Bunga Daisy hanyalah bunga sederhana, namun karena kesederhanaannya itulah yang membuat bunga ini sangat elegan dan menawan. Pusat bunga kecil yang dikelilingi kelopak-kelopak yang merekah, bulat, seperti bunga matahari.
Secara umum bunga daisy bermakna kemurnian, kepolosan, kesucian, kesederhanaan, kelembutan dan kesetiaan.
Di dini hari sepasang suami istri itu sedang khusyuk dengan aktivitas mereka, sama-sama bersimpuh kehadirat yang maha kuasa. Setelah fajar naik baru sang istri keluar terlebih dahulu untuk menyiapkan sarapan.
“Mas, lupa bilang. Hari ini kamu ikut ke pesantren.” Ujar Ayyaz tiba-tiba.
“Loh, kok tiba-tiba?”
“Mas lupa bilang, hari ini pesantren akan panen padi. Kamu bantu mbak Keira di dapur.” Ayyaz nyengir menatap istrinya yang sedang mengiris bawang merah.
“Tapi tetap sarapan dulu kan Mas?”
“Iya tentu.”
“ya udah Bunga siapin, Mas siap-siap dulu.”
Ayyaz mengangguk dan menyiapkan dirinya, membawa pakaian lain untu dipakainya nanti terjun ke sawah sekalian gamis istrinya juga. Selesai sarapan mereka pun berangkat pagi itu, beruntung Bunga tidak ada jadwal kelas hari ini.
Sesampainya di pesantren, hati Bunga sedikit gerimis di mana saat itu kakinya sempat kena timah panas di sini, pikirannya dulu entah bagaimana, sehingga meminta perlindunga ke sini.
Tangan suaminya membuyarkan lamunannya, Bunga digandeng menuju rumah Sidiq pemilik pesantren ini.
“Assalamualaikum.”
“Wa’alaikumsalam, Ayyaz, Masya Allah nak Bunga.” Sapa Umi yang sudah sepuh tapi terlihat masih segar, Ayyaz dan Bunga mencium tangannya.
Tidak berapa lama Abi datang dengan pakaian olahraga bersama Fahim dan Hima.
“Siap terjun ke sawah anak muda?” Tanyanya.
“Siap dong Abi.”
“Nah, nak Bunga siap memasak dan bertempur dengan panci? Kita buat nasi kuning banyak hari ini.” Tanya Abi.
“Siap, Insya Allah Abi.”
“Pasangan serasi sekali, Abi jadi inget waktu muda. Saat itu Abi sangat tampan banyak perempuan yang menyukai Abi, entah kenapa pilihan jatuh malah ke umi perempuan yang suka sekali berdebat perihal apa pun.”
“Jangan dengerin kakek-kakek ini, ayo nak masuk dulu. Keira sudah ke dapur.” Timpal Umi.
Ayyaz dan Bunga nyengir karena Abi mendesah sedih seolah dicueki lalu mengajak cucunya lari pagi lagi.
“Albana mana?” Tanya Abi baru inget cucunya hilang satu.
“Tuh, mengenang masa muda sampe lupa sama cucu sendiri.” Sindir Umi sambil mencubit pinggang suaminya.
Umi langsung menggandeng Bunga mengajaknya ke dapur, Tinggal Ayyaz yang menanyakan kemana ustadznya.
“Abi sudah ke sawah.” Jawab Fahim.
Ayyaz pun bergegas menyusul ustadznya, acara memanen belum dimulai tapi ustadznya sudah turun duluan ke sawah. Biasanya dia menyiapkan keperluan memanen jadi santri bisa langsung pakai. Ayyaz melihat Ustadznya sedang memulai memotong padi.
“Kenapa kamu kesini?” Tegur Ihsan sambil tetap dengan aktivitasnya.
“Mau bantu Ustadz.”
“Bantu Parjo dan pengurus yang lain atur para santri.” Ujarnya tegas.
Ayyaz pun kembali bergegas meninggalkan Ihsan yang memulai memanen terlebih dahulu. Ustadznya itu selalu begitu. Entah untuk apa, tapi katanya biar Santri malu lalu memanen padinya dengan semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga
SpiritualKini bisa dibaca di Kubaca dan IcanNovel (COMPLETED) Bunga yang tidak seperti Bunga di Taman. Membutuhkan pengiring langkah untuk masa depannya.