Bagian Tiga

8.9K 540 19
                                    

#Insting_Wanita (3)

***

"Pagi, Sayang. Masak apa?" Dia baru selesai mandi, langsung memelukku yang tengah memasak dari belakang. Aku membalikkan badan dan mengecup pipi gembilnya.

"Tolong bawakan ini ke meja. Aku mau cuci tangan dulu." Ia meletakkan dua piring nasi goreng teri kesukaannya di meja.

"Ayo, sarapan dulu. Kamu mau berangkat jam berapa?"

"Sorelah. Sebenarnya ini acara gathering tiga bulanan seperti biasa. Tapi kebetulan anak Evi ulang tahun, jadi temen-temen setuju aja waktu dia minta acara diadain di rumahnya." Aku menarik napas dan kembali menyuap nasi goreng ke mulut.

"Sayang, kamu masih marah?"

"Emangnya kalau aku marah, kamu bakalan batal pergi, enggak kan?"

"Ya, paling enggak kalau kamu gak marah, aku bakalan tenang perginya."

"Cukup. Jangan bahas masalah ini di meja makan. Selera makanku hilang, nih." Aku menggeser nasi goreng yang masih berkurang sedikit menjauh dan melipat tangan.

"Jangan dong. Sini aku suapin. Maafin aku ya, Sayang." Dia menggeser kursi mendekat. Ah, pria ini tak pernah bisa membuatku marah terlalu lama. Terlalu manis.

***

"Baik. Sampai jumpa di sana. Bye." Aku memutuskan sambungan telepon. Sengaja aku mengangkat telepon di depan suamiku yang tengah menyisir rambut.

"Telepon dari siapa, Sayang?" Dia duduk di sebelahku. Matanya liar mencoba mencari tahu dengan siapa aku tengah sibuk berbalas pesan WA. Aku pura-pura tak mendengar pertanyaannya dan melarutkan diri dengan gawai di tanganku.

"Sayang!" panggilnya sedikit keras di telingaku.

"Eh, kenapa?" Aku menoleh, wajahnya ditekuk. Kau tahu rasanya diabaikan? Menyenangkan, hah?

"Itu tadi telepon dari siapa?" Aku meletakkan gawai di sisi ranjang dan mengambil tangannya.

"Itu tadi Ina, Sayang. Dia ngabari kalau ada temen nikah hari ini. Nah, dia ngajak undangan bareng. Boleh, ya?" Dia mengernyitkan dahi. Mana mungkin dia lupa dengan Ina. Inalah yang mengenalkan aku dengannya.

"Nanti Ina jemput ke sini? Baiklah, tapi jangan pulang terlalu malam. Sebelum aku pulang, kamu sudah harus ada di rumah. Pokoknya sebelum isya harus udah balik, ya." Aku bersorak dan memeluknya. Kuambil handuk dan segera meluncur ke kamar mandi.

***

Pukul lima Ina datang menjemput, dia  heran aku tiba-tiba ingin datang ke acara pernikahan teman kami. Biasanya aku selalu menghindari pergi ke acara yang melibatkan banyak orang. Apalagi orang-orang yang aku kenal. Tak sanggup rasanya harus menjawab semua pertanyaan basa basi mereka.

"Udah isi belum?"

"Kapan punya anak?"

Bla bla bla.

"Gak ada. Aku lagi bosen di rumah," jawabku singkat.

"Lagi berantem, ya? Tapi kayaknya Masmu mesra aja. Apa sih tipsnya kalian bisa langgeng gini. Gak pernah ribut kayaknya. Aku sama Angga hampir tiap hari ribut. Egois banget dia." Aku hanya menimpali ocehannya dengan senyuman.

Memang aku sangat menghindari untuk menceritakan masalah pribadi walau dengan sahabat sendiri. Sebisanya akan langsung kubicarakan sesuatu yang mengganjal di hati. Tak pernah kuendapkan apalagi kuluapkan di media sosial. Rasanya lucu jika masalah rumah tangga dijadikan konsumsi publik.

Aku memilih duduk di sudut sambil mengunyah cake. Sesekali tertawa melihat Ina menyumbangkan suaranya yang sumbang di pentas.

Pukul enam, tamu undangan semakin ramai. Aku pamit pulang duluan pada Ina dan bersikeras tak mau merepotkannya untuk mengantar.

Insting WanitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang