Diana POV
Aku terbangun dengan sebuah tangan melilit posesif di pinggangku. Punggungku menempel erat di dada Luis. Aku berusaha melepaskan diri dan pelukannya semakin erat. "Luis... Luis" kubangunkan dia pelan sambil mengusap lengannya yang kokoh. Aku menyukai bau tubuhnya, aroma mint.
"Ehm." Luis semakin membenamkan kepalanya di lekukan leherku. Aku menghela napas panjang. Aku terkurung dan terjebak. Kembali suara dengkuran halus Luis terdengar. Kulirik alarm di meja yang menunjukkan pukul 6. Aku tidak sabar untuk memberi kabar tentang apa yang terjadi dalam satu hari ini ke Tess. Sekitar 10 menit akhirnya aku dapat terlepas. Aku menuruni tempat tidur dan berjalan menuju dapur. Disana banyak pelayan sudah menyiapkan sarapan.
"Nona... Ada yang kamu butuhkan?" Tanya seorang pelayan. Aku menebak usianya sekitar 50 tahunan. Aku tersenyum menolak. "Ah saya lupa mengenalkan diri. Saya Sri, kepala pelayan disini."
"Diana." Balasku tersenyum.
"Kami seluruh pelayan sudah mengetahui tentangmu. Tuan muda tidak pernah mengenalkan satu wanitapun dihadapan ayahnya." Aku menyimak cerita Sri dengan seksama. "Mungkin dari luar tuan muda terlihat jahat tapi dia anak yang baik. Sejak kecil saya sudah merawat dia. Nyonya ingin pernikahan kalian secepatnya. Meskipun saya merasa ini bukan urusan saya tetapi semoga nona bisa menjaga tuan muda dengan baik. Menyayangi dia seperti kami dirumah ini menyayangi dia." Sri menatapku lembut. Hatiku tersentuh dengan permintaan itu. Setelah berada disana 10 menit, aku melangkah menuju bar dapur dan menuangkan segelas air putih dan kuteguk habis.
"Kamu bangun pagi dear." Suara Vanessa mengangetkanku. Melihat reaksiku, Vanessa tersenyum kecil. "Bagaimana tidurmu?"
"Baik.. terima kasih Ibu."
"Oh please... Panggil saya mami. Kamu akan menjadi anak kami nantinya setelah pernikahan. Berbicara tentang pernikahan. Acaranya dilaksanakan dalam minggu ini.
Mataku terbelalak kaget..menikah dalam 1 minggu? Aku bahkan belum sempat memberitahu ayah dan Tess. "A.. apa itu tidak terlalu cepat?"
Vanessa menggeleng. Gerakannya begitu anggun dan meraih tangan kananku. "Tidak ada bedanya nanti atau sekarang."
"Kami baru saja bertemu lusa kemarin." Jawabku frustasi. Vanessa kembali tersenyum manis dan aku tau pasti tidak bisa merubah keputusan itu.
Kulangkahkan kaki kembali menuju kamar dengan segelas cangkir kopi bersama tekonya. Kuletakkan dimeja yang tak jauh dari tempat tidur. Aku melangkah mendekati tempat tidur dan duduk disana, disebelah Luis yang masih tertidur lelap. Tanpa sadar tangan kananku menyentuh wajah Luis lembut. Dia terlihat sangat tampan dan seperti bayi yang terlelap. Hatiku melembut dan tersenyum. Pria ini yang akan menjadi suamiku dalam satu minggu ini. Tanganku terhenti di atas dadanya yang bidang. Aku menghela napas. Aku tidak pernah menduga akan menikahi pria yang luarbiasa seperti dia. Lamunanku terbuyarkan dengan suara batuk kecil Luis. Dia sudah membuka mata. Senyum nakal terlukis di wajah tampannya. "Good morning babe."
"Pagi." Jawabku singkat dan tersenyum tipis.
Luis melihat arah tanganku didadanya dan mengenggam disana. "Aku tidak pernah mengizinkan siapapun menyentuh dadaku sejak aku kecil kecuali ibuku."
"Ah... Maafkan aku." Ketika aku menarik tanganku cepat, Luis meraihnya dan mengecupnya pelan.
Luis menggeleng dan tersenyum "Kita akan menjadi satu nantinya, bukan lagi dua tubuh. Apa yang aku miliki akan menjadi milikmu juga termasuk diriku." Luis menatapku lembut. "Aku tidak mengerti perasaan ini tetapi terima kasih karena sudah hadir dan membuatku mengalami hal-hal menyenangkan. Aku tidak sabar menjadikanmu Nyonya Batmajaya. My Queen."
KAMU SEDANG MEMBACA
Peach Love (COMPLETED)
RomanceWARNING!!! 21+ (Sudah di peringatkan ya. Jangan ngeyel yang belum cukup usia.) *Belum diedit sedikitpun. Penuh gramatikal eror.* 17 tahun Diana Santoyo harus hidup mandiri sejak usia 12 tahun. Kedua orangtuanya telah meninggal dan menjadikan Diana s...