Semua terasa menyesakkan. Kami berjalan melewati lorong gelap yang tak berujung. Ibu terus mengenggam tangan mungilku. Suara sepatu Ibu yang bergesekan dengan lantai terdengar begitu nyata. Tapi, aku tidak bisa melihatnya. Sampai sebuah cahaya muncul di depan kami. Kulihat Ayah dan keenam ahjussi menatapku dengan penuh kehangatan. Tunggu ... di mana Ibu? Tadi ia mengenggam tanganku. Aku menengok ke kanan-kiri. Tak kulihat keberadaannya. Diri kecilku mulai terlihat panik. Kemudian, Ayah berlutut di hadapanku.
"Moonella, ayo, kita pulang ke rumah ...." Ayah mengulurkan tangannya tepat di depanku. Cukup lama bagiku untuk menyambut uluran tangannya. "Gwenchana, semua akan baik-baik saja," ucapnya mencoba menenangkanku.
"Dadah ...?" Dengan ragu-ragu aku meraih tangannya.
Dan saat itu aku langsung terbangun.
"Apa kau mimpi buruk lagi?"
Kurasakan napasku tidak beraturan. Aku mencoba menghela napas untuk membuat diriku rileks. Peluh juga memenuhi sekujur tubuhku. Kulihat sekilas, Ayah tampak begitu khawatir. Tangan kanannya mengelap peluh di dahiku. Sementara yang satunya memegang erat tanganku.
Aku memejamkan mata lagi. "Gwenchana," ucapku lirih.
"Kau ingin minum?"
Aku hanya mengangguk.
Ayah membantuku duduk. Bantal yang ada di sebelahku ditumpuk untuk menjadi sandaranku duduk. Kemudian, Ayah mengambil segelas air yang ada di nakas. Perlahan membantuku meminumnya.
"Dad, apakah kau tidak ke studio?" Dari kaca besar yang ada di sebelah kanan ruangan, aku dapat memprediksi kalau ini sudah lewat tengah hari.
"Kami sedang beristirahat." Ayah meletakkan kembali gelas yang sudah kosong di atas nakas.
Kami? Itu berarti bukan hanya Ayah yang dapat libur. Mereka pasti sedang asyik dengan dunianya sendiri. Aku senang saat mereka bisa beristirahat di tengah-tengah kesibukan yang seakan tiada habisnya. Menjalani kehidupan mereka sebagai seorang lelaki biasa. Tanpa sorot kamera yang mengikutinya setiap saat. Tanpa sadar aku tersenyum.
"Halo, Moonella ... kau sudah bangun?"
Kulihat Jimin Ahjussi melongok dari balik pintu sambil menenteng sekantong plastik besar penuh dengan makanan ringan. Ia masuk ke kamar, kemudian duduk di ujung ranjang. Kantong plastiknya ia serahkan ke Ayah.
Jimin Ahjussi mengacak pelan kepalaku. "Kau membuat kami khawatir," ucapnya lirih.
"Jimin-ah ...." Ayah memberikan tatapan intimidasi.
Sementara yang ditatap hanya tersenyum, "Ah, maaf."
Ayah hanya mengangguk, kemudian keluar kamar dengan membawa belanjaan yang tadi dibawa Jimin Ahjussi.
"Yaa, ini sudah siang, kenapa kau masih memakai piyamamu?" ucap Ahjussi sedikit canggung.
"Kenapa Ahjussi di sini? Bukankah ini hari libur kalian?"
"Eoh?" Ahjussi membelalakan matanya.
"Wae? Apakah Dadah bohong kepadaku?"
Ahjussi menggelengkan kepala. "Aniyo, kami berencana untuk makan malam di sini."
"Ini masih terlalu siang untuk makan malam."
"Ah, aku akan ke kamar mandi sebentar." Ahjussi buru-buru keluar dari kamar.
"Ahjussi, kau tidak perlu keluar kalau mau ke kamar mandi! Kau benar-benar payah dalam berbohong!"
KAMU SEDANG MEMBACA
GAFFER || KNJ
FanfictionIni tentang takdir hidup seorang gadis kecil yang bersinggungan dengan member BTS. Rasa keingintahuan Moonella yang besar tentang asal usulnya, membuat para member kewalahan. Akankah mereka bisa bersabar menghadapi gadis kecil itu? Dapatkah Moonella...