LIMA BELAS

42.9K 1.3K 10
                                    

Diana POV

Aku berada di dalam jet sambil menyusui Mario yang mulai tertidur lelap. Napsu makan Mario sangat meningkat belakangan ini. Aku mencium pipinya yang montok sambil mengelus kepalanya lembut. Semenjak mendengar Luis mencoba bunuh diri, hati kecilku berteriak menuntut egoku untuk memaafkannya. Meski aku masih tidak percaya, namun aku bersedia memberinya kesempatan yang terakhir. Vanessa menyuruhku tidur di kabin belakang. Jet ini sama besarnya dengan jet yang pernah di beli Luis dulu dan diberi label sesuai namaku. Aku menyempatkan diri tertidur sambil tetap menyusui Mario.

Setelah beberapa jam, Vanessa sudah bersama Mario dan aku segera menuju rumah sakit. Luis terbaring kritis, wajahnya sangat pucat. Jantungnya melemah. Hatiku menangis melihatnya seperti itu. Seketika, segala kebencianku menghilang dan digantikan rasa sayang serta cinta yang meluap. Bayangan Luis akan meninggal membuatku bergidik takut. Aku menyadari, aku belum siap kehilangan dia selamanya. Kukecup dahinya pelan,"Bangunlah sayang... aku disini bersama Mario." Kukecup lagi keningnya. Aku menungguinya di rumah sakit, sementara Markus dan Vanessa membawa pulang Mario. Aku tidak bisa menelan makanan apapun sampai keadaan Luis membaik. Steven memasuki ruangan.

"Hey." Sapanya.

"Hey" balasku sambil tersenyum lemah.

"Pulanglah istirahat, aku berjaga malam sekarang. Kamu bisa istirahat." Disodorkannya susu kaleng kearahku.

"Thanks." Balasku. "Aku tidak bisa meninggalkannya."

"Baiklah. Tetap jaga kesehatanmu. Melihat Luis seperti ini sudah cukup membuatku sakit, tolong jangan sakit juga." Candanya. Aku tersenyum. "Senang sekali melihatmu kembali." Steven menghela napas panjang. "Terima kasih sudah mencoba memaafkan pria bodoh ini." Steven tersenyum kecil. "Dia adalah satu-satunya keluarga yang paling dekat denganku."

Aku mengangguk, "Kamu tidak perlu berterima kasih. Aku yang memilih kembali. Aku menyadari, aku belum siap jika harus kehilangan Luis untuk selamanya."

Steven tersenyum, "Luis sangat mencintaimu. Percayalah. Kamu adalah cinta pertama dan terakhirnya."

"Terima kasih" Aku tersenyum lagi. "Lalu, bagaimana dengan Jona?"

"Yah, dia begitu aktif... Selena mulai gila dibuatnya." Jona adalah puteri pertamanya.

Aku tertawa mendengar jawabannya. "Aku berpikir Mario juga akan seperti itu."

"Yah... aku berharap Luis segera sadar dan bisa memeluk Mario. Dia sangat merindukannya."

Aku mengangguk dan mengecup kening Luis. "Semoga."

Steven keluar ruangan, aku memutuskan mandi. Diluar pengawal Luis yaitu Jo, Has, Greg dan Paul masih berjaga. Sementara Jim masih mengurus masalah perusahaan.

Memasuki hari ke 3, keadaan Luis semakin membaik. Di hari ke 4, Luis mulai sadarkan diri. Setelah melihatku, Luis menangis tersedu-sedu meminta pengampunanku. Aku hanya bisa meraih wajahnya dan mengecup bibirnya yang kering. Luis begitu bahagia aku dan Mario kembali. Dia ingin menggendong Mario segera namun bekas luka di pergelangan tangannya terlalu dalam dan belum mengering. Luis hanya bisa menyentuh Mario dalam pangkuanku. Vanessa dan Markus sangat memanjakan Mario. Mereka bahkan sudah membelikan Mario sebuah kereta berjalan yang bisa dinaiki dan membuatkan taman bermain mini meski Mario belum bisa berjalan lancar. Mario sudah mulai mengeluarkan kata selain Mama, Papa. Dia anak yang pandai dan cepat tanggap, kakinya sangat kuat dan sudah mulai berjalan lancar meski masih sering terjatuh. Usianya sudah memasuki 9 bulan.

Luis harus dirawat 8 hari dirumah sakit dan 1 minggu rawat berjalan dirumah. Pagi ini hari ke 7 nya dirumah sakit. Rona wajahnya sudah kembali. Kantung matanya mulai perlahan hilang, berat badannya juga sudah kembali. Aku baru selesai mandi dan menyiapkan makanan untuk Luis. Dia duduk sambil melihat ipad mengenai email yang masuk tentang perusahaan. "Ini masih pagi, Sayang." Aku mengambil ipad itu dan menaruhnya di meja. "Sarapanlah dulu."

Peach Love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang