#Insting_Wanita
Part 13***
Kami menginap di salah satu hotel di kota Medan, diantar oleh suami Aisyah dan ... perempuan itu. Tak sempat berkenalan, mereka langsung pamit undur diri, meninggalkan aku, Mama, dan Aisyah. Dalam hati aku bertanya-tanya siapa perempuan itu? Sepanjang jalan tadi, kutahan rasa penasaran dan sekaranglah saatnya meluapkan.
Mama berjalan menuju resepsionis untuk memesan kamar. Aku menarik lengan Aisyah untuk menginterogasinya.
"Kau pasti mau tanya siapa perempuan itu, kan? Yok, duduk di sana, aku akan ceritakan segalanya." Dia gantian menarik lengan gamisku ke kursi. Mama berkata dari meja resepsionis akan mengantar koper dibantu pegawai hotel ke kamar dulu, dan mandi.
Kami melanjutkan perbincangan. Sungguh, aku sangat penasaran. Benarkah itu madu Aisyah?
"Kau tau, selepas kita bertemu untuk pertama kali itu, sampai di rumah seorang sahabat menelpon, mengatakan bahwa ia akan menjual anaknya padaku. Suaminya meninggal kecelakaan saat dia hamil besar dan semua uang asuransi diambil oleh keluarga almarhum suaminya. Aku gak habis pikir, ada sekelompok manusia berhati batu. Dia meneleponku tepat saat bayinya telah lahir."
Aku mendengarkan ceritanya dengan antusias. Walau hanya terlihat bagian matanya, tapi aku tau ada ekspresi geram di sana.
"Tapi itu bukan alasan kau bisa merelakan suamimu menikahinya. Nafkahi aja mereka setiap bulan. Kau ... entahlah, kata apa yang tepat diucapkan saat ini. Kau polos sekali." Aku menatap kedua mata itu nyalang. Masih tak percaya ada perempuan se-naif ini.
"Tidak semudah itu, Adelia. Tidak semudah itu menjadi seorang janda. Aku merasakan saat ayahku meninggal, ibuku selalu jadi bulan-bulanan gosip tetangga. Mereka tidak hanya butuh makan, tapi juga perlindungan."
"Tapi Aisyah, aku tetap tidak paham cara berpikirmu. Kenapa kau merasa harus memberikan perlindungan. Kurasa keluarga kandung dia bisa. Kau perempuan biasa, Aisyah. Bukan malaikat. Kau ... entahlah." Aku melempar pandangan ke luar. Bunga berwarna-warni menghiasi pekarangan hotel.
Sebuah sentuhan hangat singgah di pipiku. Aku memalingkan wajah.
"Adelia, doakan saja aku bisa kuat menghadapi ini. Lagipula, aku punya temen untuk bergantian ngurusin Mamak plus bonus bisa gendong bayi. Maka nikmat Tuhan mana lagi yang aku dustakan."
"Tunggu! Ini bukan permintaan suamimu, kan?" Pertanyaanku dijawab tawa kecil olehnya.
"Aku bahkan harus merajuk beberapa hari agar ia mau memenuhi permintaanku. Yuk, istirahat di kamar. Abis isya nanti, suamiku jemput, kita ke Panatapan. Makan jagung rebus sambil liat pemandangan kota Medan dari atas. Cantik kali."
Dan di sinilah kami. Tepat selepas isya, Akmal, suami Aisyah menjemput dan membawa kami ke sebuah tempat makan jagung rebus di pinggir jalan menuju kawasan wisata Berastagi.
Sambil makan jagung rebus, Aisyah terus menceritakan keindahan kotanya. Tentang Gunung Sinabung yang berkali erupsi, Danau Toba yang indah, juga banyak tempat wisata yang ditawarkan kota ini.
Mataku menatap kelip lampu di bawah kaki kami, tapi pikiranku ada jauh di luar pulau ini. Ada perasaan bersalah menyelusup relung. Namun, kemudian ego kembali mendominasi. Kucengkeram lengan Aisyah pelan, ia berhenti bicara dan menatapku.
"Aisyah, ada sesuatu yang mau kutanyakan padamu."
***
Yang pengen tau, gimana Panatapan itu, silakan gugling. Kalo malam di sana, cantik banget pemandangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Insting Wanita
RomanceAdelia Winata, istri dari Pramono Susanto yang manja namun tak mau kecolongan dengan hadirnya wanita penggoda dalam rumah tangga mereka. Pram, pria yang sering membuat para wanita salah paham akan kebaikannya. Bagaimana kedua insan yang saling menci...