Luis POV
Aku mengikuti Diana setelah membereskan fileku. Dalam perjalanan aku tidak berhenti memikirkan perkataan Diana, aku baru mengetahui selama ini Diana tidak mempercayaiku. Aku berpikir dia mulai mencintaiku. Ini membuatku frustasi. Sesampainya dirumah kulihat Diana sudah siap dengan gaun navy nya dari CHANEL yang mencapai mata kaki dan memperlihatkan seluruh punggungnya. Dia terlihat sangat cantik dan anggun, aku menelan ludahku keras. Aku berpikir untuk membatalkan acara amal itu dan memiliki Diana sepanjang malam. Diana melewatiku dan keluar dari kamar tanpa satu katapun seolah aku tidak ada disana. Aku menarik napas panjang.
Setelah 20 menit kami berangkat, didalam mobil Diana sibuk melihat keluar tanpa ada niat untuk memulai percakapan. Ketika tiba di hall, seluruh pandangan mata melirik kearah kami. Ayah dan Ibu menghampiri kami. Diana memeluk ibuku dan mencium pipi ayahku.
"Kamu sangat cantik dear." Ibuku memujinya. Tanganku melingkar posesif di pinggangnya. Diana cuma tersenyum. Kami duduk dalam satu meja. Aku melihat banyak mata melihat Diana dengan tatapan lapar. Tanganku tak henti-hentinya melingkar di pinggang Diana posesif. Ingin kucium bibirnya didepan semua pria itu dan menyatakan bahwa Diana adalah istriku. Diana duduk dengan tenang dan sesekali menjawab pertanyaan ibuku. Dia tidak melihat kearahku. Acara amal pun di mulai, aku membeli sebuah rumah di daerah Kalimantan. Ayahku membeli sebuah perusahaan yang sudah tidak terpakai disana. Setelah acara pelelangan. Kami menikmati hidangannya. Aku dan ayahku terpaksa terpisah dari Diana dan Ibu. Aku dan ayahku berkumpul dengan para pengusaha teman ayahku sedangkan Diana mengobrol dengan para istri dari teman ayahku tersebut. Mataku tak pernah berhenti memperhatikannya kemanapun.
"Biarkan Diana menikmati waktunya, dia tidak akan menghilang." Ayahku berbisik pelan.
"Hem.." jawabku sambil meminum wine di tanganku. Tapi mataku masih menatap lekat Diana yang masih mengobrol, dia tampak menikmatinya. Tak lama darahku mendidih marah saat Dehan menghampiri Diana. Dia mengenakan jas navy senada dengan warna dress Diana. Diraihnya tangan Diana dan dikecupnya. Aku sudah meletakkan minumku dan siap berjalan kearah mereka. Tanganku terkepal ingin memukul wajahnya ketika suara ayahku kembali menghentikanku.
"Jaga kelakuanmu disini! Kamu bukan anak kecil lagi. Kontrol emosimu!" Desisnya menepuk-nepuk pundakku menenangkanku.
"Dia menginginkan apa yang menjadi milikku, Pi!" Balasku pelan.
"Diana istrimu. Dia tidak akan bisa merebut itu! Bersikaplah jantan. Jangan mempermalukan papi mami disini." Ayahku berkata tajam. Aku masih mengepalkan tanganku. Mataku tak hentinya menatap mereka. Dehan berusaha keras membuat Diana tertawa. Diana tersenyum menjawab pertanyaan-pertanyaan Dehan.
"Hey..." Sapa Mei manja. Aku menoleh sebentar dan kembali mengabaikannya. Mei mengelus lenganku pelan. Mei menggunakan dress merah maroon dari Ralph Laurent yang memperlihatkan dadanya yang ranum, dia pasti mengoperasinya beberapa bulan ini. "Kamu menyukai dada baruku?" Mei berbisik. Aku kembali mengabaikannya dan meminum wineku. "Ah... Istrimu sedang bersenang-senang dengan pria lain." Mei berkata kemudian membuatku menoleh kearahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Peach Love (COMPLETED)
RomanceWARNING!!! 21+ (Sudah di peringatkan ya. Jangan ngeyel yang belum cukup usia.) *Belum diedit sedikitpun. Penuh gramatikal eror.* 17 tahun Diana Santoyo harus hidup mandiri sejak usia 12 tahun. Kedua orangtuanya telah meninggal dan menjadikan Diana s...