Four

86 5 0
                                    

Deg.
Jantung Chelsea berdetak lebih cepat dari biasanya. Pipinya pun memerah mendengar ucapan Bagas seperti itu.
Tidak lama setelahnya mereka berhenti di depan rumah mewah yang di dominasi warna putih. Tidak begitu kaget dengan rumah yang ada di depannya ini, karena Bagas sendiri sudah tahu siapa Chelsea.
"Thanks ya Gas lo udah mau nganterin gue pulang" Ucap Chelsea setelah turun dari motor milik Bagas.
"Iya sama sama. Lagian gapapa kali. Seneng gue juga. Oh ya besok gue jemput ya. Mau gak?" Ucap Bagas sedikit ragu.
"Tapi ntar malah ngerepotin lo lagi."
"Nggaklah kan searah juga."
"Hmm ok. Gue tunggu besok. Oh ya mau masuk dulu yuk" ajak Chelsea.
"Gak usah deh, udah sore juga. Gue pamit dulu ya.. See you besok."
"Ok.. See you. Hati hati ya."
"Siap bu Boss" Bagas senyum walaupun detak jantungnya sudah tidak karuan sejak tadi. Begitupun dengan Chelsea, jantungnya seperti mau loncat dengan Pipi yang sudah blushing.

Esok paginya sudah terparkir mobil warna hitam milik Bagas di depan rumah Chelsea. Tidak lama setelahnya, Chelsea keluar menghampiri Bagas dan seperti biasa, Cantik.
"Yuk langsung aja, nanti telat lagi"
"Iya iyaa bapak ketua"
Tidak seperti perjalanan kemarin, pagi ini di dalam mobil Bagas, Chelsea dan Bagas berbincang banyak hal. Saling bercanda dan tertawa. Sampai di sekolah, mereka berjalan bersama menuju kelas masing masing. Baru saja Chelsea berbincang dengan teman temannya di kelas, Difa datang dengan tergesa gesa ke kelas Chelsea,
"Chel Bagas berantem sama Gilang"
Angel dan Chelsea pun panik mendengar itu dan langsung bergegas menuju kelas Bagas di XI IIS 1
Sampai disana Bagas dan Gilang sudah berhenti di relai oleh Rafli dan yg lainnya
"Kalian kenapa sih. Kenapa berantem Hah?" Chelsea emosi, masalahnya Wajah Bagas dan Gilang sudah babak belur, walau tidak terlalu parah. Tapi sudut bibir Bagas berdarah dan tidak berhenti.
"Anjing lo Gas" Gilang masih membentak dan emosinya masih saja menggebu gebu
"Gilang cukup. Guys sorry obatin Gilang, gue mau bawa Bagas ke UKS, bibir nya masih berdarah" Ucap Chelsea dan menarik Bagas ke UKS
"Lo kenapa sih mesti berantem, sama Gilang lagi yang jelas jelas diatuh sahabat lo."Omel Chelsea sembari mengobati luka di wajah Bagas. Jujur saja ada rasa khawatir dalam benak Chelsea melihat Bagas seperti ini.
"Aww perih Chel. Bukan gue aww yang mulai."
"Terus kalau Gilang yang mulai duluan karena apa hah"
"Gue gak tau Chel. Udah Chel perih."
"Gue panik lihat lo kaya Gini"
Hati Bagas tersenyum mendengar Chelsea bicara seperti itu.
"Dan setelah ini, mungkin Gilang bakal ngajak gue berantem lagi"
"Maksud lo?"
"Karena lo lebih milih ngobatin gue daripada dia"
"Maksudnya? Karena gue?"
"Gue tahu Chel dia suka sama Lo, dan mungkin saja dia cemburu ngelihat lo deket sama gue"
Chelsea tidak menjawab, hanya saja dia tidak percaya kenapa bisa seperti ini.
"Tapi gue bakal berusaha buat hubungan gue dan gilang tetap baik baik aja. Dan gue janji gue bakal jagain lo Chel."

Semuanya terasa berat buat Chelsea. Maksudnya kenapa kondisinya harus seperti ini. Ntah sejak kapan Chelsea mulai menaruh hati pada Bagas. Dan saat ini Chelsea takut jika Bagas dan dirinya harus saling menjauh.

Akibatnya seharian ini Chelsea tidak fokus belajar. Mengingat kejadian tadi pagi membuat pikirannya buyar.
Saat di kantin pun, biasanya mereka selalu bersama, tapi kali ini tidak nampak Gilang.
"Gilang kemana?"
"Mungkin masih marah."
"Masalahnya apa sih Gas?"
"Gue gak tahu. Mungkin dia cemburu lihat gue sama Chelsea."
"Maksud lo Gilang suka sama Chelsea?"
"Mungkin."
Cindai tiba tiba bangkit dan pergi begitu saja. Membuat semuanya melongo.
"Ndai lo mau kemana?"
Tak ada jawaban apapun. Cindai menghiraukan teriakan teman temannya.
"Cindai kenapa lagi sih? Pusing gue lama lama."
Diam. Yang dilakukan Chelsea hanya diam. Tidak ada sepatah katapun, pikirannya melayang jauh. Hanya tangannya saja yang terus bergerak mengaduk aduk makanan didepannya. Chelsea sedang tak nafsu makan sekarang.
"Chel.." panggil Bagas. Tidak ada respon. Baru setelah beberapa kali dipanggil, Chelsea baru melirik
"Hmm" hanya satukata itu saja yg keluar dari mulutnya.
"Lo kenapa kok gak makan. Lo sakit?"ucap Bagas terdengar ada nada khawatir didalamnya.
"Nggak kok. Gue.. Lagi gak nafsu makan. Gue ke kelas duluan ya." pamit Chelsea dan beranjak meninggalkan mereka.
"Dan asal kalian tahu, sekarang yang tertekan tuh Chelsea." Ucap Angel.
"Maksud lo?"
"Gini ya, Gilang berantem dengan Bagas bisa jadi karena Gilang cemburu Chelsea deket Bagas. Dan Cindai marah karena Gilang suka sama Chelsea. Otomatis Chelsea bakal gak enak hati. Karena gue tahu Chelsea orangnya baik. Dia gak suka ada masalah apapun yg alasannya membawa dirinya."
"Kalian tenang aja. Ini bukan salah Chelsea. Masalah gue dan Gilang biar gue selesaikan pelan pelan. Dan Cindai gue harap kalian bisa membantu memberi pengertian agar dia tidak membenci Chelsea. Chelsea hanya alasan bukan penyebab. Dan gue harap kalian jagain Chelsea." Ucap Bagas.
Mereka semua mengangguk paham. Mereka tidak ingin persahabatannya hancur hanya karena masalah seperti ini. Walaupun mereka tahu masalah hati kadang rumit.

Sudah satu minggu semenjak kejadian Bagas berantem sama Gilang. Dan hubungan mereka masih saja renggang. Hanya saja Cindai sedikit membaik dari sebelumnya. Dia tahu Chelsea bukan penyebabnya hanya alasan. Walaupun tetap saja Cindai sedikit menjaga jarak dengan teman temannya.

Setelah jam istirahat selesai, mereka kembali ke kelas masing masing. Belakangan ini Chelsea sering tidak makan. Mungkin karena kondisinya yang sedang tidak baik. Berjalan menuju kelas bersama Angel, Chelsea merasakan kepalanya sedikit pusing. Belum sempat dia duduk ke bangkunya, badannya sudah ambruk duluan.
Pingsan.
"Chelseaaa.. Chel bangung Chel.."Angel panik melihat sahabatnya pingsan.

-----------------------------------------------------------------

Thanks Guyss yang udah baca.. Jangan lupa follow dan vote yaa biar ceritanya terus d next.. Btw sorry karena ceritanya masih acak acakan dan typo masih ada hehe

You Are My Reason Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang