~*Sembilan*~

185 23 0
                                    

**^**

Gita membuka kelopak matanya perlahan, yang pertama ia lihat adalah sebuah kamar yang bercat abu-abu, dan juga ada beberapa gitar di salah satu meja. Kamar itu begitu besar dua kali lipat jika dibandingkan dengan kamarnya.

Gita mengucek-ngucek matanya barangkali ia salah liat, saat ia berusaha bangkit dari tidurnya kepalanya terasa begitu berat dan sakit.

Tak lama setelah itu, pintu perlahan terbuka.
Gita melebarkan matanya terkejut, diambang pintu sana terdapat cowok yang berbadan tinggi tegap dan memiliki rahang yang kokoh, kulit yang putih, hidung yang mancung seperti orang amerika yang memakai celana panjang tshirt dan kaos oblong berwarna putih, kepalanya juga sedikit basah pertanda cowok itu habis mandi.

"Lo udah bangun? Gue kira lo udah mati," tanya cowok itu.

"Ll-lo ngapain disini?" tanya gita.

"Emang salah kalau dirumah sendiri?"

Cowok itu berjalan mendekat.

"Jad-jadi ini...rumah lo?"

"Thats right."

Cowok itu duduk ditepi ranjang kemudian memeriksa kening gita.

"Demam lo udah turun."

"Tunggu-tunggu, kenapa gue bisa ada dirumah lo ndra?" tanya gita.

Ya, cowok itu adalah andra.

Andra menoyor kepala gita, "Goblok! Seharusnya gue yang nanya sama lo, ngapain lo di tengah jalan sendirian malem-malem lagi!?" tanyanya. "Mana pahlawan pelindung lo yang katanya jagain lo 24 jam nonstop? Hah? Mana?" Lanjut andra.

Gita meringis mengusap-ngusap kepalanya.
"Kok jadi lo yang marah sih?" heran gita.

Kemudian ia mengingat kejadian semalam,
"Oh iya bian mana?Bian gak papa kan? Tadi semalem bian ngilang, katanya ijin ke toilet tapi gak nongol-nongol," ucap gita panik.

Andra menoyor kepala gita lagi, "Eh cebol, keadaan lo kayak gini tapi lo masih mikirin tuh si badut got yang ninggalin lo sendirian? Taroh dimana otak lo!?"

"Enggak, bian gak mungkin ninggalin gue sendirian, bian pasti tersesat dan tak tau arah jalan pulang," sarkas gita.

"Bian itu juara berapa sih di kelas? Udah berapa kali dia ikut olimpiade? Orang pinter kaya bian mana mungkin tersesat bego!"

"Tapi kenapa bian ninggalin gue?" tanya gita lirih sambil menunduk.

Matanya memanas dan air matanya tidak bisa ditahan lagi, gita menggigit bagian bawah bibirnya agar tidak mengeluarkan isakan. Dia memang secengeng ini.

Hatinya sakit dan kecewa mengingat perlakuan bian semalam yang tega meninggalkannya di pameran seorang diri sampai ia jatuh pingsan. Akhir-akhir ini pun bian selalu mengabaikan gita, chat gita tak pernah di balas, telfon pun tak pernah di angkat, jika ditanyapun bian selalu menjawab bahwa ia sedang sibuk. Padahal gita hanya ingin menanyakan kabarnya saja. Bukankah wajar gita menanyakan kabar sahabatnya?.

Andra langsung membawa gita kedekapannya, memeluknya erat-erat dan membelai rambut gita.

Membiarkannya menangis didekapannya, ia paling tidak suka jika gadisnya menangis.
'Gadisnya?' entah sejak kapan andra mengklaim gita sebagai gadisnya.

"Lo tenang aja si badut got udah gue kasih pelajaran."

Gita langsung mendorong andra menjauh, "Lo apain bian?"

"Gak gue apa-apain, cuma gue kasih bogeman dikit."

"Gila lo! Kalau bian kenapa-napa gimana?" tanya gita khawatir.

GITANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang