Twelve

83 7 4
                                    

Sesampainya dirumah Bagas, Chelsea memarkirkan mobilnya disusul Bagas yang ada dibelakangnya.
Namun saat turun, Bagas heran kenapa ada mobil yang terparkir di depan rumahnya tapi dia tidak mengenali mobilnya.
'Mobil siapa ya ini'
Membuyarkan lamunannya Bagas menggandeng tangan Chelsea masuk ke dalam rumahnya.
"Yuk masuk."
"Mahh Bagas pulang. Bawa Chelsea nih." teriak Bagas masuk membuka pintu.
Namun saat melangkah ke dalam, Bagas kaget saat melihat seorang wanita yang jelas dia kenali berjalan dari arah dapur. Tubuhnya menegang, kakinya tidak bisa dia gerakan.
"Bagaaaassss. Aku kangen banget sama kamu." teriak gadis itu sambil memeluk Bagas.
Tidak ada jawaban apapun dari Bagas, pun Bagas tidak membalas pelukan gadis itu. Tangan yang tadinya menggandeng Chelsea terlepas. Chelsea kaget saat gadis itu memeluk Bagas. Tetapi Chelsea tidak berkata apa apa. Chelsea berpikir mungkin dia saudaranya.

Pelukan gadis itu terlepas ketika Mamah Bagas datang dan meyapa Chelsea.
"Aaahh ada Si Cantik Chelsea." ucapnya dan berjalan menuju Chelsea.
"Hallo Tante. Chelsea kangen banget sama tante. Tante gimana kabarnya?"
"Baik sayang. Kamu gimana?"
"Baik tante. Oh ya ini ada makanan, tadi Chelsea sama Bagas baru dari resto tan."
"Ah terimakasih sayang. Tante kangen masakan restoran kamu."
"hee iya tante."
"Oh yaa.. Kenalin ini Milka, dan Milka ini Chelsea."
"Hallo Milka, Chelsea." Chelsea menjabat tangan Milka, merekapun berkenalan.
Sementara Bagas tidak banyak berkata. Dia pun lantas menarik tangan Chelsea menuju kamarnya.
"Mah Bagas ke atas dulu ya sama Chelsea."
"Iya.."
Mamah Bagas sudah paham degan kondisi Bagas sekarang. Dia paham bagaimana perasaan anaknya itu.

'Chelsea siapa sih beraninya dia deketin Bagas' batin Milka.
"Tante, Milka pulang dulu ya. Milka ada janji sama temen." pamit Milka tidak lama setelah Bagas dan Chelsea naik ke atas.
"Oh iya. Hati hati ya Milka."

Meninggalkan Milka dan mamahnya di bawah, Bagas megajak Chelsea ke kamarnya. Duduk di balkon kamar Bagas, Chelsea sadar sikap Bagas berbeda sejak tadi datang ke rumahnya, lebih tepatnya ketika bertemu Milka.
"Gas. Are you okay?"
Tidak ada jawaban. Mata Bagas tetap fokus memandang ke depan dengan pikirannya yang berkecamuk.
Chelseapun mendekat ke arah bagas dan memegang tangannya.
"Gas kamu sakit?"
"Hmm." Bagas tersadar dan memandang ke arah Chelsea.
"Kamu capek ya kayanya. Ya udah tidur gih, istirahat. Aku pulang dulu yaa." Chelsea pun beranjak pergi dari kamar Bagas.
Belum sempat pergi, tangan Chelsea di tahan oleh tangan Bagas.
"Jangan pergi dulu yaa.. Temenin aku."
"Ya udah, kamu istirahat ya.. Aku temenin." Ucap Chelsea tersenyum.

Bagas merebahkan diri dan menutup mata di kasurnya. Sementara Chelsea duduk dipinggir kasur. Tangan sebelahnya digenggam oleh Bagas sementara tangan yang lain dia gunakan untuk mengusap rambut Bagas.
Setelah beberapa lama, menyadari Bagas sudah tidur. Chelsea pun melepaskan tangannya dan beranjak pulang.
"Entah apa ceritamu dengan gadis itu Gas. Hanya saja aku takut kehilangan kamu." gumam Chelsea, air matanya menetes.
Pergi meninggalkan kamar Bagas, Chelsea pun pamit kepada tante Ira untuk pulang ke rumah.

Membuka mata, Bagas tidak benar benar tidur. Pikirannya hanya sedang kacau. Dia benar benar kacau sekarang.
"Maafin gue Chel." gumamnya.

***
Semenjak kejadian dirumah Bagas, sikap Bagas sedikit berubah. Dia tidak seramah biasanya. Lebih banyak diam dan berkecamuk dengan pikirannya sendiri.

Jam istirahat seperti biasanya, Chelsea dan teman temannya menghabiskan waktu di kantin. Berkumpul bersama. Canda tawa seperti biasa, namun tidak dengan Bagas. Dia hanya mengaduk aduk makanannya.
"Gas kamu sakit? Kok gak makan." Ucap Chelsea.
"Nggak kok aku gapapa. Aku ke toilet dulu ya." pamitnya dan beranjak pergi meninggalkan mereka.
"Chel, lo sama Bagas gak lagi berantem kan? Kok Bagas beda gitu."
"Nggak kok. Kita baik baik. Mungkin dia lagi ada masalah sendiri." jawab Chelsea.
'sebenarnya kamu kenapa Gas' batin Chelsea.

Pulang sekolah, Chelsea sengaja berbicara dengan Angel dan Difa membahas tentang Bagas. Sudah beberapa hari ini Sikap Bagas menjadi dingin. Bukan Chelsea tidak ingin berbicara kepada semua sahabatnya, hanya saja Chesea berfikir akan lebih baik jika hanya dengan Difa dan Angel.
Berkumpul di rumah Chelsea, Difa, Angel dan Chelsea pun membahas masalah Bagas.
Setelah menceritakan kejadian dirumah Bagas waktu itu, Chelseapun mulai bertanya perihal Milka.
"Emm Dif, apa lo tau Milka siapa?"
"Dia mantan Bagas."
"Apa mereka punya kisah yang membuat Bagas seperti ini setelah bertemu Milka?"
"Setahun yang lalu. Kondisi Bagas gak sebaik ini Chel. Dia kacau. Dia cuek, dingin dan sangat tidak peduli terhadap sekitar. Sampai beberapa bulan belakangan ini, dia mulai bersikap biasa. Dan kondisinya sangat baik saat bertemu lo. Gue seneng saat Bagas bisa menemukan bahagianya di dalam diri lo." Ucap Difa. Berhenti sejenak, Difa melanjutkan ceritanya.
"Bagas dan Milka berpacaran lebih dari 1 tahun. Gue tau betul Bagas sangat sayang sama Milka. Sampai sampai Milka sudah akrab dengan tante Ira. Apapun Bagas lakukan untuk Milka. Mungkin ini salah kita. Salah gue. Gue tau Milka gak sebaik yg Bagas kira. Di belakang Bagas dia jalan dia dekat dengan banyak cowok. Bahkan termasuk Alvin sahabat Bagas sendiri. Kita udah bilang sama Bagas, tapi dia gak pernah percaya. Sampai saat itu tiba, Bagas melihat Milka dan Alvin sedang berciuman. Dia marah sangat marah. Bahkan yang lebih parahnya dia melukai dirinya sendiri. Semenjak kejadian itu, bahkan Milka tak menemui Bagas lagi. Bagas kacau dan sangat kacau. Terakhir gue tau, Milka pindah ke luar negeri. Dan gue gak nyangka sekarang dia berani kembali menemui Bagas tanpa rasa bersalahnya."
Sejak tadi Chelsea sudah meneteskan air mata. Memeluk Angel, Chelsa menumpahkan segala perasaanya.
"Gue takut Bagas pergi ninggalin gue. Gue sayang sama dia."
"Gak bakal Chel, Bagas akan selalu sama lo. Gue percaya itu. Gue yakin. Dan lo harus percaya."
"Lo tenang aja Chel. Kita gak bakal biarin Bagas kacau lagi. Kita gak bakal biarin dia nyakitin lo."
Tidak menjawab lagi. Chelsea hanya berusaha berfikir positif. Semoga Bagasnya selalu bersamanya.

You Are My Reason Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang