-Part 11-

3K 357 14
                                    

***
Hearing your heels click on the floor, sounds like power - Unknown

***Hearing your heels click on the floor, sounds like power - Unknown

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sasuke.."

Aku ikut menoleh mendengar seseorang memanggil nama Sasuke dengan keras. Aku cukup terkejut. Dengan cepat aku menarik tanganku dari gandengan Sasuke. Aku melirik pria itu dari sudut mata menatapku karena aku bergeser menjauh darinya.

Wanita dengan gaun selutut berwarna hitam berjalan anggun mendekati kami. Oh tidak...

Tidak menghiraukan ku, ia lalu melangkah mendekati Sasuke dan berdiri dihadapan Sasuke, "Tidak biasanya kau ikut di acara ini, Sasuke..." Ujarnya lalu menoleh padaku, lalu tersenyum. Oh tidak, jangan hiraukan aku!

"Haruno-san bukan? Dari majalah Shinobi?"

Aku membalas senyumanya... Sial, Ku kira dia tidak mengenalku. " Aaa.. Rin-san, lama tidak berjumpa."

"Benar, sudah lama sekali." Wanita bernama Nohara Rin itu membalas senyumku.

Rin kembali menatap Sasuke dengan wajah sedikit kesal, "Lalu Sasuke, apa yang membuatmu datang kemari? Minggu lalu aku mengajakmu membantu tim-ku, dan kau menolaknya." Tangannya sudah dilipat keatas dada, wajah cantik dengan hiasan make-up feminine itu terlihat cemberut.

Perasaanku saja, atau mereka berdua ini terlihat sangat dekat?

"Aku sibuk." Jawab Sasuke singkat.

"Sibuk berkencan dengan Haruno-san maksudmu?"

Aku tidak tau tentang bagaimana hubungan kedua orang ini, yang jelas aku harus meluruskannya. "Tidak seperti yang kau pikirkan, Rin-san..." Jawabku. Dan wajahnnya tetap terlihat tidak percaya dengan ucapanku.

"Begini Rin-san, tim Shinobi kekurangan orang untuk menghadiri event ini. Jadi Tsunade-sensei meminta bantuan pada Sasuke-san dan Naruto-san untuk membantu kami." Jelasku pada wanita yang kini sedang mengangguk paham. Sedangkan Sasuke si tembok ini tidak membantu apapun.

Wanita itu tertawa pelan, "Tenang saja Haruno-san. Kau terlihat takut sekali." Ucapnya santai. "Aku tadi juga sudah bertemu Naruto."

"Naruto? Di sini?"

"Tidak, kami bertemu diluar."

Aku hampir melupakan mereka. Sejak berkeliling dengan Sasuke tadi, aku hanya fokus dengan pestanya dan rekan Tsunade-senseii. Sepertinya aku harus mencari mereka. Mereka mungkin menunggu kami diluar, "Kalau begitu lebih baik aku mencari mereka." Ucapku hendak pamit.

Saat aku hendak beranjak, lenganku ditarik dari belakang, "Kemana?" Tanya Sasuke yang menghentikan langkahku.

"Aku akan menemui mereka diluar." Sejujurnya, aku tidak begitu yakin, tapi setidaknya aku harus mencoba mencari mereka. Jika aku berkeliling di tempat ini mungkin cukup melelahkan. Rasanya semua jari kaki ku akan putus. Apa aku duduk dipojok saja?

Naruto dan Hinata tidak punya akses untuk masuk. Jadi kemungkinan besar ia masih diluar.

Tempat ini sangat berisik, dan sudah dipenuhi orang-orang. Akan susah menenui mereka disini. Satu-satunya harapanku adalah mereka menjawab panggilanku.

"Bagaimana kau menemui mereka?" Tanya Sasuke padaku.

"Mungkin aku akan menunggu di pintu masuk, sambil berusaha menghubungi mereka."

Sasuke mengedar padangannya ke sekeliling, Lalu menarik tanganku. Lalu menepuk bahu Rin, "Sampai jumpa, Rin."

"Hei..." sorak Nona Nohara saat kami meninggalkannya. Wajahnya terlihat setengah kesal melihat aksi tidak sopan kami— hmm...Tidak, maksudku Sasuke.

Karena ruangan ini sudah dipenuhi banyak orang, aku jadi kesulitan untuk menemukan jalan keluar. Langkah Sasuke juga begitu cepat untuk aku ikuti dengan kaki ku yang sudah mati rasa ini. Aku cukup kesulitan mengikuti. Aku harus menghentikanya.

"Sasuke..." Panggilku padanya, tapi pria itu menghiraukanku. Ia tetap membawaku berjalan ke sudut ruangan menuju pintu luar. Apa yang membuat pria ini terburu-buru.

"Hei!" Kini aku menarik lengannya untuk menghentikan langkahnya. "Kita ini mau kemana?" Ucapku terengah-engah.

Dengan wajah datarnya, Matanya kini memindai dari atas kepala hingga bawah kakiku, Pria menatapku sebentar lalu melirik kakiku. "Apa semua wanita harus menggunakan ini?" Tanyanya menatapku intens.

Dengan cahaya lampu seadanya, aku kembali menatap pria itu — Sialan... apa pria ini tidak tau sebesar apa damage yang ia berikan padaku dengan mata onyxnya yang kelam itu. Oh, tidak, Sakura. Bukan saatnya terpesona dengannya.

Menghentikan pikiran ku yang— sudahlah, Aku kembali memikirkan keadaanku, menatap kaki ku yang malang. Jari-jari kaki ku sudah terasa sesak, atau bahkan mungkin sudah lecet. Heels nya memang tidak terlalu tinggi, tapi aku sudah memakainya hampir seharian. Jenis heels yang ujungnya menyempit ini dapat membuat kakiku iritasi. Oh tidak, kaki ku yang malang...

"Lepaskan."

"Apa?"

Telunjuk Sasuke menunjuk heels ini, "Lepaskan saja."

"Hah?"

Sasuke menaikan satu alisnya, " Kau ingin kakimu lebih parah lagi?"

Ini sangat menyakitkan. Sejujurnya rasanya hampir mati jika aku masih memakainya. Tapi aku tidak punya pilihan lain selain menggunakannya, karena aku hanya membawa sepasang heels ini, dan juga sepatu. Mana mungkin aku memakai sepatu jelek mengenakan gaun yang telah dirancang khusus ini untuk acara ini.

Ngomong-ngomong, kenapa dia jadi peduli dengan kakiku?

Saat Sasuke hendak berjongkok, aku cepat-cepat menahannya. "Aku tidak bisa melepasnya." Spontan, mundur beberapa langkah memberi jarak.

Dahi Sasuke mengerut, lalu bangkit, "Kenapa?"

"Kita masih ada disini, mana mungkin aku berkeliaran dengan telanjang kaki."

Sasuke menghela nafas, "Lebih baik kau lepaskan benda itu."

Aku menggeleng cepat, "Tidak bisa."

"Kenapa kau keras kepala sekali? Bukannya sakit, kenapa masih menggunakannya?" Ucapnya terdengar mencibirku.

Jika dibiarkan,perdebatan kami akan berlanjut sampai pagi.

Aku menghembuskan nafas kasar, "Kau fikir ini gara-gara siapa? Kau membawaku berkeliling kesana kemari sejak tadi, dan langkah kakimu itu besar untuk aku ikuti." Ucapku sedikit berteriak. Kami memang sudah jauh dari keramaian. Tapi menjaga nama baik, aku harus meredam emosiku yang siap meledak, kapanpun, dan dimanapun.

Sasuke terdiam menatapku sebentar. Ia menghela nafas kecil, lalu merogoh saku untuk mengambil ponselnya. Ia menghubungi seseorang dan berkata untuk segera menjemput kami.

Saat ponselnya sudah berada di saku celananya, ia kembali menatapku, "Kalau begitu urusan kita sudah selesai. Kita kembali ke hotel."Ujarnya tegas padaku.

Aku menatap Sasuke tidak percaya. Merasa aneh dengan sikap yang begitu peduli dengan keadaanku saat ini.

Saat aku hendak membuka suara, pria itu lebih dulu berbicara dengan nada yang tidak bisa dibantah, "Lalu kau bisa melepaskan itu." Sialan, dia benar-benar berniat menbuatku melepaskan heels ini.

"Sakura-chan, Sasuke." Aku tau suara ini! Itu mereka. Melihat Si kuning itu dengan senyum yang merekah, membuat ku ingin menghanjarnya.

Aku menarik napas pelan-pelan, keluarkan pelan-pelan juga,jangan sampai aku meledak disini.

Sakura ingat dimana dirimu berada sekarang!

***

Fight With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang