“All my life, you stood by me. When no one else was ever behind me. All these light, they can't blind me. With your love, nobody can drag me down.”
Drag Me Down — One Direction
Siang itu, Crystal sedang berada di dalam ruang rawatnya, dengan Bunda yang menyuapi Crystal dengan berbagai macam buah-buahan. Crystal duduk di ranjangnya, sedangkan Bunda duduk di kursi yang berada di samping ranjang Crystal.
"Bun," panggil Crystal sambil membuka mulutnya untuk menerima suapan Bunda. Bunda hanya berdeham untuk menimpali, dan Crystal mengunyah makannya cepat, lalu menelannya dengan susah payah. "Kenapa Crystal bisa ada di Singapur ya, Bun?" tanyanya.
"Disuruh Fares."
"Hah? Di suruh Fares?" Crystal bertanya heran, sekaligus kaget. Omong-omong, Fares saat ini sedang berada di luar, menerima telfon entah dari siapa. Dan kegiatan Fares yang seringkali menerima panggilan masuk, sudah menjadi adegan yang tidak mengherankan. Kadang, jika hanya ada mereka berdua saja, Fares jarang menerima panggilan yang masuk. Bahkan, pernah dengan segaja mematikan ponselnya. Mungkin, Fares lelah saat mendengar Crystal bercerita, namun malah dapat panggilan masuk.
"Iya, di suruh Fares," Bunda menjawab kemudian, membuat lamunan Crystal terhenti. "Ada salah satu sepupu Fares, namanya Harris. Dia lulus jadi dokter, dan kabarnya, tidak pernah gagal menangani pasien. Harris bekerja di Singapura, dan harus kembali ke tempatnya karena sudah di butuhkan oleh rumah sakit yang saat ini kamu tempati. Fares mempercayai jika Harris dapat menyelamatkan kamu. Dia memohon pada Harris, dan Harris menyuruh Fares memindahkan kamu ke sini. Dan yah, di rumah sakit inilah kamu sekarang."
Crytal mengangguan kepalanya pelan, sambil ber-oh ria. "Tapi aku aku kok ngga pernah liat Harris, Bun?"
"Katanya, ada urusan di Jakarta. Jadi sekarang dia ke Indonesia," jawab Bunda, lalu menepuk-nepuk tangannya seolah sedang membersihkan noda di tangan. Bunda lalu berdiri dari duduknya. "Bunda ke pulang dulu, yah. Bunda panggil Ayah kamu buat nemenin nanti."
Crsytal menganggukan kepalanya dengan cepat, sambil tersenyum lebar.
"Tidak usah, Bunda. Biar Fares saja yang menemani Crystal."
Suara yang terdengar dari arah pintu itu membuat kedua orang di sana menoleh ke pintu. Dan di sana, Fares terlihat sedang memasukan ponselnya ke dalam saku celana. Ekspresinya terlihat datar.
Bunda memberikan senyum lebar pada menantunya itu. "Loh? Bukannya kamu harus bekerja? Bunda denger, kamu bahkan harus kembali ke Indonesia."
"Sudah di urus oleh Wakil Presiden Direktur dan Direktur Utama," jawab Fares sambil berjalan masuk mendekati Bunda dan berdiri di samping ranjang Crsytal. "Crystal biar saya yang jaga."
Bunda tersenyum lembut, lalu menepuk lengan atas Fares sebanyak dua kali. "Bunda percayakan Crystal pada kamu, ya?"
Fares menganggukan kepalanya dengan wajah yang masih tanpa ekspresi. Bunda lalu mengusap puncak kepala Crystal dan mengecup puncak kepala putri satu-satunya itu. "Bunda pulang. Jaga diri, dan jangan bantah omongan Fares." ucap Bundanya.
"Iya, Bun. Hati-hati di jalan." jawab Crystal dan dibalas senyuman Bunda.
"Sudah ada supir dan bodyguard di bawah yang akan mengenali Bunda," ucap Fares kemudian. "Mereka yang akan mengantar Bunda ke hotel." lanjutnya.
Bunda terlihat tersipu dan menutup mulutnya yang tersenyum lebar. "Duh, nak Fares ini perhatian sekali. Sudah hotel di bayarkan, Bunda di antarkan supir dan bodyguard pula." ucap Bunda kesemsem.
Crystal menatap Bunda dengan sengit. "Bunda! Pulang sana! Nanti Ayah ngambek baru tau rasa."
