*Hari ini aku kembali bekerja seperti biasanya. Pekerjaanku menumpuk walau hanya finishing saja sih karena pekerjaanku sudah banyak ditanggung oleh Iwan, teman Arfi. Ngomong ngomong, aku belum mengenal Iwan secara dekat. Kami hanya sesekali bertegur sapa itu pun jarang
"Julia, dipanggil sama pak Iwan tuh diruangannya" ujar Vivi teman seruanganku
"Ya oke"
Aku merapihkan pekerjaanku lalu beranjak dari mejaku. Ya memang, Iwan dan Arfi jabatannya diatas aku bisa dibilang mereka itu atasanku.
"Permisi, ada yang bisa dibantu?" Ucapku saat memasuki ruangan Iwan
"Sini Jul bentar gue mau ngomong"
Aku berjalan lalu duduk dikursi depan meja Iwan
"Ada apa?" Tanyaku
"Lo pacaran sama Arfi?"
Apa apaan dia aku dipanggil hanya untuk ditanyakan hal seperti ini. Apa Arfi memberitahu padanya soal hubungan kami
"Kenapa emang?"
"Panggil Iwan aja, biar kita lebih akrab"
Aku bahkan gak pernah berpikir mau akrab dengannya
"Ya, soal hubungan kami, kami hanya berteman biasa" jawabku datar
Iwan menghela nafasnya kasar. Eh ada apa?
"Gue pikir lo pacaran sama dia, jadi apa yang dia ceritain ke gue pagi tadi bohong atau cuma dia yang anggep lo pacarnya"
Aku sedikit terkejut mendengar ucapan Iwan. Dasar mulut ember!
Aku diam tidak tau harus menjawab apa tapi pandanganku masih tertuju pada Iwan yang menatapku serius
"Begini, gue kasihan sama sahabat gue yang satu itu, lo tau kan pacarnya Angel sering banget bikin doi galau. Sejak deket sama lo gue merasa Arfi sedikit berbeda. Ia kembali jadi Arfi yang ceria meski tetap sengklek. Maksud gue kalo lo ada hubungan khusus sama dia, gue ikut seneng, soal Angel, gue akan ikut bantu nutupin hubungan kalian"
Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal. Aku harus jawab apa jika sudah begini. Satu hal yang baru aku ketahui. Orang didepanku mungkin sudah mengenal lama dengan Arfi. Ia tau bahkan memahami Arfi
"Ya, kami memang ada hubungan khusus. Gue pikir kita saling melengkapi dan itu terjadi begitu aja. Gue gak tau siapa yang memulainya"
"Itu permulaan yang bagus, gue harap lo bisa menjaga perasaan kawan gue. Meski dia laki laki dia memiliki perasaan yang kuat, dia juga akan menghabiskan kasih sayangnya pada satu orang. Dan gue rasa lo mendapatkan seluruhnya gue bisa lihat itu dari tatapannya ke lo"
Aku hanya diam membayangkan tatapan tulus yang Arfi berikan padaku selama dua hari kemarin kami habiskan waktu. Arfi benar benar laki laki yang baik, dia tulus, secara fisik dia tampan dan berotot. Itu nilai tambah juga untuk seorang laki laki dimata perempuan
Aku terus memikirkan ucapan Iwan padaku dan sedikit melupakan tentang sahabatku, Angel. Ia sempat mengirimi ku pesan permohonan maaf kemarin dan beberapa kali menghubungiku. Bukan aku berniat tidak menjawabnya namun aku sedang menghabiskan waktuku bersama kekasihku, ya kekasihku yang menjadi kekasihnya juga. Uh! Aku kesal jika mengingat dimana Arfi dihina oleh keluarga Angel dan Angel hanya diam saja. Aku tau Angel memang lemah, Arfi pernah cerita kalau ia dilarang ke rumahnya Angel hanya karena Angel takut jika orang rumahnya melihat Arfi terlebih neneknya. Jadi ini alasan kenapa Arfi dilarang kerumahnya oleh Angel, karena Angel tidak mampu membela Arfi didepan keluarganya.
Dasar bodoh!
*
"Neng, balik bareng?"
Aku menoleh melihat Arfi yang berjalan menghampiriku dilobby. Ia menjadi perhatian orang orang yang lewat. Iyalah dia teriak begitu, aku sudah didepan pintu kantor dan dia ditangga. Jarak antara tangga lobby dan pintu kantor sekitar 4 sampai 5 meteran kira kira. Tentu saja menjadi perhatian orang disana