Perasaan

248 24 0
                                    

Ryan masih termenung di atas balkon rumahnya. Sesekali ia tersenyum mengingat apa yang terjadi kemarin malam
''Kenapa kamu masih mengikutiku?'' tanya nayla yang sudah berada di depan kontrakannya. Namun Ryan malah berpura-pura bersin-bersin seolah dia terkena flu. Ia lalu menunjukan kemeja sekolahnya yang ikut basah terkena lemparan bola cat tadi.
''Aku heran...kenapa kamu ga pulang saja, dan minta dokter pribadimu merawatmu. Bukankah kamu ini anak orang kaya? Kenapa kamu malah mengikutiku kemari?''
''Itu karna aku mengkhawatirkanmu, ini kan sudah malam.''
''Terserah...ya sudah...ayo masuk, mungkin aku memiliki beberapa baju size besar untukmu.'' ucap nayla pada akhirnya.
Di dalam selain nayla memberikan kaos untuk Ryan, dia juga menyuguhi Ryan dengan sup buatannya
''makanlah...sup bagus untuk meredakan flu.'' ucap nayla yang kemudian mulai memakan makananya.
Ryan masih terdiam kala itu. Entah perasaan apa yang kini bergejolak di hatinya. Karna sesungguhnya dia sangat senang mendapat perhatian dari nayla. Ia pun mulai memakannya dengan lahap. Bahkan sampai ia tersedak
''Aku ga tau seberapa lapar dirimu, tapi makan itu harus pelan-pelan.'' ucap nayla sambil menepuk punggung Ryan perlahan.
Lagi-lagi Ryan kembali tersenyum mengingat hal itu. Ini pertama kalinya dia merasa begitu bahagia. Dan ini pertama kalinya juga dia merasa ingin pergi sekolah secepat mungkin.
''Ada apa kamu senyum-senyum begitu?'' tanya seseorang dari belakang, ternyata ayahnya yang datang sambil membawa 2 gelas teh hangat
''eh...papa...papa ngagetin aja sih.''
''ini untukmu...udara diluar dingin sekali malam ini.'' ucap ayahnya sambil memberikan satu gelas teh yang tadi ia pegang.
"makasih pa...papa tumben kekamarku, ada apa?''
"habis papa panggil dari tadi kamu ga jawab. Ada apa sebenarnya? Apa kamu sedang jatuh cinta?'
Ryan yang sedang minum mendadak tersedak mendengar ucapan ayahnya itu.
''apa sih pa...kenapa papa bicara seperti itu.''
''dulu kan papa pernah muda. Ya sudah...papa ga akan menggodamu lagi. Tapi janji, ajaklah gadis itu kerumah suatu hari nanti.''
Ryan cuma bisa terdiam sambil sesekali tersenyum
''Besok jangan lupa, peringatan 7 tahun kematian kakakmu...''
''Ya pa...aku ingat, kebetulan besok adalah hari libur, aku akan kesana pagi-pagi sekali.''
merekapun kembali menikmati minum teh bersama, di rumah yang sangat besar itu.

Nayla's Tale ( Part 1 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang