4

7.5K 350 7
                                    

Sudah satu Minggu yang lalu Sabiya melakukan sholat istikharah, dan Alhamdulillah Sabiya insyaallah sudah mengetahui jawaban nya.

Dalam mimpinya Sabiya selalu melihat para tentara yang sedang berperang di negara Suriah.

Sedang menembak, membantu warga dan mengendarai mobil tank.

Akhir-akhir ini setiap Sabiya ke rumah sakit juga dia selalu menemukan pasien yang ternyata tentara.

Sabiya yakin itu jawaban dari allah, karena Sabiya tahu calon suaminya itu seorang tentara sama seperti Abah dan kak Yudha.

Dan di sinilah Sabiya duduk dengan seorang pria yang sedari tadi diam.

Sabiya menundukkan kepalanya sambil memainkan ujung hijab berwarna merah maroon nya.

Sabiya bingung juga gugup, sejak tadi tak ada yang memulai pembicaraan.

Dia ingin berkata namun urung di lakukan nya karena Sabiya malu.

"Kenapa kamu menerima perjodohan ini?"

Pertanyaan itu membuka suatu pembicaraan yang sedari tadi terpendam.

Helaan nafas lega keluar dari mulut Sabiya, akhirnya lelaki itu membuka mulutnya.

Ucapan nya tadi lah yang memecah keheningan yang melanda, membelenggunya Sabiya juga pria yang di samping nya.

"Aku ingin menjadi anak yang Sholeha."Jawab Sabiya pelan, dalam hati Sabiya berharap semoga jawaban nya tak salah."Salah satu nya dengan berbakti pada orang tuaku,...mungkin salah satu caranya adalah dengan perjodohan ini, melihat binar kebahagiaan dari mata mereka membuat ku yakin menerima perjodohan ini, lagipula selama ini mereka tidak pernah meminta apapun dari ku, dan ketika mereka menginginkan sesuatu jika aku masih bisa melakukan nya, kenapa tidak? Aku percaya mereka tidak akan salah memilihkan jodoh untuk ku."Lanjut Sabiya semakin pelan di akhir kalimatnya,  Sabiya malu mengucapkan nya juga gugup ketika mengatakan nya.

Dan jawaban jujur nan manis dari Sabiya membuat lelaki yang berada di samping nya terperanjat kaget dan menghela Nafasnya.

Bunda dan ayah nya benar, gadis disampingnya nya ini memang anak yang Sholeha dan baik.

Tutur katanya indah dan lembut seolah terbuat dari sutra.

"Lagi pula aku percaya pada mereka, ridho Allah kan ridho orang tua juga."Sabiya tersenyum masih dengan menundukkan kepalanya.

Lelaki itu mengangguk sambil menghela nafas panjang, perkataan ayah nya terngiang dalam benak.
"Ayah benar, dia gadis yang baik ...
Tapi apakah aku bisa membahagiakan nya... Ya Allah... Jangan buat aku menyakiti kedua wanita sekaligus..."Batin nya menggeleng.

"Hmm... Bagaimana dengan mu?"

Lelaki itu melirik Sabiya yang berada di samping nya sejenak lalu kembali menatap ke depan."Bunda, karena bunda."Katanya menatap lurus ke depan, kearah sekumpulan bunga berwarna hijau dan putih, itu bunga edelweis.

Sabiya diam mendengar kan alasan dari calon suaminya, sedikit heran memang namun Sabiya mencoba menahan diri agar tidak bertanya lebih.

Lelaki itu memejamkan matanya erat, ia tahu gadis di sampingnya itu pasti heran."Sama seperti mu, aku ingin menjadi anak yang berbakti pada mereka."Lanjut nya sedikit berbohong mencoba memperjelas kata-kata nya tadi.

Sabiya hanya mengangguk pertanda mengerti.

Lelaki itu menghela nafasnya, kepala nya terangkat memandangi langit biru yang tampak mendung sangat sesuai dengan keadaan hatinya sekarang.

"Ya allah...Maafkan aku jika aku menyakiti mereka berdua..."Batin nya sambil memejamkan matanya.

Dan setelah itu tak ada lagi pembicaraan yang keluar dari mulut mereka, keduanya sama-sama bungkam, lebih tertarik dan bermain dengan pemikiran mereka masing-masing.

IRWAN & SABIYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang