Lotus

5.6K 708 37
                                    

Bunga Lotus tak sama dengan bunga teratai, Bunga teratai memiliki bunga yang menyatu dengan air sedangkan bunga lotus memiliki tangkai yang menjulang walaupun keduanya sama-sama tumbuh di atas lumpur dan memiliki satu kesamaan yakni mampu mempertahankan keindahannya dalam lingkungan tidak baiknya.

Nilai-nilai kebenaran dan kemuliaan di dalam dirinya tak bergegeas oleh lingkungannya tersebut.

Malam ini suasana sesak menghimpit hati sepasang suami isteri ini, saling diam dalam keterdiamannya masing-masing tanpa saling menghampiri terlebih dahulu.

Ayyaz mengakui hatinya mendadak sempit karena ucapan mertuanya tadi siang, maka keluarlah ucapan yang sebetulnya tak pernah dia bayangkan bisa keluar dari mulutnya itu.

“Dan kami sungguh-sungguh mengetahui bahwa dadamu menjadi sempit sebab apa yang mereka ucapkan. Bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah engkau termasuk orang-orang yang bersujud (Shalat).” [QS. Al hijr 97-98].

Setelah ucapan yang tidak mengenakan dari suaminya, Bunga pun tidur diruang tamu kontrakan beralaskan kasur lantai dengan satu bantal yang biasanya suaminya gunakan saat bosan dengan waktu yang dihabiskan seharian dikontrakan.

Sedangkan Ayyaz, sedari tadi dia tidak menutup matanya, terus terjaga dengan melantunkan surah Al hijr berulang-ulang dan mendirikan shalat sampai matanya lelah meminta istirahat, dia beristigfar, bertasbih kepada Allah karena hampir dia menyerah perihal pernikahannya padahal Allah tidak menyukai segala sesuatu yang tercerai-berai.

Malam itu mereka saling menjaga jarak terlebih dahulu. Menata hati, menumpahkan tangis dan mengadu kepada pemilik hati mereka untuk saat ini.

Saat Fajar kembali beringsut, Bunga sudah beraktivitas seperti biasa, menyiapkan sarapan dan mengurus kontrakan dengan wajah murungnya. Walau berat, dia tetap masuk ke kamarnya untuk mengajak suaminya sarapan.

“Sarapan sudah siap.” Ujar Bunga datar.

Ayyaz yang sedang mengancingkan kemejanya terkesiap kaget. Bunga melirik sekilas dan berlalu, melihat perangai isterinya Ayyaz tersenyum kecil, dia harus meminta maaf.

Dia sengaja tidak mengancingkan kancing kemejanya dengan benar.
Dengan satu kaki yang menopang dia melilitkan sarungnya juga asal-asalan.

“Aku bersalah padamu, mana mampu aku melepaskan. di mana kamu seseorang yang pernah aku perjuangkan mati-matian dahulu.” Ujarnya sendiri.

Ayyaz keluar dari kamarnya dengan disuguhi wajah isterinya yang datar sekali. untuk pertama kali setelah menikah wajah ini tersaji di hadapannya karena ulah diri Ayyaz sendiri.

Bunga melirik pakaian suaminya yang tidak rapi. Kancing kemeja yang tidak beraturan dengan sarung yang menjuntai ke bawah kursi roda.

Dengan wajah masih datar, Bunga berdiri menghampiri Ayyaz. Menumpu tubuhnya di atas lutut depan kursi roda suaminya, Dengan diam, dia membenarkan kancing kemejanya. Ayyaz selalu takjub dengan segala perhatian isterinya ini.

“Bisa berdiri sebentar.” Ujar Bunga saat kemeja Ayyaz sudah rapi dia benarkan.

Ayyaz berdiri dengan bertumpu dikaki kanannya, Kaki kirinya belum baik benar. Bunga membenarkan lilitan sarung suaminya. Dengan membawa tangannya di belakang pingang suaminya untuk mengatur sarungnya.

Satu tangan suaminya mendekap kepalanya dan menyimpan didadanya.

“Maaf, Maafkan ucapanku semalam. Sungguh aku minta maaf padamu. Aku tahu bagaimana posisi dirimu dalam hidupku, semalam aku hanya ceroboh terhadap diriku sendiri jadi berkata demikian.”

Tak kuasa Bunga menahan air matanya, tangisnya pecah dalam dekapan suaminya.

“Tapi sayang, boleh aku duduk. Kakiku pegal jika lama-lama.” Seling Ayyaz sambil terkekeh.

BungaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang