Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Shannaro!
Itulah ucapan yang keluar dari mulutku saat Si pirang Naruto datang menghampiriku dan mengatakan sebuah bencana yang sepertinya akan segera terjadi. Si pirang itu bahkan memohon padaku.
"Aku benar-benar minta maaf Sakura. Tapi dia benar-benar tidak bisa melakukannya sekarang. Biarkan aku yang menggantikannya." Uzumaki Naruto. Nama dari sipirang itu. Dia benar-benar memberi kabar yang sangat baik. Benar-benar baik.
Aku memutar mata malas, aku benar-benar kesal. "Kali ini apa? Dia sakit?" Oh ini benar-benar membuatku gila.
Naruto menggeleng cepat. Wajahnya terlihat seperti anak kucing yang tersesat. Ia mendesah. "Dia sedang berada di Osaka. Urusan keluarga." Terdengar alasan yang masuk akal. Dia disini pasti sangat mencintai keluargannya. Bahkan disaat yang penting ini,ia beralasan dengan atas nama keluarga. Memang keluarganya siapa?
Aku melihat sekeliling. Lagi? Aku bisa membaca ekspresi mereka. Orang-orang disini terlihat memandangiku menunggu jawaban yang akan terlontar dari mulutku. Ya, mereka sangat menunggu Sakura si bajak laut bermulut kasar.
Aku rasanya ingin benar-benar tenggelam sekarang. "Baiklah. Tidak ada waktu untuk mengundur pemotretan ini lagi. Beberapa hari kita semua tau, deadline menunggu kita. Kita harus menyelesaikannya sekarang." Ucapku dengan nada pasrah. Rasanya perlu banyak tenaga mengeluarkan semua cacianku yang sudah berada sekitar 15 menit dipikiranku. Semua yang berada di studio juga mengangguk setuju. Mau bagaimana lagi? Menyuruhnya atau menunggunya untuk datang kesini sama dengan mendapat teguran dari atasanku bukan? Benar-benar Shannaro.
Wajah terlihat sangat lega mendengar ucapanku tadi. Aku melayangkan tatapan kesal pada Naruto. Aku menepuk pundaknya keras."Aku berharap banyak padamu Uzumaki-san."
Tentu mendengar umpatan dan eranganya saat aku melakukannya.
***
Saat aku kembali ke studio, studio tampak sepi. Tidak ada orang-orang yang berkeliaran disana,Tidak ada suara mesin foto copy disudut studio, Tidak ada suara telpon yang menyaring setiap sepuluh menit sehari, dan tentu saja tidak ada kekacauan lagi untuk hari ini.
Kini aku berjalan menuju meja cubicle ku. Disini banyak sekali cubicle untuk para karyawan. Tapi dibanding yang lain Cubicle, kepunyaanku lah cukup luas. Ya, mereka memberiku fasilifas lebih untuk kerja kerasku yang ekstra. Bekerja sebagai Assistant editor in chief atau yang bisa disebut juga Asisten Fashion Editor pada sebuah kantor majalah fashion terkenal, dan tentu saja sangat membutuhkan kerja keras ekstra bukan.
Jam sudah menunjukkan pukul tujuh. Hanya aku si Haruno Sakura yang berada disini duduk didepan komputer pada malam ini. Tentu saja yang lain sedang dalam perjalan menuju studio. Setelah pemotretan, aku lebih memilih kembali ke studio terlebih dahulu. Dan karena aku masih memiliki pekerjaan yang harus dibawa lembur malam ini. Dengan sangat terpaksa aku harus memacu audi-ku lebih kencang dari biasanya.