EMPAT

55K 1.9K 17
                                    

Diana POV

Setelah sekian lama aku keluar hanya mengenakan handuk yang melilit erat di tubuhku. Handuk itu hanya mampu menyembunyikan bagian dada hingga pertengahan pahaku. Luis menghampiriku dengan pelan. Dia terlihat sangat tampan dengan kaos v neck berwarna merah maroon dan celana training berwarna abu. Diraihnya pinggangku dan mendekatkan tubuhnya ke arahku. "Ehm. Nanti kamu basah." Halauku cepat dan mundur satu langkah. Luis mengangguk dan memberi senyum tipis.

"Bajunya di dalam ruang pakaian."

Aku mengangguk dan melangkah menuju ruang yang ditunjuknya. Aku terpukau. Ruangan itu penuh dengan kemeja, jas, sepatu, sneakers, jam, tas, dasi. Aku melihat baju yang terlipat rapi, sebuah dress motif floral berwarna hijau muda dan sedikit blast kuning. Dress itu sangat indah. Aku melihat merek di belakangnya 'Dolce & Gabbana'. Aku menutup mulutku tanpa sadar. Dress ini pasti sangat mahal. Disamping dress itu ada sepasang celana dalam dan bra bertuliskan Victoria Secret. Aku kembali menggelengkan kepala. Ini terlalu berlebihan.

"Babe... Uda?" Suara Luis mengangetkanku.

"Be...belum." jawabku gugup sambil meraih celana dalam itu dan memakainya. Begitu pula dengan bra dan dressnya. Semua ukurannya pas. Dari mana mereka tahu ukuranku?

"Oke. Take your time." Setelah merapikan gaunku sekali lagi, aku meraih karet yang mengikatnya messy bun. Tetapi mataku beralih kearah tanda merah di leher bagian kananku. Aku membuka pintu ruangan dan berhadapan dengan Luis yang membelakangiku sambil berbicara dengan telepon.

"Pokoknya itu harus deal di harga segitu! Saya ga mau tau. Kalau perlu paksa mereka sampai mereka deal disana!" Suara Luis menggelegar dengan nyaring. Aku berdiri tepat dibelakangnya ketika Luis berbalik. Wajahnya seketika berubah lembut. "Saya mau kontraknya besok pagi di kantor jam 10! Paham kamu?!" Lalu memutuskan teleponnya. Luis melangkah kearahku dan memasukkan handphone di dalam kantongnya. Di elusnya pipiku pelan. "Kamu cantik sekali." Di kecupnya keningku.

"Thanks. But this is too much for me." Kataku menunjuk gaun yang kugunakan.

"What do you mean? Ini sangat cocok untuk kamu." Diraihnya tangan kiriku dan menautkan jari kami berdua. "Papi Mami sudah menunggu di bawah." Dituntunnya aku menuju kearah ruang makan. Rumah ini begitu besar dan indah. Di dominasi warna putih, abu dan cokelat. Di setiap sudutnya terdapat cctv. Luis mempersilahkan aku duduk di sebelahnya. Aku tersenyum kecil kearah pria berusia sekitar 50 tahunan. Auranya begitu berkharisma dan berbahaya. Wajahnya sangat mirip dengan Luis namun ini versi dewasanya. Dan dihadapan Luis duduk wanita sekitar 40an yang begitu cantik. Aku bisa mengatakan pasti di masa mudanya dia seorang model. Dia tersenyum lembut kearahku dan kubalas dengan tersipu malu.

"Anggap aja rumah sendiri, darling." Kata wanita itu halus.

"Te..terima kasih." Jawabku gugup. Aku merasa tidak nyaman, suasana canggung ini.

"Ini Papi dan mami aku." Luis kemudian berkata sembari meremas pelan jemari tangan kananku. Tak lama kami pun memulai makan. Tak ada yang berbicara, hanya suara sendok yang berdenting. Luis pun terlihat tegang dan gelisah di sampingku. Aku melirik ayahnya yang hanya diam sendari tadi. Setelah kami selesai dengan hidangan utama. Pelayan mengganti seluruh menu dengan makanan penutup. Aku memilih hanya meminum jusku. Aku sudah merasa sangat kenyang karena sepanjang makan, Luis tak henti-hentinya mengisi piringku dengan bermacam-macam lauk. Meski aku sudah melarangnya dengan tatapan mataku. Ibunya melihat kami dengan tatapan kagum.

"Diana..." Panggil ayah Luis. Suaranya begitu berat dan beribawa. Aku tersentak. Tangan kiri Luis tak henti-hentinya mengusap-usap pahaku membuatku tenang. Aku mengalihkan pandanganku kearah ayahnya.

"Iya. Tuan Batmajaya" kataku berusaha setegar mungkin.

"Saya butuh bicara dengan kamu habis ini."

Peach Love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang