Three

85 5 0
                                    

"Milik Chelsea? Maksud lo?"
"Emm itu.. euhh.. maksud gue.."
"Hayy. Udah dateng ya. Kok pada disini ayo masuk." Kedatangan Chelsea cukup bisa membuat Angel tenang.
"Ehh iya Chel. Ya udah masuk sekarang aja."
"Oh iya gue mau kesana dulu. Kalian naik aja ke lantai 3 ya. Udah ada kursi khusus untuk kita. Nanti kalian tanya aja atas nama gue."
"Oke."

Merekapun berjalan menuju lantai 3 tanpa Chelsea. Kesekian kalinya mereka dibuat terkagum kagum dengan resto yang cukup terbilang mewah ini. Dengan dekorasi yang luar biasa. Dengan nuansa hitam putih yang sangat indah menyatu. Ditambah dengan bunga warna warni yang menambah kesan elegan dan mewah.
"Gila ni resto mantap banget."
"Iya bener. Keren banget. Sumpah."
"Permisi. Maaf mbak dan masnya temennya Teh Chelsea?"
"Ohh iya."
"Silahkan ikut saya."

**
"Mbak temen temen saya udah datang. Nanti kalau mereka mau pesen langsung ke atas ya. Di meja yang tadi. Nah kalau ada mamih bilang aja aku diatas."
"Iya teh baik."

Jangan heran, ini memang keinginan Chelsea agar pegawai pegawainya memanggilnya dengan sebutan teh atau teteh. Ini merupakan panggilan untuk kakak perempuan pada orang sunda. Dan kebetulan Chelsea sendiri merupakan orang Bandung. Ini bertujuan agar supaya mereka bisa lebih akrab.

Chelsea pun melenggang pergi menuju tempat yang tadi sudah disiapkannya. Teman temannya sudah duduk manis di kursi masing masing.

"Hayy. Gimana suka gak tempatnya. Gue sengaja pilih disini. Kalau gak suka kita bisa pindah."
"Gak usah Chel. Ini udah nyaman banget."
"Ohh oke."
"But wait. Angel bilang tadi resto ini milik lo? Bener Chel?" Sergah Marsha dengan cepat mengingat apa yang tadi Angel ucapkan.
Sontak saja tatapan tajam dari mata sipit Chelsea mengarah ke Angel.
"Sorry." Hanya itu yang dapat Angel ucapkan.
"Chel bener ya?" Tanya Marsha. Lagi.
"Hmm iyaa."
"Milik lo? Lo yang pegang?" Bukan Marsha melainkan Rafli kekasihnya Marsha. Sifatnya sama deh.
"Yaa gitu deh hehe." Mungkin ini saatnya Chelsea memberi tau pada mereka perihal dirinya sebenarnya. Toh mereka juga adalah sahabat yang baik bagi Chelsea.
Setelah mereka memesan dan menyantap makanan yang ada di resto ini, Chelsea menjelaskan perihal siapa dirinya dan hubungannya dengan Terri's group. Karena mereka tahu resto ini adalah salah satu perusahaan dibawah naungan Terri's group.
"Ya ampun jadi lo udah bisa bisnis."
"Wow jadi ini anak nya pak Terriyanto."
"Gilaaa. Gue temenan sama anak orang kaya broo."
"Kok gue jadi malu temenan sama lo Chel."
"Gilaa you perfect Chelsea."
"Heyy udah dong. Lagian gue sama kaya kalian. Jangan jadi gitu dong. Tau gitu gue gak bakal cerita deh."
"Sorry chel."
"Ayolah.. lagian harta itu bukan perihal materi saja ya kan."
"Yes I agree."
Ditengah obrolan mereka tiba tiba datang seorang wanita cantik yang tak lain adalah mamih Chelsea.
"Chelseaa."
"Ehh mamih. Oh ya kenalin ini sahabat sahabat aku."
"Hallo. Mamih Chelsea."
Mereka pun berkenalan satu persatu sambil mencium tangan mamih chelsea.
"Oh ya. Kalian lanjut ngobrol aja ya. Tante mau ke dalam dulu. Mau cek pekerjaan anak ini."
"Hehe iya tante."
"Udah beres mamih..."

***
Hari ini diadakan pertandingan Basket antara SMA Pancasila dan SMA Merah Putih di Pancasila. Bukan lagi Audrico dan kawannya yang bertanding, melainkan Bagas dan kawan kawannya. Sepulang sekolah, Chelsea, Cindai, Marsha dan Angel tidak berniat langsung pulang ke rumah, melainkan mereka berniat menonton basket dulu. Perihalnya yang bertanding sekarang adalah sahabat dekat mereka.
"Chelsea.." panggil seseorang.
"Ehh hay Gas." Ya yang memanggilnya tadi adalah Bagas.
"Lo nonton kan basket hari ini?"
"Tentu dong. Kan lo sama anak anak yang main."
"Oh ya? Gue pasti semangat.." tanpa sadar Bagas mengucapkan itu.
"Maksud lo?"
"Eumm itu anu.. ya kalau kalian nonton kan gue sama yang lain pasti semangat ya kan.." Untung saja Bagas punya alasan, kalau tidak bisa ketahuan dia.
"Ohh oke."

Pertandingan basket sore ini berlangsung dengan baik. Tidak hanya dari SMA Pancasila saja yang ikut menonton, melainkan supporter dari SMA Merah Putih pun ikut hadir dan turut meramaikan suasana. Pertandingan dimenangkan oleh SMA Pancasila. Teriakan kemenangan pun bergemuruh dari siswa siswi Pancasila.
"Congrats yaa.. kalian menang." Ucap Angel setelah mereka berkumpul di bangku penonton sambil anak cowok melepaskan lelahnya.
"Iyaa tadi keren banget tau nggak."
"Thanks guys.."
Jam sudah menunjukkan pukul 17.00. Setelah merayakan kemenangan kecil kecilan Chelseapun berniat untuk pulang duluan karena hari ini dia tidak membawa kendaraan sendiri.
"Guys gue cabut duluan ya."
"Loh Chel lo pulang sama siapa? Lo kan gak bawa kendaraan."
"Gue yang bakal nganterin Chelsea pulang" Ucap seseorang tiba-tiba, Bagas.
"Gak usah gas, tar ngerepotin lo. Gue bisa naik taksi kok."
"Iya chel biar Bagas aja yang anter, ini udah sore. Sekalian kita juga mau pulang kok."
"Iyaa Chel."
"Emm ya udah deh. Tapi gapapa Gas?"
"Udah gakpapa. Ayo."
Tanpa mereka sadari, ajakan Bagas tadi membuat seseorang emosi bahkan sangat emosi. Siapa lagi kalau bukan Gilang.

Sepi. Keadaan yang menggambarkan Chelsea dan Bagas saat ini. Tidak ada yang memulai obrolan sama sekali.
Jenuh dengan kondisi seperti ini, akhirnya Bagas membuka obrolan terlebih dulu.
"Chel."
"Ya."
"Lo lagi deket sama Gilang ya?"
"Maksud lo deket gimana? Kalau temen iya."
"Lebih dari itu?"
"Hah? Ya nggak lah. Gue sama dia cuman temen. Lagian kan Cindai suka sama Gilang."
"Ohh ya?" Nafas lega keluar begitu saja dari seorang Bagas.
"Iya. Oh ya Gas kata anak anak lo itu.. eumm.. cuek. Tapi gue rasa nggak deh?" Tanya Chelsea ragu ragu.
"Lo kan beda."
"Maksudnya."
"Ya karena lo istimewa buat gue."

-----------------------------------------------------------------

Thanks buat yang udah baca cerita ini. Ini cerita pertama ku. Masih acak acakan mungkin haha.. But, aku tunggu vote, follow dan comment kalian

You Are My Reason Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang