Runcing bak ujung tombak
Tajam layaknya puncak terjal
Tak bertulang namun perih ketika menghujamTampaknya tumpul
Namun berbelatiLupa dataran ketika terbang ke awan
Semaunya saja
Seenaknya saja
Yang penting aku puas
Tak perduli apa yg telah terurai
Dan apa yg telah menyebabkan
Yg penting aku ingin mengutarakanBicara saja
Ungkapkan saja
Enak kan?
Urusan apa yg terjadi nanti ya nanti
Biarkan dulu sekarang aku ucapkanSehingga bisik-bisiknya pun berhasil merasuki
Sangat halus
Hingga aku lupa diri
Lupa bahwa ia sendiri temankuAku berhasil menggoreskan tinta luka di hatinya
Tanpa sadar bahwa aku telah menyakiti diriku sendiri dengan menyakitinya
Tanpa sadar bahwa lidahku ini akan dimintai pertanggung jawabannya di akhirat kelakDengan lantangnya ku jabarkan
Dengan sangat sombongnya
Lupa bahwa aku hanyalah butiran kecil yg ketika Allah inginkan,
Maka habislah sudah..Maaf,
Aku khilaf.Semoga Allah menjaga lisan, akhlak serta perbuatan kita ya.
Begitu juga dengan tali persaudaraan yg telah terbangun.
Karena neraka paling banyak dihuni oleh kaum hawa atas lisannya.
------------------------------------
Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir. Maka hendaklah ia berkata yg baik atau lebih baik diam.( Muttafaq 'Alaih: Al-Bukhari,
no.6018; Muslim, no.47 )
-----------------------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
MUHASABAH : Sebuah Renungan
Spiritual- SLOW UPDATE - Berisi tentang renungan, pengalaman serta perjalanan hidup dan sekaligus untuk self reminder. Berbagi ilmu, berharap tulisan ini berguna bagi orang banyak. Agar ia berkah Semoga terinspirasi! Salam hangat, Fiqih