Sebuah tombak bisa saja menusuk dada,
Tapi ia tak bisa menembus rasa,
Sesuatu yang kau kira tajam
Akan kalah dengan cinta yang menghujam.~Aby A. Izzudin
Teratai adalah bunga yang memerlukan lumpur dan air untuk tumbuh dan berkembang, akan tetapi dia tidak akan tenggelam ke dalamnya. Bunga ini hidup di atas air tenang dan kotor, di mana banyak serangga dan sumber penyakit hidup. Dengan kondisi yang sedemikian kotornya banyak yang menganggap bunga teratai tidak berharga dan kotor.
Tapi semua itu tidaklah demikian, bunganya tetap tampil menawan, hidup penuh kebersihan tidak terpengaruhi oleh lingkungan sekitarnya bahkan bisa membawa dampak baik untuk sekelilingnya yang tidak baik itu.
Bukankah itu mengagumkan, banyak manusia lahir dari keadaan yang tak seharusnya, lingkungan tak baik berdampak buruk pada dirinya juga, bukankah itu tak membuat kita malu saat manusia yang dianugerahi akal pasrah begitu saja tanpa berniat tumbuh untuk menjadi lebih baik seperti halnya bunga teratai.
Ada bunga yang sedang tumbuh menawan, tapi kini orang-orang tak baik di sekelilingnya, mengguncang-guncang akarnya. Suaminya lemah tak berdaya diranjang rumah sakit. Operasi berjalan lancar dengan tulang rusuk dan kaki kiri suaminya patah. Sungguh, kencang mobil yang menabraknya, Mobil yang sedang dicari keberadaannya.
Bunga dipersilahkan masuk untuk melihat, Ayyaz masih dalam pengaruh obat bius. Jadi matanya masih terpejam dengan muka lebam akibat luka yang dideritanya. Bibirnya selalu bergerak, saat Bunga mendekatkan telinganya, tilawah lirih suaminya begitu menyentak jiwanya.
“Dalam keadaan tak sadar pun yang keluar dari mulutmu adalah kalam ilahi."
Bunga menggenggam tangan suaminya, tangan yang tadi pagi masih semat dia cium sebelum berangkat beraktivitas.
“Padahal aku ingin memberitahukan kabar baik kepadamu, tapi tak apa. Bukankah kamu selalu mengatakan, Jangan bersedih berlama-lama, kita harus tetap melangkah, jangan tersungkur karena kerikil ujian, sebetulnya itu hanya untuk penguat iman.”
Bunga mengembangkan senyum, walau mata suaminya masih terpejam. Dia hanya ingin membuktikan dia tidak kalah. Keadaan seperti ini semakin mencengkram keimanan dan cinta dalam hatinya.
“Sayang, ikut pulang bareng om dan tantemu ya, besok pagi baru kembali lagi kesini.” Ujar Ummi Ayyaz.
“Tapi Umi, Bunga ingin menemani mas Ayyaz.”
“Kamu pun harus mengingat janin dalam perutmu, istirahatlah biar Ayyaz umi dan Abi yang jaga.”
Bunga pun menurut, Umi memeluknya erat dengan berlinang air mata. Tak salah dia merestui anaknya saat itu, menantunya ini berhati begitu lapang.
Bunga memberitahukan tentang kehamilannya, untuk mengusir sedikit rasa khawatir saat proses operasi suaminya tadi dan terbitlah senyum diwajah para orang tuanya itu.
Di sepanjang perjalanan pulang, Rahma selalu menatap dalam isteri keponakannya ini, tak terbaca apa yang dirinya pikirkan.
“Suamimu akan baik-baik saja, Insya Allah.” Hibur Rahma sambil menggenggam tangan Bunga.
Bunga tersenyum, mengangguk.
“Bunga selalu meyakini itu tante, Insya Allah.”
Malam itu beban terasa menumpuk dihati, tapi dengan tak berhenti bersykur semua akan baik-baik saja, bersyukur bahwasan suaminya masih diberikan kesempatan hidup.
***
Keesokan paginya, Bunga sudah dalam perjalanan menuju rumah sakit diberitahukan oleh Umi bahwasan Ayyaz sudah siuman, katanya sedari sadar terus menanyakan keberadaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga
SpiritualKini bisa dibaca di Kubaca dan IcanNovel (COMPLETED) Bunga yang tidak seperti Bunga di Taman. Membutuhkan pengiring langkah untuk masa depannya.