-Part 18-

1.6K 276 21
                                    




I love you, Sakura — Sabaku Gaara

***

Aku diam menatap lurus pada gelas kosong didepanku. Tidak berani menatap wanita paruh baya yang duduk dipisahkan oleh meja pergi panjang dihadapanku.

"Kau yakin tidak memesan sesuatu, Putriku?" Tanyanya dengan tersenyum lembut membuatku resah.

Aku berusaha membalas senyumnya, "Tidak, Bibi. Terima kasih." Dan wajahnya yang tersenyum tadi terlihat sendu.

Hening. Rasanya begitu canggung. Tak ada yang kata yang keluar dari Bibi Karura, begitu juga Gaara yang duduk di sampingku. Pertemuan kami yang begitu mendadak membuat ku tidak siap. Aku ingin pergi dari sini.

"Bagaimana keadaanmu, Sakura?" Tanya Bibi Karura memecah keheningan.

"Baik, bibi." Jawabku memaksakan senyum.

Bibi Karura menghelan nafas, "Apa kau akan tetap memanggilku Bibi, Sakura?" Tanyanya yang masih senyum padaku, tapi terlihat jelas wajah kekecewaanya.

"Apa kau sedang menghukumku, Sakura?" Ucap bibi Karura terdengar lirih.

Aku hanya menggeleng, tidak berani menatapnya lagi. Aku tidak bermaksud menyangkut pautkan masalahku dan Gaara dengan Bibi Karura. Hanya saja, terlihat baik-baik saja dengan apa yang tengah terjadi pada kami berdua, membuatku sulit.

"Ibu." Panggil Gaara, kini satu tanganya berada dipunggung tanganku lalu menggengamnya.

Aku menarik tanganku dari gengamannya.

"Sakura..."

"Ibu." Kali ini aku mendengar nada peringatan dari Gaara.

Mereka bersautan satu sama lain. Lalu keduanya kembali terdiam. Bibi Karura sejak tadi hanya memanggil namaku, sedangkan Gaara menahan bibi Karura untuk bersuara.

"Bisakah aku berbicara pada putriku yang sudah lama tidak aku temui?" Tanyanya lagi. Aku mengangkat kepalaku berlahan,menatap bibi Karura. Ia masih saja menganggapku sebagai putrinya dengan segala yang pernah terjadi antara aku dengan Gaara, dan hal itu membuatku dilema. Rasa bersalah meliputiku. Bibirku masih kelu memanggilnya dengan panggilan Ibu. Sekuat tenaga aku mengabaikan perasaan yang berkecamuk.

Bibi Karura selalu menginginkan seorang putri, dan saat bertemu dengannya sebagai kekasih Gaara, ia begitu mudahnya menyukaiku. Ia bahkan mendesak kami untuk segera menyelenggarakan pernikahan. Tapi, entah kenapa hal itu terasa sulit bagiku dan Gaara mewujudkanya.

Kali ini kami memilih diam, hingga akhirnya Bibi Karura membuang nafas pelan," Minggu lalu aku mengunjungi kuil. Aku berdoa disana." Ucapnya menatap Gaara dan aku bergantian.

"Aku berdoa, agar aku bisa berkumpul dengan kalian lagi... seperti dulu." Bibi Karura lalu tersenyum kecil, "Sepertinya, Kami-sama mengabulkan doaku."

Aku meremas celana pada lututku, mengigit ujung lidah yang mati rasa. Aku menunduk, tidak berani menatap bibi Karura lagi.

"Apa doaku yang lainnya akan terkabul juga?" Aku dan Gaara memilih diam.

"Sakura." Panggilnya. Aku memecamkan mataku menghalangi bulir air mata yang akan keluar.

Jangan, Sakura.

Gaara akhirnya bersuara lagi, "Ibu, biarkan kami menyelesaikan masalah kami."

"Aku tidak akan bertanya lagi tentang masalah kalian," Kata bibi Karura serius, "Tapi sekarang udah hampir setahun sejak kalian berpisah, apa kalian tidak berfikir kalau aku tidak mengkhawatirkan hubungan kalian kali ini?" Ucapnya lagi

Fight With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang