9(Wedding day)

7.3K 354 20
                                    

Pernikahan diadakan dengan hikmat, resepsi yang di adakan pagi hari dan malam harinya diadakan pesta pedang pora yang tak akan pernah di lupakan oleh Sabiya.

"Saya terima nikah dan kawin nya Sabiya Dharmawangsa Hamdan Dirgantara binti Hamdan Sulaeman Bayu Yuda Dirgantara dengan maskawin seperangkat alat sholat dan surat Al-Qiyamah beserta Al-Qur'an di bayar tunai."

"SAH!!"Semua mata tertuju pada Acha yang berteriak lantang padahal Penghulu belum bertanya, sedang Acha hanya tersenyum lebar pada para tamu yang menatap nya.

Penghulu geleng-geleng kepala takjub kemudian tersenyum."Bagaimana saksi? Sah?"

"SAH!!"Jawab mereka serempak, membuat Sabiya meneteskan air matanya haru, Sabiya tersenyum tipis melihat ke samping ke arah sang Mama yang sedang menggenggam tangan nya.

Sabiya sedikit terkejut kemarin, ketika di tanya tentang mahar Sabiya di tawari Surat dari Al-Qur'an oleh keluarga Irwan, karena ternyata Irwan seorang hafiz atau penghafal Alquran.

Sabiya sampai tergetar hatinya ketika mendengarkan Irwan mengaji tadi sebelum mengucapkan Ijab dan Qabul.

Akhirnya Sabiya meminta surat Al-Qiyamah dan Al-Qur'an yang paling sering di baca Irwan sebagai mahar karena Sabiya sangat menyukai surat itu dan Alhamdulillah Irwan menyanggupinya.

"Barakallah...Sayang."Mama memeluk Sabiya erat."Jadilah istri yang Sholeha dan setia seperti Khadijah serta pintar seperti Aisyah putriku."Doa Mama di telinga Sabiya, membuat Sabiya menangis haru.

"Terimakasih Mama, maaf Biya belum bisa jadi anak yang berbakti sama Mama, maafin Biya."

"Gak sayang, kamu udah sangat membanggakan untuk Mama, kamu permata Mama."Mama menarik nafas panjang."Sabiya, menjadi istri seorang tentara tidak lah mudah, kamu harus rela berbagi dengan negara karena mereka itu di ciptakan untuk menjaga seluruh bangsa dan negara, ingat! Hati mereka memang milik kita tapi raga nya tidak, semuanya di serahkan pada ibu Pertiwi untuk menjaga sang saka merah putih."Sabiya mengangguk patuh."Jadilah seperti Zainab binti Rasulullah Sabiya, yang rela berpisah dengan suaminya karena Islam, maka kamu harus rela berjauhan dengan Irwan ketika dia ditugaskan oleh negara, jadi pula seperti Fatimah yang menyabar dan selalu berbagi dengan seksama."

"Insya Allah Sabiya bisa menjadi wanita Sholeha seperti mereka, doakan Sabiya mah."Mama mengangguk.

"Kamu pasti bisa, sayang. Irwan akan membimbing mu menjadi wanita penghuni surga, Mama yakin itu."Sabiya tersenyum kemudian menangis di pelukan sang Mama."Dia akan menjaga mu dengan hafalan Qur'an nya."Sabiya menangis kembali.

"Udah dong jangan nangis nanti cantiknya hilang."Mama sebenarnya menahan tangis nya agar Sabiya tidak sampai menangis lebih keras lagi.

Abah menahan nafas ketika melihat Sabiya dan sang istri sedang berpelukan sambil menangis pula.

Ayah empat anak itu, menghapus air matanya yang entah sejak kapan keluar, dari sekesian anak nya memang Sabiya lah yang paling disayang nya, kini Sabiya kecil nya sudah menjadi wanita dewasa.

"Biya ada yang ngelamar kamu."Kata Abah membuat kepala Sabiya yang berada di pangkuannya mendongak."Terima aja yah."

Sabiya cemberut."Abah Biya masih kuliah ih, belum koas belum jadi dokter."Protes nya.

Abah terkekeh."Gak apa-apa nanti Abah gak pusing lagi biayain kamu."Canda Abah membuat air mata Sabiya mengembang.

"Jadiin aja ya, nanti kamu tinggal nya sama suami kamu biar gak berantem lagi sama Alman dan Rehan, Abah pusing denger nya."

"Abah jangan godain anak Mama Abah, nanti nangis."Mama datang membawa kue kering."Lah nangis beneran dia."Mama menggeleng kan kepalanya sedangkan Abah terbahak-bahak.

IRWAN & SABIYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang