~*21. Semua Tipu Muslihat*~

89 14 2
                                    

Happy Reading🐐❤️🔥

**^**

Tidak akan ada yang tahu bagaimana kelanjutan hidup kita. Tapi setidaknya, kita harus membuat sebuah jalan atau rute untuk menuntun kita kepada hal-hal yang membahagiakan. Membahagiakan bukan hanya untuk kita, tapi juga untuk orang lain.

Namun, jika semuanya tidak berjalan dengan apa yang kita harapkan, lantas apa yang pertama kali kita lakukan?

Kalian sudah tahu jawabannya. Menyalahkan takdir. Benar, bukan?

Padahal di sini, yang pantas kita salahkan itu nasib. Bukan takdir!

Tapi masalahnya, posisi Andra kali ini membuat dia malah menyalahkan dirinya sendiri, bukan takdir maupun nasib, tidak juga Luna ataupun Gita.

Dalam dirinya seakan terbagi menjadi dua bagian. Hati dan logika. Hati berkata untuk menjauhi Luna karena ia sudah punya pacar, sedangkan logikanya berkata tidak apa-apa, mereka juga kan berteman dari dulu bahkan sebelum Andra mengenal Gita.

Sialnya, diantara dua pilihan itu, Andra malah memilih logikanya. Menuruti keinginan gadis yang ada di sampingnya. Selalu menurut bagaikan Anjing peliharaan yang di bawa kesana-kemari hanya untuk memuaskan sebuah kerinduan yang sudah ingin berpedar sejak dulu. Andra tidak bisa menolaknya. Andra juga tidak tahu kenapa. Andra pikir, ada yang salah pada dirinya. Karena ia malah menikmati momen berdua ini—bersama Luna tentunya. Mulai dari ke bioskop, pameran, pasar malam, jalan-jalan berdua dan berakhir di sebuah kafe. Terlihat seperti kencan, bukan? Tapi, mari Andra tegaskan sekali lagi kalau ini bukanlah acara kencan!

"Ndra, kamu kok banyak diem-nya, sih? Gak suka ya pergi sama aku?" tanya Luna di tengah kegiatan makannya.

"Hah? Enggak, siapa bilang? Aku seneng kok bisa ketemu sama kamu dan habisin waktu berdua bareng." Katakan Andra Bangsat sekarang.

Luna tersenyum lega mendengar jawaban Andra.

"Oh iya, katanya kamu mau ceritain semuanya? Jangan ulur-ulur waktu lagi, ya." Andra mengingatkan.

"Hehe, enggak kok. Aku mau ceritain semuanya di rumah aku. Kamu gak keberatan, kan? Serius, aku bener-bener bakal ceritain semuanya di sana," ucap Luna sambil menunjukkan tanda Piece.

Andra terkekeh sambil mengangguk. Dari dulu, Luna memang tidak berubah. Selalu menggemaskan.

Setelah acara makan selesai, mereka berdua pergi menuju rumah Luna, alias rumah Yordan. Memarkirkan mobilnya kemudian masuk dan disambut dengan baik oleh Yordan dan Fana. Fana adalah istri Yordan yang berarti dia adalah Ibu angkat Luna.

Andra dan Luna berjalan ke arah taman depan. Berniat untuk menceritakannya sekarang. Mendudukkan tubuh mereka ke sebuah Kursi di sana.

"Awalnya, Papah kamu nyuruh aku buat pergi selamanya dari kehidupan kamu. Aku udah nolak mentah-mentah keinginannya. Tapi papah kamu seakan dirasuki oleh iblis, setan, dan semacamnya. Dia tiba-tiba berniat buat ngebunuh aku, Ndra.

Di sungai. Dan untung aja ada Ayah Yordan di sana. Ayah langsung bawa aku ke rumah sakit dan ngangkat aku jadi anaknya. Saat itu, aku bener-bener takut, Ndra. Aku takut gak bakal ngelihat kamu lagi." Luna menjelaskan versi dirinya sendiri. Dan tentu saja tanpa memberi tahukan bahwa dirinya yang telah membunuh Ibu kandung  Andra sendiri. Gila saja! Luna tidak ingin mengakhirinya di sini!

"Papah ... nge-lakuin itu? Nge-bunuh kamu?" Andra sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Membayangkan bahwa Papah-nya melakukan itu semua membuatnya seakan telah gagal menjadi seorang anak. Gara-gara dirinya lah Papahnya melakukan itu semua—tindakan kriminal. Lebih menyakitkan lagi bahwa Luna telah mengalami itu semua. Tingkat rasa bersalahnya jadi naik berpuluh-puluh kali lipat.

GITANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang