"Orang kayak lo emang gak bisa buat diajak ngomong serius. Karena seputar hidup lo hanya tentang sebuah lelucon yang sebenernya gak lucu sama sekali."
🍀🍀🍀
Sudah dua minggu kedua lelaki itu menjalani hukuman yang diberikan Mellani. Hari ini adalah hari terakhir mereka menjalani hukuman itu.
Mellani hendak memberikan air mineral kepada Yudha dan Riko seperti biasanya, setelah mereka berdua lari mengitari lapangan. Namun, Kiara tiba-tiba saja datang lebih dulu memberikan sebotol air mineral pada Riko.
"Makasih ya, Ra." Ucap Riko lalu tersenyum menatap gadis itu.
Kiara balas tersenyum lalu menganggukan kepalanya.
Mellani dengan wajah datarnya tak mau ambil pusing, diberikannya sebotol air mineral kepada Yudha. Sedangkan yang satunya ia bawa kembali.
Yudha menerima air itu dengan senang hati.
"Hukuman kalian udah selesai hari ini, gue harap kedepannya kalian gak akan bikin masalah lagi." Ucap Mellani datar sambil menatap Riko dan Yudha secara bergantian. Setelahnya gadis itu berlalu, tapi Yudha mengejarnya.
Sedangkan Riko menatap punggung Mellani dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Heii... kok malah bengong sih ?" Ucap Kiara sambil menepuk bahu lelaki itu pelan.
Riko tersenyum canggung lalu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. " Ahhh... gapapa kok, kita ke ruang OSIS sekarang yuk. Rapat kayaknya bentar lagi mau dimulai, Mellani udah duluan tuh tadi." Ucapnya mengalihkan.
"Ayo..." ucap Kiara lalu tersenyum.
Keduanya berjalan beriringan menuju ruang OSIS.
Sesampainya disana Riko melihat Yudha duduk disamping Mellani.
"Lo keluar sekarang!" Ucap Mellani tegas dan penuh penekanan sambil menatap Yudha.
Lelaki itu menghela nafas dalam, "gue gak mau keluar. Gue mau disini," ucapnya santai.
Mellani memutar bola matanya, "rapat ini hanya untuk anggota OSIS." Ucapnya penuh dengan penekanan sambil menatap Yudha geram.
"Yaudah kalo gitu gue ikut jadi anggota OSIS," ucap Yudha santai.
Kesabaran Mellani sudah habis saat ini, lelaki itu benar-benar memancing emosinya meledak. "LO KELUAR SEKARANG!" Teriaknya membentak Yudha.
Semua anggota OSIS menatap Mellani ngeri, karena kalau sudah marah, ketua OSIS mereka tak akan segan-segan menelan hidup-hidup orang yang tidak mengikuti perintahnya.
Namun, lain halnya dengan Prayudha Alvero. Jika lelaki itu menyerah dan takut, dapat dipastikan itu bukanlah dia.
Yudha tersenyum simpul, "lo makin cantik kalo marah." Ucapnya membuat semua mata yang ada disana menatap tak percaya, termasuk Riko.
Lain halnya dengan Mellani, wajah gadis itu merah padam saat ini. Bukan karena blushing atau malu. Melainkan karena amarah yang meledak-ledak. Gadis itu menyeret Yudha keluar secara paksa.
"Apa mau lo ?" Ucapnya sambil menatap tajam Yudha.
Lelaki itu tersenyum miring, "lo." Ucapnya santai.
Mellani menatap Yudha dingin, "orang kayak lo emang gak bisa buat diajak ngomong serius. Karena seputar hidup lo hanya tentang sebuah lelucon yang sebenernya gak lucu sama sekali." Ucapnya kemudian berlalu.
Namun langkahnya terhenti, karena Yudha menarik gadis itu untuk kembali menghadapnya. Hingga kini posisi keduanya sangat dekat sekali, hanya berjarak sekitar satu centi meter saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Queen of My school
Ficção AdolescenteMenceritakan tentang seorang ketua OSIS disebuah sekolah. Ketua OSIS yang sangat disiplin, patuh terhadap tata tertib, rajin belajar tetapi ia selalu saja menjadi peringkat kedua dikelasnya. Ia sangat menjunjung tinggi kedisiplinan dalam hidupnya. T...