G10- Daybreak

179 24 12
                                    

Aku duduk di studio milik Hoseok Ahjussi. Entah, pemiliknya ada di mana. Mungkin sudah pulang ke dorm atau apartemen mewahnya. Ini sudah dini hari, tidak mungkin juga Hoseok Ahjussi masih berada di sini. Ia seseorang yang sangat disiplin tentang jam tidurnya. Itu sebabnya aku lebih memilih masuk ke ruangan ini ketimbang studio milik Ayah.

Ruangan ini terlihat lebih simple dari pada ruangan Ayah. Di depan ada meja dengan segala macam peralatan untuk membuat lagu. Aku tidak tahu persis nama-namanya. Tidak penting juga untukku. Kursi kerjanya juga terlihat sangat nyaman. Di sebelah kanan meja terdapat lemari kaca tempat menaruh beberapa figure yang mirip dengan punya Ayah. Bukan mirip, mungkin sama ... aku tidak terlalu ingat karena figure milik Ayah terlalu banyak. Terkadang aku heran, mereka menghabiskan begitu banyak uang hanya untuk membeli figure aneh seperti itu. Apa yang mereka dapatkan dari itu?

Aku duduk di sofa kecil yang menghadap langsung meja tempat Hoseok Ahjussi biasa kerja. Sofa ini masih sangat empuk. Kurasa aku bisa tidur sebentar sebelum menemui Ayah. Kudorong meja kecil di depan sofa untuk kujadikan alas bersandar untuk kaki, kemudian aku memejamkan mataku.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

Kubuka mata dan menguceknya sebentar. "Ahjussi, kau belum pulang rupanya?"

"Hmm, ada apa?" Hoseok Ahjussi mendorong tubuhku ke samping lalu duduk tepat di sebelahku. "Aku lelah sekali," keluhnya.

"Ahjussi, badanmu lembap. Kau habis latihan menari?" Kulihat Ahjussi hanya mengangguk. "Jangan terlalu keras berlatih menari, Ahjussi. Kau tidak lagi muda," ucapku khawatir.

"Justru karena itu aku harus berlatih lebih baik lagi untuk menari. Semakin bertambah usia, elastisitas gerakanku menurun. Kalau aku tidak melatihnya tubuhku akan kaku."

Aku tertegun sesaat, sebelum Hoseok Ahjussi menyandarkan kepalanya di bahuku. "Menjauh dariku. Badan Ahjussi itu sangat lembap." Aku bergeser sedikit dari tempatku duduk.

Aku menatapnya lama. Mataku mulai berkaca-kaca. Bahkan setelah semua kerja keras yang selama ini mereka lakukan, masih banyak kekhawatiran yang terlintas di benaknya. "Tidak bisakah Ahjussi menjalani hidup dengan lebih santai?"

"Apa yang kau lakukan di sini?" Ia menunjuk jam beker di atas meja. Mencoba memberitahu bahwa ini bukan jam normal untukku berada di tempat ini.

Aku tersenyum miris. Ia selalu mengalihkan pembicaraan yang akan membuatnya emosional. "Aku tahu ini jam empat pagi."

"Lalu?" Ia penasaran dengan keberadaanku di sini.

"Merindukan Dadah," ucapku dengan senyum yang kubuat senatural mungkin.

"Eoh?" Mata Ahjussi melotot dengan rahang yang menganga. "Namjoon-ie tidak pulang ke rumah?"

"Hmm, apakah Dadah tidur di dorm?" tanyaku pura-pura tidak tahu. "Sejak Dadah menangis malam itu," lanjutku.

Ia menatapku dengan tatapan yang tidak bisa kuartikan. Sangat jarang melihat Hoseok Ahjussi menatapku begitu. "Studio ayahmu ada di sebelah. Apa kau lupa ingatan juga?"

'Lupa ingatan juga' ... apa aku telah melewatkan sesuatu?

"Aniyo, aku dengar Dadah sedang bicara dengan seseorang, makanya aku masuk ke sini," jelasku.

"Ah, mungkin sedang bersama Hyun---," Ia berhenti bicara seperti menyadari bahwa tidak seharusnya ia mengatakan hal itu.

"Wae? Kenapa tidak dilanjutkan?" tanyaku penasaran.

GAFFER || KNJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang