Bunga ini seringkali kita temui, namun tak begitu banyak yang tahu bunga ini. Bunga Dandelion memiliki tekstur yang rapuh di mana setiap bibit di dalam Bunga akan terbang bahkan hanya satu kali tiupan saja.
Bunga ini memiliki filosofi bahwa seseorang harus mudah beradaptasi dan jangan takut menjelajah kemana pun.
Pagi ini Bunga sedang menjalankan tugasnya sebagai istri, membuatkan sarapan untuk suaminya. Bunga melihat bahan makanan sudah menipis. Bunga jadi berpikiran banyak.
‘Apa aku membebani hidupnya?’ Tanya itu kembali tercetus dalam benaknya.
Bunga mengenyahkan pikiran itu. Dia menyiapkan sarapan dan memanggil suaminya yang sedang sibuk dengan laptopnya karena dia akan kembali kepada rutinitasnya.
“Duduk, dulu sebentar.” Perintahnya.
Bunga duduk dikursi samping suaminya.
“Aku ingin kamu menyelesaikan sekolahmu, ikut paket C ya?”
“Untuk apa juga semua itu Mas, aku sudah menikah juga sekarang.
“Untuk dirimu sendiri, untuk anak kita, bahkan aku ingin kamu langsung melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi setelah dapat ijazah setara SMA.”
Bunga diam, sebenarnya dari dahulu dia sebal dengan segara peraturan dalam dunia pendidikan. Melihat istrinya hanya diam Ayyaz menggenggam tangannya.
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Mahamengetahui apa yang kamu kerjakan”(Al-Mujadila : 11)”
“Sayang, dengar. Seorang penyair bernama Uhair bin Abi Salma mengatakan: diri seorang pemuda itu separuh adalah lidah dan separuh lagi adalah hatinya, maka tidak tersisa padanya selain hanya daging dan darah. Manusia ditentukan oleh hati dan lidahnya, dengan akal atau pikiran logikanya. Maka jelaslah semua itu patut dibekali oleh ilmu pengetahuan, ilmu agama agar terarah pikiran dan lidahmu terhadap kebaikan. Tidak boleh setengah-setengah dalam belajar. Saat kamu menguasai Agamamu dengan baik, tapi nihil ilmu pengetahuan nanti menjadikanmu jiwa yang mudah menghakimi sesamamu, begitupun sebaliknya. Belajar ya? Aku meridhoimu untuk itu.”
Bunga menatap mata suaminya.
“Apa pemahamanku salah selama ini? Salah dimatamu.”
“Kalau aku mengatakan iya, kamu akan marah? Untuk suami amarah istri itu menakutkan,hehe.”
“Aku selalu berpikir dengan aku melawan segala aturan, akan musnah sedikitnya orang-orang pintar dalam mempermaikan hukum kehidupan, tapi ternyata malah menjadikan aku bodoh sendirian dengan orang yang pintar semena-mena dalam permainannya.”
“Karena kebanyakan orang berilmu tidak menghidupkan Allah dalam hatinya. Maka, kita jangan begitu. Ikuti semua kemajuan zaman, tapi dengan keimanan yang kita pegang erat.”
“Baiklah aku mau.”
Ayyaz tersenyum lega, mengusap kepala isterinya dan berlalu menuju ruangan makan.
“Mas, harusnya ada pelukan.” Rengek Bunga sebal. Soalnya Bunga begitu mudah mengubah prinsip hidupnya selama ini, tapi suaminya malah berlalu ke meja makan begitu saja.
“Aku lapar istriku.” Pungkas Ayyaz sambil tersenyum geli.
Pagi ini Ayyaz dan Bunga pergi ke tempat diselenggarakannya paket kesetaraan SMA itu. Dengan lengkap berkas-berkas yang dibutuhkan diserahkan kepada pihak penyelenggara. Bunga, diikutkan untuk mengikuti pelajaran seminggu empat kali sebelum diadakannya ujian.
“Senengkan?” Tanya Ayyaz setelah keluar dari gedung.
Bunga hanya mengedikan bahunya dan berlalu begitu saja. Masih sebal tidak ada apresiasi suaminya dalam kemauannya kembali mengeyam pendidikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga
SpiritualKini bisa dibaca di Kubaca dan IcanNovel (COMPLETED) Bunga yang tidak seperti Bunga di Taman. Membutuhkan pengiring langkah untuk masa depannya.