Pita bergerak canggung. Ibunya duduk di sofa.
"Mason sangat manis."
Pita tak mendongak atau menoleh pada Ibunya. Penyataan Ibunya tak membutuhkan penyangkalan apapun. Mason memang seperti itu adanya.
"Apa kau akan berkencan dengan Mason?"
"Tidak."
"Kenapa tidak?"
"Dia memang...manis, tapi bukam berarti aku akan berkencan dengannya, Mom."
Pita menatap tangan Ibunya yang tiba-tiba saja menggenggam tangannya erat. Pita menghela napas pelan. Kalau sudah seperti ini, pasti ada sesuatu yang serius tengah dipikirkan Ibunya.
"Paquita. Kau tumbuh layaknya gadis lain. Tapi Mom selalu menekankan padamu satu hal. Kau ingat bukan?"
Pita mengangguk.
"Kau istimewa karena kau memang mendapatkannya sejak lahir. Bakat yang...dapat menyulitkanmu kalau kau tidak berhati-hati. Karenanya Mom selalu tekankan padamu agar kau selalu mengendalikan dirimu lebih lagi agar bakat itu...tidak berkembang. Demi kebaikanmu."
Pita mengangguk.
"Dan karena bakatmu juga, Paquita. Kau harus menemukan seseorang yang bisa mengendalikan dirimu. Menginngatkanmu kalau kau hilang arah."
Pita menghela napas. Bagaimanapun juga, Ibunya benar. Selama ini bakatnya itu sedikit memberi kesulitan padanya. Apalagi dia merasa bahwa dia adalah tipikal gadis yang sedikit usil. Seringkali dia merasa keterlaluan, tapi dia tak bisa mencegahnya.
"Menjadi manis saja tidak akan cukup untuk mengendalikanmu, Pita. Pria yang bersamamu haruslah yang mampu menguasaimu. Bagaimanapun, menjadi dominan di depan seorang pria bukanlah kodrat kita sebagai perempuan."
Dahi Pita mengernyit dalam. Menguasainya? Seorang pria harus mampu menguasainya?Apakah kata-kata Ibunya itu tudak terlalu berlebihan?
"Kau punya sesuatu dalam dirimu yang melebihi apa yang Mom punya. Dan...oh...aku tidak ingin memikirkan hal ini, tapi...bagaimana dengan anakmu kelak? Akan seperti apa mereka?"
"Aku seperti...aku merasa aku ini dikutuk."
"Oh...jangan pernah berpikir seperti itu."
Pita menatap tampilannya. Dan seakan Ibunya mengerti apa yang dipikirkannya...
"Kau bisa sedikit saja mengubah tampilanmu...kalau kau tidak keberatan."
"Aku melihat Granny Steph membenahi bajuku waktu kecil. Dia terlihat sedih. Dia pasti ingin aku seceria waktu itu..."
"Well...paling tidak pikirkanlah perasaan Nenekmu."
"Oooh...aku juga memikirkan perasaanmu, Mom."
Pita melihat Ibunya tersenyum. Pita yakin Ibunya tak percaya padanya. Dia merasa selama ini dia banyak membantah Ibunya itu. Dia tidak pernah mendebat Ibunya, tapi entah berapa kali dia mengabaikan kata-kata Ibunya.
Pita mencium Ibunya lembut.
"Mandilah. Mom harus ke rumah Nenek buyutmu."
"Apakah Nana baik-baik saja?"
"Kami akan makan siang di luar. Nenek buyutmu bilang restoran baru Bibi Elena akan dibuka hari ini."
"Dan kalian tidak mengajakku?"
"Untuk apa mengajak seseorang yang pikirannya tertinggal di rumah? Lebih tepatnya di rumah tetangganya sendiri?"
Pita mengikuti arah tatapan Ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SEXY CENAYANG GIRLFRIEND ( SUDAH TERBIT )
RomanceWARNING! 21++ Yang belum cukup umur silahkan kembali lagi lain waktu. Paquita Rose Leandro Jefferson adalah gambaran sebuah kemakmuran dari generasi ke sekian keluarga Leandro-Jefferson. Namun, di balik kecantikan dan segala kemudahan yang mengelil...