Bagian Sebelas

7.2K 461 24
                                    

#Insting_Wanita

Antara Aku, Kau, dan Calon Pelakor

Part 11

***

Setelah dua hari beristirahat di rumah, Mas Pram kembali ke kantor. Hubungan kami sangat membaik, apalagi kulihat dia semakin rajin beribadah. Selama di rumah, dia selalu mengimamiku shalat. Pria berjambang rapi itu juga membelikanku buku panduan shalat lengkap. Alhamdulillah, sekarang kurasakan kedamaian yang sesungguhnya. Walau bacaanku terbata, tapi aku mulai belajar mengaji iqro lagi.

"Sayang, di kantor mau ada pengajian jum'at besok. Kamu ikut, ya?" Suatu sore sepulang kerja, mendadak aku dikejutkan dengan ajakannya yang tidak masuk akal.

"Di kantor? Itu artinya aku bakalan ketemu Evil? No way, aku gak mau merusak mood yang lagi bagus ini. Kamu rekam aja ceramahnya, nanti aku nonton di rumah."

"Evi lagi! Evi lagi! Aku sampai bosan mendengarnya. Terserah kamu aja, deh." Dia melengos masuk ke kamar. Aku menarik napas berat, dan menyusulnya.

***

"Kamu gak akan nyesal ikut ke mari, Sayang. Ini Ustad yang lagi naik daun. Alhamdulillah, Evi kenal dengan asisten Ustad ini. Makanya, dia bisa datang. Padahal jadwal Ustad padat banget. Kamu duduk di sana, ya. Di bagian akhwat. Aku ke sana dulu." Dia pergi menuju sekumpulan pria.

'Evi lagi! Evi lagi!" rutukku dalam hati.

Ngomong-ngomong, ke mana perempuan itu. Sejak tadi aku datang, dia belum terlihat. Mataku memindai seluruh jamaah. Acara ini lumayan ramai, karena setiap karyawan kantor diperbolehkan membawa keluarga. Alasan ini pula yang membuatku mau tak mau harus ikut ke sini.

Kemarin saat menyusulnya ke kamar, kulihat dia tengah duduk di tepi ranjang dengan wajah kusut.

"Mau sampai kapan kamu curiga terus? Kalau kamu gak ikut, aku akan jadi satu-satunya orang yang sendirian tanpa membawa keluarga di sana nanti. Seluruh karyawan diminta membawa sanak saudara. Keluarga besar, kalau bisa. Ini syi'ar. Lagi pula, ironi sekali jika aku yang menginstruksikan hal itu, tapi nyatanya aku sendiri yang tidak mematuhinya." Dia menatap tajam ke dalam mataku.

"Kamulah satu-satunya yang aku punya sekarang ini, saat keluargaku yang lain entah di mana."

Siapa yang tahan melihat laki-laki yang dicintai bersedih sebegitu dalamnya. Tiba-tiba aku merindukan ibu mertua. Aku yakin, Mas Pram juga begitu.

Dan sekarang, di sinilah aku. Saat acara dimulai, kulihat Evi bertindak sebagai MC. Pantas saja iblis itu tak terlihat dari tadi. Ternyata dia mengambil peran penting dalam acara ini. Sudahlah, aku ke sini demi Mas Pram. Titik!

Menit demi menit berlalu, ceramah ustad itu sangat menarik. Tidak terlalu serius, sesekali diselingi candaan yang membuat seisi ruangan terbahak.

Aku mendengarkan setiap perkataan sang ustad dengan seksama. Namun, mataku juga tak lepas mengawasi Mas Pram dan arah tatapan mata Evi. Cih, perempuan itu selalu melihat ke arah kerumunan laki-laki. Aku yakin dia tengah menatap Mas Pram. Menjijikkan sekali.

Setelah sesi ceramah selesai, saatnya masuk ke sesi tanya jawab. Masing-masing karyawan diberi selembar kertas untuk menuliskan pertanyaan. Kertas jatah Mas Pram sengaja kuminta. Aku punya ide bagus demi membuat calon pelakor itu jera. Minimal malu dengan sikapnya. Kurasa tak apa bertanya seperti itu, masih berhubungan dengan tema. Membangun Keluarga Sakinah mawaddah warahmah.

Segera kutuliskan sebaris pertanyaan singkat dan menyerahkannya kepada panitia.

Satu persatu pertanyaan dibacakan dan dijawab dengan menarik oleh sang penceramah. Jantungku berdegup kencang menunggu giliran kertasku dibacakan. Tak sabar rasanya melihat ekspresi iblis betina itu saat mendengar jawaban dari ustad.

Insting WanitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang