Dua Minggu berselang Irwan tak kunjung pulang, Lelaki itu sekarang tengah menjalankan tugas untuk membebaskan salah satu warga negara Indonesia yang berhasil di sandera oleh kelompok bersenjata mafia yang menjual barang ilegal juga obat-obatan terlarang.
Situasi tampak menegangkan kala tiga orang militer berpakaian lengkap memasuki sebuah tempat di tengah hutan belantara pada sebuah gubuk bambu besar yang di jaga ketat.
"Lintah, Kau di posisi mu?"Tanya Irwan yang sedang mengendap-endap mendekati target.
Mata pria itu menajam, tak pernah luntur memperhatikan gerak-gerik mangsanya.
Yang di panggil dengan nama samaran itu menjawab lewat sebuah alat yang menempel di masing-masing telinga mereka.
"Lintah masuk, Aku sudah mengunci target arah jam sembilan. Siap menembak jika di perintah, One ganti."
One, merupakan nama lain dari Irwan saat pertempuran. Kali ini dia di percaya kembali menjadi pemimpin dalam tim.
"Bagus, pertahanan posisimu. Tahan tembakan sampai perintah selanjutnya."
Irwan menggerakkan dua jarinya pada salah satu anggota tim nya yang lain. Itu isyarat untuk menyerang dan masuk.
Lalu saat melihat tiga buah penjaga bertubuh tegap terus mengawasi Irwan menyuruh untuk diam.
"Cenderawasih? Target bagaimana?"Irwan sekarang tengah berbaring berusaha menyamarkan diri dengan rerumputan.
"Cenderawasih masuk, Target siap. Menunggu perintah selanjutnya, One ganti."
Irwan mengangguk, kakinya perlahan di gerakan maju mengikis jarak jauh."Lintah bagaimana dengan mu?."
Lintah yang seorang penembak jitu tengah bersembunyi di balik pepohonan tinggi. Sebelah matanya sudah menyipit di balik senjata Laras panjang yang sudah menyimpan target.
"Siap, Lintah di sini. Target sudah hijau, Menunggu perintah selanjutnya. One, Ganti."
Irwan juga sudah mempunyai mangsa lain, Seorang pria berkepala plontos."Bagus! Hitungan ketiga kita akan menembak, Pastikan sasaran sudah terkunci."Tegas Irwan mulai memejamkan mata sambil berdoa."Satu..."Kelopak mata Irwan terbuka."Dua..."Anggota tim lain nya, Lintah, mulai mendekat kan jari pada pelatuk serta Elang yang kini menahan nafas tanpa sadar."Tiga."
Slup
Ketiga anak buah sang mafia tergeletak begitu saja di lantai, mereka memang Sengaja memilih senjata yang tak menimbulkan suara agar tidak tercium pergerakan nya oleh lawan.
"Lintah, Tetap berjaga-jaga. Jangan lengah! Dan Elang ikuti aku masuk lewat belakang."
"Baik, Pak!"Sahut keduanya mengerti.
Di lain sisi Sabiya berlari berusaha menyamakan langkah dengan Dokter Muda di depan nya.
"Ayo cepat!"Seru Dokter itu, sambil memakai sarung tangan. Di belakang Sabiya mengikuti dengan tangan yang bergerak menempel kan sebuah masker pada wajah nya."Cepat-cepat!"
Ada sebuah pasien darurat, Dokter Adriana yang harusnya menangani kasus tersebut kini tengah melangsungkan Operasi pasien lain.
Terpaksa Dokter baru itu yang mengambil alih, Dan pendamping yang ia pilih adalah Sabiya seseorang yang belum lama di kenalnya.
"Dokter Azkia!"Teriak seorang perawat muda membukakan pintu ruangan.
Yah, dokter cantik itu adalah Azkia. Sabiya melirik perawat yang tak lain adalah kawan nya, Epa.
KAMU SEDANG MEMBACA
IRWAN & SABIYA
Spiritual{Follow, Votes and commens yah 😚} perjodohan yang di anggap konyol oleh Irwan menyebabkan nya harus rela menikah dengan seorang yang tidak dicintai nya, karena jujur di dalam lubuk hatinya sekarang dia sudah mempunyai wanita istimewa yang sudah mem...