part 2

900 118 1
                                    

Taeyong pov

Aku membangunkan dia, kulihat matanya membengkak membuatku merasa bersalah padanya

"Hyo, bangun...bukannya kamu bilang mau pergi ke makam eomma"

Dia masih mengeliat sampai aku mencium bibirnya sekilas

"Oppa"

Dia langsung bangun kemudian mengusap matanya beberapa kali sebelum akhirnya mulai meminta bantuanku untuk berdiri. Aku menarik tangannya dan mengacak rambutnya kasar

"Hya!!" dia mencoba membalasku hingga akhirnya kami berlari mengitari kamarnya

Beberapa menit kemudian adikku yang ceroboh itu terjatuh

"Kamu tidak apa?" kataku sambil memeriksa kakinya yang lebam

"Sebaiknya kita tunda saja rencana mengunjungi makam eomma"

"Tidak apa, aku masih bisa jalan kok"

Akhirnya aku membantunya agar dia bisa naik kedalam bus, sekarang kami bahkan saling mengedarkan pandangan kami keluar. Entah apa yang ada dalam pikirannya saat ini tapi yang jelas aku sudah membulatkan tekadku untuk menerima Nayeon sebagai kekasihku.

"Hyo, maafkan oppa. Kemarin oppa marah karena terlalu terbawa suasana"

"Aku juga minta maaf, sebenarnya aku dan Lucas memang sedang dekat. Kemarin kami telat pulang kerumah karena ban sepeda motornya bocor jadi harus mencari tukang tambal ban baru mengantarku pulang. Lain kali aku akan menelpon oppa dan memberi kabar kalau aku telat pulang kerumah"

Aku masih menatapnya lekat, entah kenapa hanya dengan melihat dia membuatku tersenyum. Aku mengacak rambutnya pelan membuat dia menoleh kearahku

"Oppa, memangnya oppa ingin aku cepat menikah ya?"

"Tentu saja"

Tentu saja tidak, mana mungkin aku menginginkan adik kesayanganku pergi dari rumah

"Hya!"

"Sejauh mana hubunganmu dengan pria bernama Lucas itu?"

Wajahnya merona saat aku bertanya, kali ini dia menunjuk bibirnya sambil menundukkan kepalanya

"Oppa juga, kenapa tidak bilang kalau oppa sudah punya pacar!"

"Aku? Aku tidak punya pacar"

"Jangan bohong, aku lihat kalian sedang ciuman di depan mini market tempat oppa bekerja"

"Dia cantik kan?"

"Hmm" katanya mengganguk setuju

Aku menawarkan punggungku padanya

"Naiklah"

"Kekeke, oppa amnesia ya? Bahkan berat badanku lebih berat dari oppa"

"Hya, sudah naik saja!"

Dia naik keatas punggungku membuatku teringat kembali saat kami masih kecil dulu, saat badannya masih sangat ringan. Aku dulu sering menggendongnya karena begitu sayang padanya bahkan saat dia smp tidak sedikit yang mengira kalau aku adalah kekasih adikku atau sebaliknya.

"Hyo..."

"Hmm"

"Apa kamu masih ingat dulu saat kita masih kecil, kamu sering sekali menjemputku didepan sekolahku?"

"Iya, bahkan sampai tidak ada gadis yang mendekati oppa karena mengira aku adalah pacar oppa"

"Bahkan temanku sampai bertanya karena heran melihatku yang dikira pacaran dengan anak dibawah umur"

FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang