#Insting_Wanita (9)
***
Hujan belum juga berhenti. Kami terdiam bersisian di atas ranjang dengan pikiran masing-masing. Entah dengan Mas Pram, tapi aku sedang memikirkan segala yang terjadi hari ini.
Tentang pertemuanku dengan Aisyah, pertengkaran dengan Mas Pram sebab Evil yang tak henti mengusik, terakhir tentang masalah shalat. Kegiatan yang telah begitu lama tak kulakukan.
Dulu, saat ibu Mas Pram masih hidup, ia rajin sekali mengajarkanku shalat dan mengeja iqra. Sayangnya, itu tak bertahan lama. Beberapa bulan setelah pernikahan kami, ia meninggal. Kanker payudara yang diderita membuatnya tak mampu bertahan lebih lama lagi.
Setelah itu, praktis tak ada yang mengajarkanku lagi. Mas Pram juga tak terlalu ambil pusing tentang ibadah. Juga permasalahan yang timbul tak lama setelah kematian ibunya membuat ia sedikit merasa kecewa dengan Tuhan. Maksudku, Allah.
Sang ayah yang selama ini terlihat baik ternyata menyimpan rahasia. Pantas saja ibu mertua sakit-sakitan, ia menyimpan luka dan duka sendirian. Tak ingin anak semata wayang membenci ayahnya. Namun, serapi apapun menyimpan bangkai, suatu hari akan tercium juga busuknya.
Belum 40 hari kematian ibu mertua, ayah pulang ke rumah membawa seorang wanita dan balita. Tak pernah kulihat Mas Pram dengan wajah semarah itu sebelumnya. Tanpa kata, ia mengajakku keluar dari rumah dan tak pernah kembali.
***
"Mas ...." Aku menyentuh tangannya. Hangat.
Dia menoleh. Cahaya lilin di sebelahnya membuatku tak bisa menatap maniknya dengan jelas. Tanganku terangkat menyentuh pipinya. Basah.
"Kamu nangis?" Aku membingkai wajah lalu membenamkannya ke dalam pelukanku.
"Maafin aku, Sayang. Aku terus-terusan menyakitimu." Ia menarik wajahnya dari dalam pelukanku.
"Gak, Mas. Aku aja yang baper. Mungkin bawaan menstruasi." Aku menyandarkan kepala di bahunya.
"Aku kangen sama ibu ... aku merasa jadi kayak ayah dulu. Suka nyakiti ibu. Maafin aku, Sayang," bisiknya lirih.
Aku mengecup bibirnya agar berhenti meminta maaf. Suasana malam, hujan dan lampu padam membuat kecupan semakin dalam.
Tiba-tiba ia menjauhkan tubuhnya dariku. Berjalan menuju kulkas lalu mengambil air mineral dari dalamnya.
"Kamu lagi haid, kan?"
Aku menepuk kening sendiri. Hampir saja kelepasan.
"Oh, iya. Seingatku pembalut yang kita beli masih di dalam mobil, kan? Udah diambil belum?" tanyanya setelah meneguk air mineral.
Tunggu, sejak kemarin aku tak memakai pembalut. Harusnya hari kedua pasti sedang deras-derasnya.
Dia duduk di tepi ranjang dan menyodorkan air mineral untukku.
"Mas." Aku menatapnya tajam sambil memegang tangannya yang tengah menggenggam botol air mineral.
"Aku rasa ... aku gak haid."
Alisnya bertaut lalu tersenyum.
"Kamu yakin?"
Aku menggeleng.
"Entahlah."
"Coba sana periksa di kamar mandi."
"Gelap."
"Bawa lilinnya. Atau pakai HP."
"Di sini aja, ya."
Dia melotot.
"No. Kamu jangan PHP-in aku. Imanku gak sekuat itu."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Insting Wanita
RomanceAdelia Winata, istri dari Pramono Susanto yang manja namun tak mau kecolongan dengan hadirnya wanita penggoda dalam rumah tangga mereka. Pram, pria yang sering membuat para wanita salah paham akan kebaikannya. Bagaimana kedua insan yang saling menci...