Jangan berikan ijin pada hati ketika sedang terluka untuk terbuka. Karena sesuatu yang terluka harus ditutup rapat agar tidak menyebar sakitnya.
♨
Di dunia ini ini tidak seorang pun yang tidak pernah merasakan sakitnya terjatuh. Semua manusia pasti pernah merasakan hal itu, sekali pun dia orang nomor satu. Walaupun setiap luka yang dirasakan akibat terjatuh itu berbeda-beda, tetap saja mereka pernah merasakan jatuh itu seperti apa.
Hari ini salju sudah menunjukkan jati diri. Setiap menit yang menemani pergantian waktu membawa kebekuan semakin terjal. Tidak ada daun yang utuh, mereka berguguran satu demi satu, terjatuh karena tidak lagi kuasa menahan beku.
Halaman yang biasanya digunakan untuk berjalan, kini bahkan begitu sulit untuk berdiri di sana. Inci demi inci salju yang menumpuk bertambah tebal. Bahkan daun dan salju merasakan seperti apa jatuh itu. Hanya saja daun dan salju tidak bisa kembali. Ketika mereka jatuh, maka mereka hanya menunggu yang lainnya, tanpa memberikan kesempatan yang terjatuh kembali ke posisi awal.
Rokok yang sudah mati mungkin bisa disundut lagi dengan mudah. Tapi tidak dengan perasaan yang mati, dengan seribu cara mungkin tidak berhasil menyundut kenangan itu. Di sini aku tidak bisa lagi seperti kemarin yang duduk tenang memerhatikan salju. Rokok yang telah mati bahkan tidak sempat disundut kembali, hanya menyisihkan abu yang penuh di dalam asbak.
Sarung tangan kulit telah terpasang dengan benar, rambut yang kaku sudah klimis dan tertata dengan rapi. Satu jam lalu So Eun berhasil masak beberapa mangkuk sayuran dan potongan daging, dan aku hanya mencicipi makanan berat itu sedikit. Bukan karena aku pemilih makanan, hanya saja lambungku tidak sebagus itu untuk sarapan berat di pagi hari.
Salju semakin menjadi-jadi, waktu yang sudah memasuki jam sembilan tiga puluh pagi terasa semakin dingin. Aku menolehkan kepala melihat So Eun memandangku dari jarak sekitar dua setengah meter. Wanita itu bersandar disatu meja dekat dengan guci. Satu jam setelah makan wanita itu mandi dan turun ke bawah tanpa banyak berulah.
"Aku bosan. Bisa aku pergi menemukan permainan?" tidak ada kericuhan, semua hening dan tenang. Tapi satu kalimat itu membuat ketenangan berubah perlahan. Aku memasukkan satu lagi peluru ke dalam pistol, memastikan jika pistol terisi penuh. Hari ini aku akan menjalankan rencana, semua tidak boleh diundur lagi.
So Eun menelengkan kepala, melipat tangan dan memicingkan mata saat melihat tanganku. Wanita itu melangkah maju, matanya mengarah pada leherku. Aku tidak tahu apa yang membuatnya tertarik, mungkin salah satu tato yabg ada di tengkuk. Wanita ini berhenti tepat disampingku, mengulurkan tangan dan menyentuh tengkukku, memberikan rabaan yang terasa asing bagiku.
"Kau banyak tato, apa semua itu memiliki arti tersendiri?"
"Aku bukan seniman, tato hanya formalitas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of SHE (COMPLETE) √
AksiMenikahi wanita dari anak seorang musuh jauh lebih mudah, kau bisa menyiksanya sesuka hati, membunuhnya dengan begitu saja, atau melemparkannya pada para pria babi yang kelaparan. Tapi ketika seorang Mafia menikahi salah satu anak dari rekannya, itu...