayar sebuah novel yang cukup tebal di kasir, gadis itu masuk ke sebuah kafe. Mellani duduk dan seorang pelayan kafe datang menghampirinya.

"Friench fries and matcha late ya, Mas." Ucap Mellani dengan ramah.

Pelayan itu mengangguk paham kemudian berlalu.

Mellani mengeluarkan sebuah novel yang dibelinya tadi, kemudian dibukanya lembar pertama.

Sementara di lain sisi di tempat yang sama, Yudha dan kawan-kawannya sedari tadi sedang memperhatikan gadis itu mulai sejak memasuki kafe tersebut.

"Itu kan Mellani, dia sendiri ?" Ucap Kemal lalu menatap Yudha.

Lelaki itu menggendikkan bahunya tanda tidak tahu.

"Kayaknya dia nunggu seseorang deh, malam minggu bro. Kan gak mungkin dia jalan-jalan sendiri," ujar Arvano lalu tersenyum jahil.

Tidak lama seorang pelayan datang menghampiri meja gadis itu dan memberikan pesanannya kemudian pergi lagi.

"Mellani beneran jomblo ? Dia kesini sendiri ?"Ucap Reihan tak percaya.

"Mungkin dia nunggu lo, Yudh." Ucap Akmal lalu terkekeh.

Yudha menatap gadis yang duduk tak begitu jauh darinya itu.

"Payah lo, masa iya bad boy sekolah kayak lo gak berani nembak cewek." Ujar Aldi lalu tertawa terbahak-bahak.

Yudha tersenyum khasnya.

"Gak mau disamperin tuh ?" Ujar Renal.

"Biar aja selama gak ada yang ganggu," ucap Yudha lalu tersenyum tipis.

***

Mellani membaca novelnya sambil memakan kentang gorengnya satu perlahan.

Tiba-tiba saja seseorang datang mengganggu dengan merebut novelnya itu secara sengaja.

Mellani menatap lelaki itu, wajahnya terlihat kaget.

"Apa kabar ?" Ucap lelaki itu lalu menampilkan sederet gigi putihnya.

"Kak Devan, baik kok baik." Ujar Mellani lalu tersenyum antusias.

Lelaki bernama Devan itu mengacak rambut Mellani dengan gemas. "Masih jadi kutu buku aja dari dulu, gak pengen ganti jadi kutu beras apa." Ujarnya lalu terkekeh.

Mellani balas terkekeh, "apa kabar ?"

"Sehat, ayah ibu sama Lina apa kabar ?" Ucap Devan.

"Alhamdulillah sehat semuanya," ucap Mellani sambil tersenyum.

The Queen of My schoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang