Seminggu setelah dari Boseong, kami menjalani kehidupan yang normal. Ayah seperti biasa menghabiskan harinya untuk bekerja di studionya. Sementara aku kembali dengan rutinitasku---sekolah. Aku tidak terlalu suka dengan rutinitas sekolahku. Kalau ada hal yang aku suka dari sekolah, itu adalah jam istirahat. Aku bisa memanfaatkan jam istirahat untuk menulis di perpustakaan. Setidaknya melakukan hal yang aku suka itu membuatku sedikit tenang di tempat ini. Aku juga bisa menghindari pertanyaan yang membuatku risih. Sungguh, aku tidak mengerti kenapa mereka begitu berisik untuk menanyakan sesuatu yang bersifat privasi. Apakah penting buat mereka mengetahui siapa orang tuaku dan latar belakangnya? Kurasa itu tidak sopan untuk menanyakan langsung kepadaku. Entahlah ... aku tidak menyukai mereka yang seperti itu. Atau, mungkin aku tidak menyukai diriku yang tidak bisa menjawab pertanyaan mereka.
"Moonella!"
"Iya ...." Aku menengok ke arah suara yang memanggilku.
"Nah, Hyunjin kau bisa duduk di sebelah Moonella," ucap Miss Jiwon
Menyebalkan. Kenapa juga anak baru duduk di sebelahku. Mereka pasti akan memperhatikan ke arah kami. Aku tidak suka jadi pusat perhatian. Aku buang muka ke arah jendela. "Oh, bukankah gadis itu---,"
"Heejin ...," ucapnya. Aku menoleh ke belakang dan refleks mendorongnya. Wah, apakah ia gila? Bagaimana mungkin ia begitu dekat denganku.
"Apa kau belajar bela diri? Tenagamu terlalu kuat kalau cuma ingin menjauhkanku darimu." Ia menunjuk sekeliling dengan dagunya. "Kau tidak menginginkan perhatian mereka, kan?" ucapnya lirih.
Syukurlah ia tahu maksudku. Jadi, aku tidak perlu merasa bersalah kepadanya. Kulanjutkan menyalin tugas menulis kreatif. Aku tidak mau berurusan dengan anak baru lebih jauh.
Ah, bukankah ia anak baru? Bagaimana ia bisa mengenal gadis itu? Aku berhenti menyalin tugas. Kutatap pemuda di sampingku. "Kau kenal Choi Heejin?"
"Tentu ... ia seseorang yang berharga di hidupku." Matanya tetap fokus memperhatikan penjelasan dari Miss Jiwon.
Oh, jadi ia pindah ke sekolah ini karena pacarnya. Manis sekali. Tanpa sadar aku tersenyum.
"Apa yang membuatmu tersenyum?"
"Kupikir kau manis sekali."
Ia menatapku penuh tanya. "Maksudku, alasan kepindahanmu. Kau pindah untuk bisa lebih dekat dengannya?" bisikku.
Tatapan matanya itu membuatku bergidik, "Jangan menatapku seperti itu. Itu membuatku takut."
"Apa kau akan percaya kalau aku pindah ke sini karenamu?"
"Kenapa aku harus mempercayaimu? Kita bahkan tidak saling kenal." Aku kembali menyalin tugas. Sementara ia masih terus memperhatikanku. "Kau pindah karenanya, jadi berhenti menatapku. Aku tidak suka menjadi objek tatapanmu dan juga mereka," tegasku.
Ia menoleh ke sekeliling kemudian tersenyum.
Setelah bel tanda jam pelajaran berakhir, aku keluar kelas dengan membawa laptopku. Tujuanku hari ini ialah rooftop. Kurasa tidak terlalu buruk untuk menulis di rooftop. Kudorong pintu dan seketika angin menerpa wajahku dengan cukup kencang. Di tengah rooftop yang cukup luas, ada sebuah meja kayu persegi dengan empat bangku kayu yang mengelilinginya. Tempat ini cocok denganku. Sepi dan tenang. Aku bisa berkonsentrasi dalam menulis. Begitu duduk, aku segera menyalakan laptopku. Aku masukkan password-nya. Tapi, tiba-tiba saja pintu rooftop terbuka. Gadis di depan pintu terengah-engah, "Ah, ternyata kau di sini?"
"Wae?" tanyaku penuh keheranan.
"Anak baru di kelasmu ..."
"Kenapa dengan Hyunjin?" tanyaku tak mengerti.

KAMU SEDANG MEMBACA
GAFFER || KNJ
FanfictionIni tentang takdir hidup seorang gadis kecil yang bersinggungan dengan member BTS. Rasa keingintahuan Moonella yang besar tentang asal usulnya, membuat para member kewalahan. Akankah mereka bisa bersabar menghadapi gadis kecil itu? Dapatkah Moonella...