Bunda mendelik pada Crystal. "Iya, iya. Sama Bunda sendiri cemburu."
Crystal melotot pada Bundanya. "Bunda ih! Crystal cuma malu sama kelakuan Bunda yang kayak ABG labil."
"Alah, bilang aja cemburu. Pake gengsi lu ah."
"Bunda! Mulai ya ngomong lu-lu ke anak sendiri."
"Bodo amat dah. Gue balik!"
"Ih!" gemas Crystal tertahan akibat Bundanya sudah ngacir duluan keluar. Crystal menatap pintu keluar dengan cemberut. "Punya nyokap kok malu-maluin banget."
Fares segera berdiri di samping Crystal, mengusap kepala belakang Crystal, lalu duduk sambil menggenggam tangan istrinya. "Gimana perasaan kamu hari ini? Udah enakan?"
Mendengar pertanyaan itu, Crystal mendelik jengah. "Harusnya, lo ganti pertanyaan lo jadi gimana perasaan kamu saat jam ini?" ucapnya kesal, lalu mendengus saat Fares hanya tersenyum. "Sadar nggak sadar, lo nanya pertanyaan itu udah 6 kali? Sama sekarang jadi 7."
Fares tertawa pelan. "Cuma memastikan kalau-kalau kamu nggak nyaman."
Crystal berdecak sebal, lalu mendelik. "Ngomong-ngomong, ngasih pekerjaan yang berlebih pada karyawan, itu namanya perbudakan."
Alis Fares segera menaik ke atas. "Kenapa tiba-tiba ngomong gitu?"
"Lo nggak bisa seenaknya ngasih kerjaan lo ke orang lain dong, Res."
"Why? I'm a Boss in my Company."
Crystal mendelik kesal. "Bukan berarti lo harus melimpahkan kerjaan lo ke orang lain, dong." ucapnya kesal.
Fares, untuk pertama kalinya, dia berani memberikan senyum miring menyebalkannya dulu pada Crystal. "Aku pemimpin mereka. Apapun yang menjadi perintahku, ya harus mereka patuhi kalau mereka ingin tetap bekerja di perusahaanku," katanya, dan seringai Fares makin melebar.
Crystal memelototi Fares. "Tapi mereka yang membuat kamu dengan lancar menghabiskan uang. Dan uang itu yang kamu habiskan dengan gampangnya. Seperti sewa hotel dan mobil selama berbulan-bulan." ucapnya dongkol.
Ya, hotel yang menjadi tempat semua keluarga Crystal dan semua keluarga Fares menginap adalah hotel yang dibayarkan oleh Fares. Belum lagi, mobil sewaan yang Fares berikan pada keluarga mereka. Sumpah, Fares benar-benar menghambur-hamburkan uang. Kenapa tidak mengontrak saja selama sebulan sekali daripada menghamburkan uang seperti itu? Dan saat Crystal menanyakannya, Fares malah berkata jika hotel memiliki pelayanan dan kontrakan tidak. Crystal hanya mendelik karena Fares sangat tidak masuk akal.
Menyadari sedari tadi Fares tidak membalas pertanyaannya, Crystal menoleh dan mendapati jika Fares tersenyum lebar sambil menatapnya lurus-lurus. Crystal mengerjapkan mata dengan heran. "What?"
"Say again."
"Say what?"
"Kamu. Tadi kamu menyebutku dengan panggilan kamu, bukan lo."
"Kapan?" Crystal mengerjap tidak mengerti, lalu mengingat ucapannya barusan. Setelah teringat akan kalimatnya, dia menatap Fares dengan kening berkerut heran.
Hanya karena Crystal tidak sengaja menyebut Fares begitu, Fares senang? Okay, kali ini Crystal ketakutan.
Karena Fares yang Crystal kenal dulu, tidak bisa senang hanya dengan hal sesederhana itu.
Tante juga bisa bilang kamu ke kamu Res😘😘 sini Tante sayang-sayangin😂😂
Instagram: nrshf.mara.s
Blogger: nurshifasf.blogspot.com
Yt channel: sf ling
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Is a Boss [COLD DEVIL #4]
Romance[Cold Devil Series] Bangun dari komanya, tahu-tahu Crystal sudah menjadi seorang isteri dari Fares Dharma, seorang pemegang saham kaya raya yang menikahinya akibat kejadian 10 tahun yang lalu. **** Sumpah gue baper makk. Dedeq gak kuat. Mas Fares sa...