#Insting_Wanita
Part 12Poligami?
***
Mas Pram pulang setelah isya. Dia telah mengabari sebelumnya akan pulang terlambat karena harus mengantar sang ustad ke bandara. Aku hanya berdoa, mereka tak semobil dengan Evil. Walau aku tak yakin, perempuan itu bisa saja mencari celah agar terus dekat dengan suamiku.
"Sayang, udah enakan badannya? Tadi bagus banget, ya, ustadnya. Sayang kamu gak dengar sampai akhir. Eh, bentar, aku tadi sempat ngerekam waktu tanya jawab. Kamu mau nonton?"
Tanpa menunggu persetujuanku, Mas Pram memutar video dari HP-nya. Beberapa pertanyaan sempat kusimak sebelum pertanyaan laknat itu dibacakan.
'Ustad, apa hukum poligami dalam islam?'
Terdengar suara ustad yang diikuti gelak dari seluruh jamaah.
"Stop, Mas! Stop aku bilang!" Kuraih gawai dari tangan Mas Pram dan melemparnya ke lantai. Hancur berantakan.
Mata Mas Pram menatapku lekat. Bibirnya terkatup rapat. Bergantian ia menatap wajahku dan gawai yang baterainya terlepas juga layarnya retak, tergeletak di atas lantai keramik keras.
Aku terisak kembali. Sesak di dada datang lagi.
"Stop, Mas! Aku sadar, aku bukan perempuan sempurna. Kalo boleh milih, aku juga gak mau mandul begini. Kamu .... Kamu mau poligami, kan?"
Dia yang sibuk mengumpulkan bangkai HP dari lantai, menatap wajahku. Tak ada kata keluar dari mulutnya. Lalu dia berjalan ke luar.
Aku terus terisak sendiri. Kenapa Allah begitu tidak adil pada kami. Evi yang rumah tangganya berantakan, malah diberi dua orang anak. Aku memukul-mukul dada, sesak.
Mas Pram datang menyodorkan segelas air. Kuhalau tangannya kasar, agar dia tahu aku begitu kecewa dengannya. Gelas kaca itu pecah berantakan.
"Adel! Cukup! Hentikan kekonyolanmu. Kamu selalu berprasangka buruk padaku, seakan aku tak pernah ada baiknya di matamu." Suaranya meninggi. Tangisku terheni menatap wajahnya yang memerah, marah.
"Aku lelah dengan semua kecurigaanmu. Dewasalah! Kamu bukan anak kecil lagi. Pantas saja kebanyakan perempuan masuk neraka. Karena ini! Karena mengingkari kebaikan suami. Seakan suami tak pernah benar. Aku benar-benar lelah dengan sikapmu."
'Cukup,' batinku berbisik. Aku meraih gawai di sisiku dan memutuskan untuk tidur di kamar tamu. Sebuah serpihan kaca menggores telapak kakiku saat berjalan ke luar kamar. Aku mengaduh pelan seraya menoleh ke belakang. Tak ada respon dari Mas Pram. Wajahnya mengeras menatap lantai. Kubiarkan darah menetes dan berlari terpincang menuju kamar tamu. Menguncinya, lalu memeriksa telapak kaki. Sebuah pecahan kaca menancap, kutarik perlahan. Darah segar mengucur perlahan. Aku segera meraih tissu di nakas dan membersihkannya.
Aku kembali terisak mengingat ucapannya. Dia tega mau memasukkan aku ke neraka hanya karena masalah sepele. Aku hanya ingin diyakinkan. Apa itu salah? Itu dosa besar hingga aku pantas disebut calon penghuni neraka. Dia keterlaluan. Aku belum sepenuhnya mengerti islam, tapi sudah disodorkan fakta poligami dan neraka. Aku yakin islam tak semengerikan ini. Islam agama kasih sayang. Aku pernah membaca buku tentang Rasulullah. Bukan begini islam itu.
Setelah lelah menangis, kutatap pantulan wajahku di cermin. Mungkin Mas Pram berubah karena aku tak secantik dulu?Aku memang tak cantik lagi. Juga tak terlalu jelek juga. Salon adalah tempat favoritku saat akhir pekan. Hanya timbanganku naik beberapa kilo. Menyisakan gelambir di lengan dan perut.
Apa karena ini Mas Pram ingin poligami? Egois sekali dia! Aku jadi begini karena dia. Tak pernah mengizinkanku bekerja lagi, juga faktor berbagai macam obat penyubur yang kukonsumsi. Suntikan hormon juga menyumbang peran dalam pergeseran timbangan ke kanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Insting Wanita
RomanceAdelia Winata, istri dari Pramono Susanto yang manja namun tak mau kecolongan dengan hadirnya wanita penggoda dalam rumah tangga mereka. Pram, pria yang sering membuat para wanita salah paham akan kebaikannya. Bagaimana kedua insan yang saling menci...