Kulihat ponselku dengan tangan gemetar. Satu pesan yang sama dari Ibu, tapi entah kenapa kali ini membacanya membuat emosiku tak terkendali. Aku merasa ada sesuatu yang salah pada diriku. Sekuat mungkin, aku berusaha menahan tangisku. Jangan menangis. Setidaknya jangan menangis di tempat ini.
Mom : Bagaimana harimu?
Kubaca sekali lagi, kemudian kumatikan ponselku.
"Kau mau duduk denganku?"
Tanpa menoleh ke belakang pun, aku tahu itu siapa---Yoongi Ahjussi. Apa yang akan ia katakan kali ini. Tidak mungkin ia menahanku kalau bukan sesuatu yang penting. Selama tujuh tahun mengenalnya, setidaknya seperti itu karakter Yoongi Ahjussi yang aku ketahui. Kugigit bibir bawahku. "Aku harus menemui seseorang di Seokchon Lake. Kalau Ahjussi mau, kita bisa bicara di mobil," ucapku tanpa melihatnya.
Aku berjalan menyusuri koridor bangunan utama Galeri milik Jungkook Ahjussi. Berjalan dengan terburu-buru untuk menghindari kejaran Yoongi Ahjussi.
"Kau sedang menyembunyikan sesuatu dariku?" Yoongi Ahjussi bertanya dengan suara yang sedikit dikeraskan.
"Aku sedang terburu-buru ... bisakah Ahjussi berjalan lebih cepat?" bohongku.
Saat aku sampai di depan mobil Ahjussi, sesegera mungkin aku menghapus air mataku. Kulihat Ahjussi masih berjalan dengan santainya. "Ahjussi, berjalanlah lebih cepat!"
Yoongi Ahjussi hanya mencebik.
Ia membukakan pintu untukku. "Masuklah, Tuan Putri."
Aku tersenyum, "Terima kasih."
Selama beberapa menit di dalam mobil, kami hanya saling diam. Aku memandangi jalanan yang terlihat padat. Mungkin karena ini jam pulang kerja. Sementara Yoongi Ahjussi hanya fokus menyetir. Sesekali kudengar desahannya yang terdengar frustrasi.
Langit sore ini terlihat tidak bersahabat. Sepertinya akan segera turun hujan. Ini salah satu yang aku tidak suka dari musim panas di Korea. Bukannya menampilkan pemandangan langit yang cerah, tapi ini lebih banyak menghadirkan cuaca yang tak tentu. "Sepertinya langit sedang muram. Terdengar sama seperti desahan Ahjussi barusan."
Tak kuduga, Ahjussi menggebrak setir dengan tangan kirinya. Aku sedikit berjingkat dari dudukku. "Maafkan aku ...." Kubungkukkan sedikit badanku ke arahnya.
"Tidak bisakah kau menyetir untukku?" tanyanya dengan muka datar.
"Eoh?"
"Ah, lupakan saja," ucapnya tanpa menoleh sedikit pun kepadaku.
Wah, Ahjussi yang satu ini memang luar biasa aneh. Aku hanya bisa menghela napas, kemudian kupalingkan mukaku ke arah jalanan. "Ada yang ingin Ahjussi katakan kepadaku?"
"Aku sedang malas bicara."
Kuhela napas sekali lagi, "Tadi di Galeri ... bukankah Ahjussi ingin mengatakan sesuatu kepadaku?"
"Aku memintamu untuk duduk bersamaku."
Wah, Ahjussi benar-benar menyebalkan.
"Kita sudah duduk berdampingan. Sekarang antar aku ke Seokchon Lake. Aku akan tidur sebentar." Aku memejamkan mataku.
Entah berapa lama hening menyeruak diantara kami. Ahjussi fokus menyetir dan aku tetap memejamkan mataku. Setidaknya, tidak melihatnya membuatku lebih baik. Tiba-tiba saja kurasakan mobil berhenti. "Kita sudah sampai."
Kubuka mataku, "Ah, terima kasih." Aku buka seatbelt dan bergegas membuka pintu.
"Apa yang kau tidak suka dari Namjoon?"
KAMU SEDANG MEMBACA
GAFFER || KNJ
FanfictionIni tentang takdir hidup seorang gadis kecil yang bersinggungan dengan member BTS. Rasa keingintahuan Moonella yang besar tentang asal usulnya, membuat para member kewalahan. Akankah mereka bisa bersabar menghadapi gadis kecil itu? Dapatkah Moonella...