~*Satu*~

415 32 2
                                    

****

Gita sedang membaca novelnya di taman sambil memakan es krimnya dengan khidmat.

Romansa di novel, memang sangat tidak realistis. Alurnya selalu seperti itu, tapi entah kenapa Gita suka membacanya.

Kegiatan membacanya terganggu saat dirasa ada sesuatu yang menimpuk kepalanya dari atas. Sebuah kertas yang sudah tidak terbentuk. Tidak sekali dua kali, tapi berkali kali.

Gita mendongakkan kepalanya. Kemudian menolehkan kepalanya ke belakang. Memang tebakannya tidak pernah salah. Andra selalu mencari masalah dengannya.

"Lo cari masalah sama gue?" tanya Gita saat melihat Andra duduk di pembatas koridor di lantai dua

"Jangan pede. Lagian, siapa suruh lo di situ. Jangan salahin gue," ucap Andra sembari memakan permen karetnya.

Gita menghela nafas kesal. Berhadapan dengan Andra memang selalu membutuhkan tenaga ekstra. Bisa-bisa ia mati muda. Ih, amit-amit.

Gita berdiri kemudian menghadap Andra. "Turun lo!"

Andra mengangguk. "Oke, gue turun."

Setelah mengatakan itu, Andra loncat tepat di depan Gita.

Itu namanya lompat bukan turun! Andra Gila!

"Lo gila? Gue suruh lo turun bukan loncat kaya gitu! Kalau lo kenapa-kenapa gimana?"

Andra terkekeh. "Cie khawatir."

Gita tersadarkan. Berkata apa ia tadi?

"Bukannya apa-apa, kalau lo mati nanti gue yang bakalan jadi saksi kematian lo, dan itu merepotkan. Gue gak mau," ucap Gita sembari bersedekap dada.

"Apa iya?"

"Terserah deh. Gue mau ke kelas. Anggep aja gue maafin lo atas apa tingkah lo yang ganggu gue lagi baca tadi. Ini hari pertama masuk sekolah di tahun ini, jadi gue gak mau ngeladenin lo yang cari masalah sama gue."

Baru saja Gita ingin melangkahkah kakinya pergi, namun Andra menahan seragamnya dengan dua jari.

Gita mengerutkan kening heran seakan bertanya maksud Andra.

"Temenin gue bentar."

Saat melihat Andra, Gita tahu bahwa Andra sedang tidak baik-baik saja. Mungkin ini karena apa yang menimpa Ayah Andra.

Gita menghela napas kemudian kembali duduk di kursi sebelumnya yang ia pakai saat membaca novel tadi.

Gita menepuk tempat kosong di sebelahnya. "Sini duduk."

Andra menurut lalu mengambil tempat duduk di samping Gita. Andra menatap Gita lekat. Gita masih memakan es krim nya yang sisa setengah.

Tahu kalau Andra menatap es krimnya, Gita menawarkannya padanya. "Mau?"

Andra mengangguk kemudian mengambil alih es krim Gita yang sisa setengah.

"Lo laper?" tanya Gita.

"Enggak," jawab Andra.

Setelah itu keheningan menyelimuti keduanya. Gita bingung ingin berbicara apa lagi. Jadi, pilihan yang tepat adalah melanjutkan kegiatan membaca novelnya.

Andra membuang stik es krimnya sembarang. "Kenapa kalo habis makan es krim selalu haus?"

Gita menatap Andra. "Gue gak bawa minum."

"Gue gak minta."

Gita memutar bola matanya malas. Kalau tidak minta kenapa bilang begitu? Andra aneh.

GITANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang