-Part 9-

3.6K 408 12
                                    

Tapi kau perlu tahu, seseorang dibuat jatuh agar bisa berusaha bangkit, bukan hanya untuk menerima rasa sakit -Penagenic

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tapi kau perlu tahu, seseorang dibuat jatuh agar bisa berusaha bangkit, bukan hanya untuk menerima rasa sakit -Penagenic

***

"Jadi... Sakura, bagaimana rasanya kencan dengan seorang Uzumaki Naruto?" Tanya Ino dengan fokusnya mengumpulkan beberapa katalog brand fashion untuk pemotretan kami selanjutnya. Kali ini temanya adalah beautiful spring dengan konsep foto yang lebih soft dan fokus kepada beauty shoot.

Untuk pemotretan kali ini akan terbit pada awal bulan april mendatang. Kami harus jauh-jauh hari untuk persiapan majalah Shinobi, karena begitulah seharusnya kami bekerja.

Sama seperti yang Ino lakukan, aku juga sibuk menentukan pilihan mana yang akan di gunakan untuk model kami nantinya. Tapi... Ino sepertinya cukup luang sehingga sempat menanyakan hal yang tidak penting padaku.

"Ya, cukup menyenangkan." Jawabku singkat tanpa menoleh padanya. Semoga Ino senang dengan jawaban itu.

Tapi bukan Ino namanya jika ia sangat ingin tau, "Menyenangkan? menyenangkan seperti apa yang kau maksud?"

"Ya, setidaknya ia tidak pria yang membosankan." Kita semua mengenal Naruto, Dia pria ceria yang dengan mudah mencairkan suasana dengan tingkahnya. Tentu berada disekitarnya membuat siapapun tidak merasa bosan. Naruto selalu banyak bicara, segala hal akan jadi bahan berdebatan baginya. Jadi, siapa yang wanita mungkin ia kencani oleh seorang Naruto, tepatnya wanita yang bersedia mendengar ocehannya tentunya.

"Kalau begitu kalian akan melanjutkan tahap sebagai seorang pasangan, mungkin?"

Dari mana Ino menyimpulkan hal itu?

"Ino, haruskah seorang pria dan wanita berkencan akan menjadi pasangan kekasih?" Bahkan hari itu saja tidak bisa dikatakan dengan sebutan kencan. Kami hanya duduk di sebuah restauran dan membahas beberapa banyak hal— termasuk jajaran wanita yang pernah dia dekati— atau membicarakan model yang pernah bekerja dengannya. Informasi itu sangat berguna bagiku. Karena hal tersebut memudahkan ku menghadapi model yang sekiranya berkerja sama dengan kami kedepannya. Dibanding berkencan, kami lebih membicarakan pekerjaan, bergosip tentunya.

Aku mulai bosan membahas ini. Dan Ino masih sangat terobsesi dengan kisah percintaanku.

Dahi Ino menyerngit menatapku, "Aku pikir itu alasan seseorang untuk berkencan."

"Aku rasa kami akan jadi teman." Naruto lebih cocok sebagai teman dengan segudang informasi. Ia tidak sungkan mengatakan model mana yang seru diajak untuk kerjasama dan model mana yang menyebalkan menurutnya.

"Tidak ada antara pria dan wanita untuk berteman Sakura, aku rasa sedikit banyak pertemanan antar gender, pasti memiliki rasa suka, lebih kurang sedikit saja. Kenapa ia hanya mengajakmu berkencan hanya untuk berteman." Ino mulai banyak bicara, aku harus membuatnya untuk tidak membahas topik ini. Ya... ini topik yang sensitif, bagiku.

Fight With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang